Pages

Saturday, November 2, 2013

TEGAS dan KONSISTEN mengerem permintaan ANAK

Assalamualaikum wr wb,
Selamat pagi,

Hari ini saya akan berdiskusi dengan sahabat bunda dengan topik mengerem permintaan anak.

Sahabat bunda,
Apakah kita pernah melihat anak kita menangis meraung-raung di pusat perbelanjaan kala mereka meminta sesuatu? bila jawabannya pernah, kita perlu berintrospeksi diri. Kita perlu mengajukan pertanyaan : apakah kita selalu menuruti semua permintaan anak kita?

Sahabat bunda,
Perilaku yang selalu menuruti anak, tentu sangat tidak positif. Hal ini akan menguatkan perilaku anak untuk mengamuk apabila tidak dituruti kemauannya. akibat lain anak akan menjadi terbiasa boros sejak kecil, dan akan lebih berbahaya apabila ini menjadi perilaku yang menetap sampai dewasa, karena anak tidak akan pernah dapat menahan diri. Dan untuk memenuhi keinginannya anak akan menghalalkan segala cara.

Tentu saja ini sangat tidak kita inginkan, oleh sebab itu sahabat bunda, mari kita coba untuk mencari solusi perilaku pengasuhan yang seperti apa yang dapat kita lakukan saat anak mengajukan permintaan.

Sahabat bunda terkasih.
Untuk mengatasi hal di atas, orang tua harus berperilaku tegas. Orang tua harus konsisten terhadap aturan yang dibuatnya dan harus ada batasan antara orang tua dan anak. Misal: orang tua dan anak membuat kesepakatan terlebih dahulu sebelum berangkat. Contoh percakapan orang tua dan anak misal: " Baiklah kita hari ini pergi ke mall, namun nanti di mall kakak hanya boleh membeli barang dengan total biaya rp 200,000, mengenai pilihan barangnya kakak boleh pikirkan mana yang perlu dan penting buat kakak".
Apabila nanti di mall anak meminta barang di atas budget yang disediakan , maka orang tua harus tegas untuk menolaknya, namun yang perlu diingat para bunda tegas bukan keras. Karena keras akan menyebabkan anak membangkang.

Sahabat bunda terkasih,
Sikap tegas orang tua sangat diperlukan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan pengelolaan dorongan keinginan anak.

Apa yang harus dilakukan orang tua jika anak masih histeris ketika orang tua bersikap tegas? Ya tentu saja kita harus tetap konsisten menolaknya, cara yang dilakukan adalah dengan membiarkan dan mendiamkannya. Tak perlu marah atau membentaknya. Hadapi anak dengan tenang. Jika anak semakin menangis histeris dan meninggikan suara tangisnya, maka orang tua harus tetap konsisten, biasanya lama kelamaan tangis anak akan berkurang.Di  dalam proses ini , sebenarnya dalam diri anak sedang terjadi proses mengetes batas kekuatan orang tuanya , sampai mana orang tua dapat digoyang oleh anak. Oleh sebab itu, orang tua tidak boleh kalah, bunuh rasa tidak tega dengan membiarkan anak . pada saat anak sudah mereda tangisnya, orang tua dapat memberi solusi atau saran , salah satunya adalah dengan cara menabung agar anak dapat memenuhi permintaannya.

Sahabat bunda, hal yang harus kita ingat pula, adalah perilaku orang tua adalah contoh dan role model bagi anak. Oleh sebab itu, kitapun sebagai orang tua harus dapat menahan keinginan dan kitapun harus berperilaku tidak konsumtif.


Selamat berlibur bersama keluarga.

Salam hangat abadi......
Wassalamualaikum wr wb.







Thursday, October 31, 2013

TERIAKAN ....apa akibatnya terhadap ANAK?

Selamat malam,

Para bunda yang terkasih....
Lama sekali saya tidak menyapa para bunda, malam ini terasa ada rasa rindu yang menyergap hati saya, sehingga memaksa dan menuntun saya untuk menuangkan rindu saya kepada para bunda.

Sahabat bunda trekasih,
malam ini saya akan membahas mengenai pengaruh TERIAKAN. Saya baru saja membuka laman jurnal Child Development. Ternyata dalam jurnal tersebut dibahas bahwa akibat dari teriakan orang tua adalah sama dengan memukul, karena dapat menimbulkan depresi dan perilaku agresif pada para remaja. Subhanallah.

Kalau kita kaji secara mendalam, sebenarnya teriakan tidak akan mengatasi masalah anak, namun sebaliknya meneriaki anak akan menimbulkan masalah baru bagi anak. Hal ini dikarenakan REMAJA berada pada masa yang sangat sensitif yaitu pada masa pembentukan jati diri, sehingga ketika menerima teriakan remaja akan merasa citra dirinya tersakiti. Mereka akan merasa tidak berdaya dan tidak berarti.

Apa yang harus dilakukan orang tua untuk menghindari teriakan, terutama pada saat anak berperilaku tidak sesuai dengan harapan atau peraturan orang tua.  caranya adalah adalah anak diajak bicara, memberi teguran namun tanpa menyertakan kritik maupun kata-kata tajam . Cara lain adalah dengan mengurangi atau meniadakan hak istimewa anak, misalnya: memangkas waktu menonton televisi, waktu bermain game, atau yang lainnya.

Sahabat bunda terkasih,
Semoga sharing saya malam ini bermanfaat. selamat malam dan selamat beristirahat.


Salam hangat abadi.


Tuesday, June 18, 2013

MEMILIH TUJUAN BERLIBUR?

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Semangat pagi....

Kemana kah tujuan liburan keluarga anda kali ini? Kemana saja tujuan liburan keluarga anda, yang utama adalah ayah dan ibu mempertimbangkan terlebih dahulu jenis tempat wisata dan usia anak anda. Mengapa hal ini diperlukan ? karena ini sangat berguna agar aktivitas selama liburan dapat benar-benar dirasakan semua anggota keluarga dengan optimal , sekaligus hal ini untuk mengatur agar dana berlibur menjadi lebih efektif.

Apabila ayah dan ibu tertarik untuk menyelipkan agenda berlibur ke pantai sebagai salah satu acara berlibur, karena pantai adalah salah satu tempat yang dapat dinikmati anak-anak dengan segala rentang usia , maka yang perlu dilakukan orang tua adalah memilih pantai mana yang akan dikunjungi. Untuk itu, dapat dicari pantai yang masih alami, bersih, dan mempunyai fasilitas yang dibutuhkan , misal: hotel, resor, penginapan, rumah makan , dan lain- lain.

Selain ke pantai, tentu saja tujuan wisata yang lain adalah wisata outbound. Hanya perlu diingat oleh ayah dan ibu. Anak-anak yang sudah dapat menikmati wisata ini adalah anak-anak uang sudah berusia 5 tahun ke atas. Jika ayah dan ibu memilih tujuan wisata outbound, maka yang perlu dipertimbangkan adalah tempat dan jasa penyelenggara . Orang tua perlu memilih jasa penyelenggara yang sudah dikenal  dan direkomendasikan. Hal ini diperlukan mengingat faktor keamanan dan keselamata anak. Apabila tempat dan peneylenggara outboun terkenal dan direkomendasikan biasanya mereka mempunyai instruktur yang mempunyai pengalaman sehingga mereka dapat membimbing anak menikmati kegiatan outbound sesungguhnya dengan relatif lebih aman .

Ada pilihan lain yang dapat dinikmati keluarga adalah pegi ke perkebunan dan  pertanian. Pilihan ini biasanya disukai anak yang berusia 4 - 12 tahun. Kegiatan ini kan menjadi sangat menarik , apabila seluruh anggota keluarga dapat terlibat aktif dalam sejumlah aktivitas berkebun dan bertani. Dan manfaat lain tentu saja adalah keluarga dapat menikmati sejuknya udara dan indahnya alam.

Bagi anak- anak usia remaja , akan lebih menyenangkan jika meraka dapat melakukan aktivitas yang cenderung mengarah ke sporty dan menantang adrenalin mereka bersama ayah dan ibu mereka. Misal: bermain water sport, seperti bermain jetski, banana boats atau parasailing, diving, dll.

Hal lain yang menarik adalah berkunjung ke kebon binatang atau taman margasatwa. Banyak pilihan yang dapat di ambil. misal, akuarium raksasa untuk aneka satwa air laut, maupun taman satwa ait tawar, kebon binatang , taman safari dan lain. Di sini ayah dan ibu dapat memperkenalkan ilmu pengetahuan tentang binatang, dan biasanya ini sangat disukai oleh anak-anak.

Pilihan lain, yang dapat diambil adalah bepergian ke luar negeri. Jika keluarga menjatuhkan pilihan wisata ini, maka kesempatan ini dapat dipergunakan untuk memperkenalkan tentang adat istiadat, budaya, dan iklim yang berbeda. Jika anda mempunyai anak remaja , maka jika keluarga anda mengunjungi negara 4 musim, maka ajaklah remaja anda untuk bermain ski, mendaki gunung, dll. Selain itu, jangan lupa ajaklah keluarga anda untuk mengunjungi theme park di negara tersebut. Seperti: Universal Studio di Singapura, Disney Sea di Tokyo , dan lain-lain. Theme park merupakan tujuan wisata yang cocok dinikmati oleh anak dengan segala rentang usia, sebab segala usia anak akan dapat menikmati wahana permainan yang disediakan.

Selain tempat-tempat tujuan wisata di atas, tenu saja masih banyak lagi pilihan wisata. Sebagai bahan pertimbangan ayah dan ibu dapat meminta rekomendasi kerabat, kenalan atau relasi untuk menemukan tempat tujuan wisata yang tepat. Di samping itu, ayah dan ibu juga perlu untuk mempersiapkan dana . Dan yang paling utama adalah melibatkan anak dalam diskusi menemukan tempat tujuan yang menarik yang kan dipilih.

Sahabat-sahabat terkasih.

Aapabila beberapa hal di atas sudah dilakukan, Insya Allah perjalanan wisata anda bersama keluarga akan menjadi seru dan menyenangkan , sehingga dapat meningkatkan keharmonisan keluarga anda. AAmiin.

Salam hangat abadi..

Wassalamu'alaikum Wr Wb.

Monday, June 17, 2013

NAIK PESAWAT untuk ANAK usia di BAWAH 18 BULAN

Assalamu"alaikum Wr. Wb.


Selamat malam, sahabat yang saya kasihi.

Waktu seperti ini adalah waktu yang menyenangkan untuk berlibur.  Bagaimana kalau sahabat masih mempunyai anak yang berusia di bawah 18 bulan, bagaimana cara yang aman untuk membawa anak di bawah 18 bulan   naik pesawat ?

Beberapa langkah di bawah ini adalah pengalaman saya saat membawa anak bayi saya saat bepergian menggunakan pesawat.

1. KESEHATAN ANAK.
Orang tua perlu mempersiapkan kesehatan anak agar dalam keadaan sehat. Aapabila ada jadual imunisasi , agar orang tua melakukannya 1 minggu sebelum perjalanan. Hal ini dikarenakan agar anak nyaman, karena kadang kala sesudah imunisasi anak akan mengalami demam dan suka rewel .

2. Mempersiapkan KEPERLUAN ANAK.
Orang tua perlu menyiapkan makanan, minuman atau pelrngkapan yang diperlukan selama perjalanan. Misal : susu, air hangat (bisa minta pramugari), botol, dot, diaper, handuk kecil, tissu basah, biskuit atau makanan ringan buat bayi. Selain itu , orang tua perlu membawa baju hangat, penutup kepala, karena biasanya dalam kabin pesawat , air conditioner pesawat cukup dingin dan cukup kencang. Selain itu kaos kaki dan baju cadangan , karena sebagai antisipasi bila anak muntah. Semua perlengkapan ini dimaskkan je dalam tas yang dibawa ke dalam kabin pesawat.

3. Mempersiapkan PENUTUP TELINGA  (EARPLUG).
Ayah dan ibu menyiapkan penutup telinga atau earplug buat anak, karena telinga anak masih sensitif terhadap perubahan tekanan udara, sehingga sebaiknya telinga anak ditutup. Sebenarnya earplug dapat minta ke pramugari, namun lebih baik kalau kita menyiapkan sendiri. Earplug bisa dibeli di apotik, apabila lupa membeli earplug, ayah dan ibu dapat menggantinya denagn kapas yang dipilin . tetapi ayah dan ibu perlu mengingat saat memilin kapas jangan terlalu kecil karena bisa masuk ke dalam telinga. Selain itu anak jangan mengorek-ngorek telinga saat ada kapas atau earplug di telinga, karena dapat membuat kapas / earplug masuk kedalam telinga. Oleh karena itu, orang tua harus rajin mengecek , memastikan kapas / earplug masih terpasang dengan baik.
Selain itu saat memasangkan earplug / kapas orang tua harus memberi contoh dan berkomunikasi dengan anak, misal: ".... Sayang kita mau naik pesawat, biar telinga kita tidak sakit kita perlu memakai earplug  (sambil memperlihatkan earplug kepada anak). Ini mama dan papa juga memakai earplug". Meski anak belum mengerti apa yang dibicarakan, setidaknya anak melihat , maka anak akan mendapat pemahaman.

4. Anak MENYUSU saat TAKE OFF dan LANDING.
Pada saat take off atau landing, sebaiknya anak menyusu baik menyusu ibu atau menyusu dengan botol dan dot. Mengapa ? karena goncangan dan tekanan udara dalam kabin akan semakin besar, dan hal ini dapat mengganggu telinga, bahkan bisa menyebabkan gendang telinga sakit atau pecah. Oleh karena itu pada saat landing atau take off , sebaiknya anak dalam keadaan terjaga dan kondisi rahang atas dan rahang bawah aktif bergerak seperti mengisap atau mengunyah. (untuk anak atau orang yang lebih besar biasanya parugari menyiapkan permen).

5. Membawa ALAT MAIN FAVORIT anak.
Untuk mengisi kebosanan dalam perjalanan , maka ayah dan ibu perlu membawa alat main atau mainan favorit anak. Orang tua dapat membawa 2 - 3 mainan favorit anak, hanya saja jangan yang memerlukan betteray karena dapat mengganggu navigasi, mudah dibawa.

6. Mempersiapkan MENTAL ANAK.
Sebaiknya orang tua mensosialisasikan rencana perjalanan kepada anak, setiap sebelum melakukan perjalanan jauh. Sewaktu dulu , sebelum bepergian saya memperlihatkan gambar pesawat kepada Inas dan Naufal, dan menceritakan apa saja yang kita lakukan selama  dalam pesawat maupun selama liburan. Sehingga anak akan familiar dan mendapat pemahaman.


Sahabat terkasih,
Demikian tadi sekelumit tips untuk membuat perjalanan kita dengan naik pesawat bersama anak kecil menjadi nyaman.
SELAMAT BERLIBUR.

Salam hangat abadi.

Wassalamu"alaikum WR. WB




Saturday, June 15, 2013

AMAN Saat BERLIBUR

Assalamu'alaikum Wr Wb

Selamat malam,

Sahabat-sahabat yang baik...

Menjelang liburan sekolah seperti saat ini, biasanya kita orang tua mulai sibuk memikirkan dan merancang liburan bersama keluarga. Kebiasaan masing-masing keluarga tentu berbeda-beda, ada yang merencanakan liburan keluarga dari jauh-jauh hari, misalnya sudah setahun yang lalu , sehingga mereka sudah dari waktu yang lama membeli tiket dan memesan hotel . Ada juga beberapa keluarga yang memutuskan untuk pergi bersama sesaat setelah mereka mendapatkan waktu yang cocok di antara anggota keluarga. Apapun cara yang dilakukan untuk membuat rencana liburan yang utama adalah setiap keluarga pasti ingin acara liburan mereka seru.

Semua orang tua pasti sepakat untuk mengisi liburan diisi dengan kegiatan yang menyenangkan. Apalagi jika seluruh anggota keluarga dapat berpartisipasi dan menikmati liburan.

Hal yang perlu dipertimbangkan selain perencaaan liburan adalah keamanan saat berlibur, terutama bagi ayah dan ibu yang masih mempunyai anak berusia di bawah lima tahun dan atau yang berusia sekolah dasar. Jangan sampai liburan yang seharusnya menyenangkan menjadi berbuah celaka.

Di bawah ini beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan sahabat semua.

1. Tempat Bermain yang AMAN.
Mencari tempat bermain yang mempuanyai fasilitas aman dan mudah dilakukan pengawasan. Misal: halaman belakang rumah, taman di lingkungan hotel atau rumah, tempat bermain indoor atau yang lainnya.

2. Buat KESEPAKATAN tempat BERKUMPUL.
Apabila liburan diisi dengan pergi ke tempat yang ramai, sebaiknya seluruh anggota keluarga membuat kesepakatan tempat bertemu sehingga apabila tidak sengaja terpisah dari keluarga bisa berkumpul kembali. Jika tersedia , pilihlah pos keamanan, atau pusat informasi dapat dipakai sebagai patokan tempat bertemu bila ada yang terpisah. Kesepakatan ini mohon diulangi agar semua anggota keluarga paham dan mengerti informasi ini dengan benar.

3. Membekali Anak ALAT BANTU.
Orang tua dapat melengkapi catatan kecil dalam tas yang dibawa anak . Isi catatan tersebut adalah nomor telepon dan alamat rumah atau hotel yang ditinggali semasa berlibur, nomor telepon seluler orang tua, atau nomor telepon darurat . Hal ini bermanfat, apabila anak tersesat , dia dapat menunjukkan kertas ini kepada orang lain yang menolong anak.

4. Mempersiapkan PERLENGKAPAN SAFETY.
Apabila liburan diisi dengan kegiatan olahraga bersama , misalnya bersepeda, bermain sepatu roda, berenang atau yang lain. Oleh sebab itu pastikan anak-anak menggunakan perlengkapan safety, agar anak tidak beresiko terkena cedera, walaupun andai terkena musibah bisa mengurangi tingkat resiko. Perlengkapan yang perlu diperhatikan tentu saja tergantung dari olahraga yang dipilih. Misal untuk olah raga naik sepeda, peralatan safety yang dipersiapkan adalah helm, pelindung siku,  pelindung lutut, dan bersepatu. Apabila olah raga berenang, maka peralatan yang disiapkan adalah kacamata berenang, pelampung (jenis pelampung disesuaikan dengan usia anak).

5. Mempersiapkan anak untuk tidak mejadi perhatian orang yang berniat jahat.
Jika keluarga mempunyai rencana berlibur ke tempat wisata baik di dalam kota, di luar kota, maupun di luar negeri, perlulah melindungi identitas anak. Misal ajari anak anda untuk tidak berbicara dengan orang yang tidak dikenal yang menyapa mereka. Oleh karena itu, sebaiknya anak jangan memakai kaos bertuliskan nama anak ataupun memakai perhiasan yang menarik perhatian. Sebaliknya anak lebih baik memakai baju atau kaos yang berwarna atau bercorak terang. Hal ini akan memudahkan mencari anak apabila anak kecil  terlepas dari pengawasan orang tua.

6.Memakai PELINDUNG .
Jika Keluarga pergi berlibur ke tempat outdoor di waktu siang hari, maka lebih baik orang tua mengoleska tabir surya di sekujur tubuh dan wajah anak. Selain itu, orang tua juga perlu menyiapkan topi , sepasang baju ganti dan handuk kecil untuk bisa dipakai anak untuk membersihkan diri dan berganti baju apabila anak berkeringat, kotor ataupun basah.

7. Membawa Bekal MAKANAN  dan MINUMAN
Mengisi tas yang dibawa anak dengan sebotol minuman dan sejumlah makanan sehat. Hal ini diperlukan untuk mengisi perut saat anak sudah merasa lapar, dan orang tua belum menemukan penjual makanan di tempat wisata.

Sahabat semua,
Mudah-mudahan ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan sebelum berlibur. Semoga acara berlibur sahabat semua   aman, dan nyaman.

Salam hangat abadi.
Wassalamu'alaikum Wr Wb


Tuesday, June 11, 2013

MeREDAM AMARAH

Para ibu, sahabat saya.

Selamat malam.

Apa kabar ?

Banyak teman - teman saya bercerita,  bahwa mereka  sudah mengomel bahkan memarahi anak tetapi perilaku anak tetap saja  tidak berubah.
Menurut saya hal ini memang demikian , karena dengan dimarahi , anak hanya patuh tetapi sifatnya semu. Panca indera anak akan merekan semua perkataan, perbuatan baik yang baik dan buruk dari orang tua maupun lingkungan. Rekaman ini mulai saat anak dalam kandungan , bayi, masa anak - anak maupun masa dewasa. Rekaman ini kalau berlarut-larut dan menumpuk maka dapat menyebabkan rasa dendam . Oleh karena itu apabila kita mencintai anak kita maka kita jangan berkata maupun memperlakukan anak dengan kasar.

Selain hal di atas, yang perlu sahabat-sahabat ketahui adalah apabila seseorang takut , sedih dan lain-lain , otak akan tertutup dan membuat cabang syaraf atau neuron akan mati, sehingga akan menimbulkan seseorang tidak dapat berpikir kreatif , mencari solusi yang baik dan lain-lain. Tetapi sebaliknya apabila kondisi seseorang senang, otak akan terbuka, sehingga kondisi ini menyebabkan anak dapat berpikir kreatif, termotivasi, mampu mencari solusi,mampu menciptakan sesuatu yang baru, mampu menciptakan karya seni, dan lain-lain.

Dengan melihat hal di atas, jelaslah bila memarahi anak adalah perbuatan yang sia-sia karena akan membuat anak takut, merusak hiubungan orang tua dan anak, membuat anak tidak berkembang kemampuan intelektual, dan kemungkinan perilaku tersebut juga ditiru.

Langkah -langkah yang perlu dilakukan apabila anak tidak disiplin , sahabat semua bisa lihat di postingan saya sebelumnya yaitu :
- Anak Rusuh  apa peran Keluarga
- Anak Terlanjur Berperilaku negatif
- Sanksi bagaimana sebaiknya.
- Aternatif Sanksi
- Empati terhadap Anak
- Time Out untuk Anak

Kita sebagai orang tua haruslah selalu mengingat ANAK adalah ANUGRAH, ANAK adalah TITIPAN ALLAH.
Maka yang harus selalu kita pertanyakan kepada diri kita adalah:
- Apakah kita sudah menyanyanginya ?
- Apakah kita mencintainya ?
- Apakah kita selalu senang dan bahagia bila bersama anak ?

Apabila jawabannya ya, biasanya anak juga mengetahui dan merasakan bahwa orang tua  mencintai mereka.

Akhir kata saya mengambil refleksi yang sangat bagus dari Ikhsan Baihaqi Ibnu Bukhari:
Orang tua BIASA selalu  MEMBERITAHU
Orang Tua BAIK selalu MENJELASKAN
Orang Tua Bijak selalu MENELADANI
Orang Tua CERDAS selalu MENGINSPIRASI

Dimana posisi kita sebagai orang tua, dan akan menuju ke mana kita ? Sahabat semua yang menjawab dan memilih .

Semoga bermanfaat.

Salam hangat abadi.




Thursday, June 6, 2013

Menanamkan ENERGI POSITIF untuk ANAK

Selamat sore...


Sebelum saya menulis postingan ini, saya mengajak sahabat semua untuk merenung apakah kita selalu hadir dalam diri anak dengan perkataan positif ? berapa kalikah dalam sehari kita berkata positif ? dan sebaliknya berapa kali kita berkata negatif ? kalau kita jumlahkan mana yang lebih banyak berkata positif atau berkata negatif ?
Astaghfirullah, kadang kala kita tidak sadar bahwa kita jarang sekali berkata positif terhadap anak kita. Berdasarkan sebuah penelitian, anak 40 kali mendapat kata JANGAN atau TIDAK dalam sehari, dan anak hanya mendapatkan kata YA 1 x dalam sehari.

Sore ini , saya berusaha untuk mengulas beberapa cara untuk menanamkan energi positif , salah satunya adalah berkata positif. Mengapa ini diperlukan?

Sahabat -sahabat yang saya kasihi.
Perilaku anak tidak menetap pada diri anak saat dilahirkan, tetapi perilaku anak muncul karena kita sebagai ayah dan ibu yang mengajarkan , karena seperti kita ketahui bersama dalam masa tumbuh kembang anak, keluarga merupakan salah satu faktor penentu kematangan emosi, kematangan sosial, kematangan psikologis, kematangan motorik maupun kematangan spiritual. Hal yang paling utama menunjang keberhasilan orang tua dalam perkembangan anak adalah kita harus mengatur , dan membiasakan pikiran , pembicaraan maupun perilaku ayah dan ibu yang dapat menimbulkan energi positif terhadap tumbuh kembang anak.

Bagaimana caranya, mari kita coba kupas:

1. Selalu berkata terhadap anak menggunakan kata atau kalimat positif .
Misal:
- Pada waktu membangunkan anak sholat subuh, kita berkata terhadap anak , misalnya dengan kalimat: "Nanda yang ibu banggakan, Mari kita raih pahala sholat subuh yuk".
- Menanamkan sikap berani kepada anak, maka yang kita katakan adalah " Iyo anak ibu yang pemberani..."
- Ayah dan ibu membiasakan dengan memanggil dengan sebutan nama , misal: "Iyan sayang ,  hari sudah malam, saatnya kita siapkan perlengkapan sekolah, biar besok tidak ada yang ketinggalan"
- dan lain sebagainya.

2. Jangan beri sebutan atau predikat anak dengan predikat negatif.
Apabila orang tua tidak menginginkan anak berperilaku negatif, seperti : nakal, pemalas, pemalu, pembangkang , penakut, dan lain lian. Maka ayah dan ibu harus menghindari berpikir dan mengucapkan predikat negatif tersebut kepada anak. Misal anak mendapatkan prestasi jelek di sekolah, terus orang tua menyebut anak dengan kata si BODOH, maka anak akan menjadi bodoh . Mengapa hal ini bisa terjadi ? Karena anak akan meyakini anggapan tersebut , dan menjadi sugesti bagi diri anak , maka dia akan benar-benar menjadi BODOH. Kalau hal ini terjadi siapa yang merugi ? tentu ayah dan bunda juga ikut merugi.

3. Menunjukkan dan mengungkapkan kasih sayang.
Ayah dan ibu perlu menunjukkan dan mengungkapkan rasa sayang terhadap anak, baik secara verbal maupun secara perilaku. Secara verbal misalnya: "Ibu sayang Adi", dll. Sedangkan secara perilaku misalnya: memeluk , mencium, mengelus, menepuk pundak, atau dengan perilaku yang lain.

4. Mempertahankan nilai baik yang sudah terbentuk dan menghindari nilai buruk.
Cara ayah dan ibu agar perilaku baik yang sudah terbentuk tetap bertahan  dan menghindari nilai buruk  adalah dengan secara verbal, maupun perilaku.
Contoh secara verbal adalah, membacakan cerita yang mengandung nilai atau perilaku baik  maupun buruk, dan akibat yang akan diterima apabila melakukan perilaku tersebut. Membacakan cerita ini lebih baik bila dilakukan sebelum tidur, dimana anak akan mudah memahami isi cerita. Hal ini juga dapat ditunjang dengan perilaku yang lain.

5. Membiasakan meminta maaf.
Menanamkan perilaku ini lebih baik bila dengan contoh. Apabila ayah ataupun ibu berbuat salah , jangan ragu untuk segera meminta maaf. Misal: " Dian, ibu meminta maaf, karena ibu terlambat pulang" dan lain sebagainya .

6. Memberikan pujian.
Orang tua perlu memberikan pujian kepada anak, jika anak berbicara atau berperilaku positif. Misal: "Alhamdulillah, Ibu bersyukur sekali punya anak yang pintar dan rajin". dan selain itu misal: " Watik, terima kasih ibu sudah dibuatkan teh hangat. Teh buatan Watik enak sekali, membuat ibu segar kembali". apabila perilaku ini secara konsisten dilakukan oleh orang tua , maka akan memperkuat perilaku positif anak .

7.Memberikan sanksi .
- Dibicarakan dengan anak mengenai konsekuensi apabila anggota keluarga melanggar aturan keluarga.
- Disepakati antara orang tua dan anak.
- Sifat konsekuensi adalah bersifat mendidik, dapat dilakukan anak, dan tidak memberatkan secara fisik maupun psikologis anak. (secara detail sudah saya bahas dalam postingan saya sebelumnya).

Sahabat terkasih,
Hal-hal di atas adalah pengingat bagi kita semua untuk mengantarkan anak - anak kita berproses mencapai kematangan fisiologis, emosional, sosial maupun spiritual. Semoga Allah memudahkan langkah kita semua. Aamiin.

Salam hangat abadi.






Wednesday, June 5, 2013

SATU SUARA.....buat anak

Melihat judul di postingan kali ini tentu sahabat para ibu akan bertanya, mengapa satu suara diperlukan untuk perkembangan anak?
Sahabat terkasih ,
Tulisan ini juga terinspirasi dari keluhan beberapa teman - teman yang mengatakan sulit sekali mengatur anak. Anak tidak mau mengikuti aturan rumah , anak tidak disiplin dan lain - lain. Kalau kita mau instropeksi diri apakah kita sudah menerapkan satu suara untuk anak kita? dan apakah sudah dilakukan secara konsisten?

Apa dan bagaimana satu suara itu.

Sahabat terkasih,

Dalam  proses mengasuh anak , tentu saja orang tua harus berdiskusi terlebih dahulu dan memutuskan tujuan, arah, dan  pola asuh yang mau diterapkan dalam pengasuhan anaknya. Apabila sudah disepakati maka ayah dan ibu harus menurunkannya dalam implementasi sehari - hari berupa beberapa aturan maupun cara pengasuhan anak. Ke semua hal tersebut tentu saja harus dilakukan secara konsisten dan dengan penuh komitmen baik oleh ayah, ibu maupun seluruh anggota keluarga .

Untuk itu supaya tujuan , arah dan pola pengasuhan dapat berlangsung  dengan baik maka diperlukan:

1. SATU SUARA dari orang yang berbeda.
Pola, dan cara pengasuhan anak, harus disosialisasikan kepada seluruh anggota keluarga terutama orang dewasa yang tinggal serumah atau di sekitar anak , karena lingkup terdekatlah yang akan banyak mempengaruhi perkembangan anak. Orang dewasa yang ada di sekitar anak , misal: ayah. ibu, babby sitter, nanny, atau orang yang membantu di rumah, sopir, dan lain - lain. Hal ini dapat dilakukan misal dalam pengasuhan anak orang tua  ingin menghargai orang lain dengan salah satu cara adalah menggunakan kata adik, kakak, paman, atau  sebutan lain. Maka aturan cara ini berlaku untuk semua orang yang ada di rumah. Misal:  memanggil sopir keluarga juga harus dengan sebutan bapak...... Siapa saja yang memanggil sopir harus menggunakan kata "bapak".

2. SATU SUARA di waktu yang berbeda.
Pola asuh , tata cara dan aturan yang diberlakukan harus berlaku di waktu yang  berbeda. Misal anak harus duduk sopan, maka peraturan ini harus berlaku dalam setiap waktu. Jika anak melakukan duduk tidak sopan, seperti  mengangkat kaki dan menaruh kaki di atas meja saat tidak ada orang lain, dan saat anak diberitahu , ia mengajukan alasan bahwa tidak ada orang lain, dan jika diperbolehkan orang tua , maka perilaku anak ini akan berulang.

3. SATU SUARA di tempat yang berbeda.
Semua aturan keluarga harus di implementasikan di tempat mana saja. Misal anak tidak boleh makanan yang mengandung bahan pengawet dan penambah rasa. Maka pada waktu anak di ajak ke super market minta makanan ringan yang mengandung bahan pengawet dan penambah rasa tidak diperbolehkan oleh ibu, dan kemudian menyebabkan anak menangis .  maka orang tua baik  ayah dan ibu jangan sampai tergoda untuk meluluskan permintaan anak  .  Apabila salah satu dari orang tua meluluskan permintaan anak, karena melihat anak menangis, maka anak akan mendapat pemahaman bahwa aturan keluarga bisa diruntuhkan dengan tangisan di tempat umum. Maka lain kali , anak akan selalu melakukan "menangis" di tempat umum agar keinginannya tercapai.


Demikian ulasan mengenai perlunya SATU SUARA dalam pengasuhan anak. Kita sebagai orang tua selain sebagai panutan adalah harus konsisten dan memastikan semuanya SATU SUARA.

Salam hangat abadi

Tuesday, June 4, 2013

TIME OUT untuk ANAK

Sahabat terkasih,

Sering kali kita temui orang tua dan anak yang terlibat dalam suatu keributan dikarenakan anak berteriak-teriak karena ngambek, namun ayah atau ibunya nampak semakin kesal karena anak tidak segera  tenang. Hal ini sebenarnya dapat dihindari kalau orang tua sedikit sabar, dan mau memberi peluang kepada anak untuk tenang.

Seperti kita ketahui pada waktu anak marah, stress dan lain-lain, maka anak tidak dapat berpikir logis, yang timbul adalah mekanisme pertahanan diri. Oleh sebab itu kita perlu memberi kesempatan anak untuk menenangkan diri terlebih dahulu, sehingga kemarahan atau stress anak menurun. Pada saat anak sudah tenang maka kemampuan berpikir logis anak dapat berjalan kembali , sehingga anak dapat diajak bicara apa penyebab masalah anak marah dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut . Proses pemberian kesempatan anak untuk menenangkan diri pada waktu anak dalam kondisi marah atau stress ini disebut TIME OUT.


Bagaimana caranya membuat TIME OUT.


1. Membuat  Kesepakatan .
Sebelum Time Out diberlakukan, orang tua dan anak harus membuat kesepakatan peraturan mengenai Time Out, misal : kapan time out dilakukan, bagaimana cara melakukannya, siapa yang bisa melakukan, dan lain sebagainya.

2. Tenang dan Redam Emosi.
Pada saat orang tua memberikan time out kepada anak, orang tua harus bersikap tenang dan meredam emosi. Bersikap seperti biasa, dan tunggulah dengan sabar  sampai kondisi  psikologis anak merasa tenang , sehingga dapat diajak berdiskusi secara logis.

3. Empati.
Pada saat anak sudah tenang, dan menjelaskan permasalahan yang dihadapinya , orang tua harus mendengarkan dengan empati. Sehingga anak akan merasa nyaman, merasa dihargai, dan dapat saling terbuka, sehingga pengambilan keputusan dan solusi dapat dilakukan anak dengan baik.

4. Tunjukkan Kasih Sayang.
Dalam melakukan pembicaraan setelah time out, orang tua perlu untuk menunjukkan kasih sayang , misal dengan elusan, pelukan atau pujian , dan lain-lain .


Sahabat para ibu,
Semoga tulisan ini dapat membantu kita untuk berperilaku positif saat menghadapi anak kita yang sedang mengalami ketidakstabilan psikologis.
Mudah-mudahan bermanfaat.

Salam hangat abadi


Monday, June 3, 2013

EMPATI terhadap ANAK, perlukah?

Selamat malam,

Hari ini kita mencoba mengupas tentang EMPATI . Pola hubungan antara orang tua dan anak harus dilandasi pola hubungan yang saling memahami dan saling mengerti. Untuk hal tersebut, dibutuhkan kemampuan orang tua untuk berempati terhadap anak. Apa sebenarnya EMPATI ?  Empati adalah kemauan dan kemampuan orang tua untuk memahami, mengerti , mendengarkan dan berpikir dari posisi anak . 

Tak mudah memang untuk melakukan hal ini, karena kadang kala orang tua melihat permasalahan anak dari sudut pandang orang tua, anak melihat permasalahan dari sudut pandang anak. Sehingga yang sering terjadi adalah keributan - keributan antara anak dengan ayah dan ibunya. Apabila ini berlangsung terus menerus, maka akan terjadi anak akan lebih percaya , lebih dekat dan lebih terbuka tehadap orang lain . Orang lain di sini bisa saja orang lain yang berpengaruh positif namun bisa saja orang lain yang berperilaku negatif.  Yang dimaksud orang lain misalnya: teman, pacar, kelompok anak muda , atau geng anak yang berperilaku negatif dan lain sebagainya. 

Tentu saja hal di atas tidak kita inginkan, oleh sebab itu ayah dan ibu harus mau mendengar, mengerti, memahami dan berpikir dari sudut pandang anak. Kalau ini dilakukan, maka anak akan merasa nyaman, dekat , dan percaya, sehingga anak dapat terbuka dan menjadikan orang tua selayaknya TEMAN .  Apa yang harus dilakukan orang tua supaya bisa berempati terhadap anak .

1. Menempatkan pola pikirnya seperti pola pikir anak.
Yang pertama dilakukan adalah orang tua berpikir seandainya orang tua ada di posisi anak, apa yang harus dilakukan. Sehingga anak akan merasa dimengerti oleh orang tua , karena tidak terjadi gap pola pikir.

2. Sabar
Mau mendengarkan apa yang dipikirkan anak . Jangan terburu-buru memaksakan keputusan sesuai kehendak orang tua . Tetapi lakukan diskusi dan libatkan secara aktif anak untuk menguji beberapa alternatif baik yang diajukan anak maupun orang tua dengan melihat kelebihan dan kelemahan masing - masing alternatif  . Mintalah anak anak memilih alternatif dan memutuskannya .  
Di sini kesabaran orang tua diperlukan .

3. Ketersediaan waktu.
Orang tua harus menyediakan cukup waktu yang fokus untuk melakukan hubungan dengan anak. Proses empati tidak dapat dilakukan dengan terburu-buru. Biasanya kalau terburu-buru yang terjadi adalah menyerahkan semua keputusan terhadap anak atau sebaliknya memaksa anak untuk mengambil keputusan sesuai kehendak orang tua. 

4. Orang tua harus selalu membuka wawasan atau memperbarui pengetahuan dan hal - hal lain terkait dengan apa  apa yang sedang berlangsung pada masa perkembangan anak. Sehingga anak dan orang tua dapat 'klik' dan orang tua dapat memahami posisi anak.


Jika empati dapat dilakukan orang tua, maka Insya Allah anak akan bisa percaya dan nyaman untuk berbicara atau terbuka dengan kita, sehingga akan terjalin komunikasi yang harmonis . Dalam lingkungan yang seperti ini, Insya Allah akan terbentuk anak yang ceria , percaya diri , dan mempunyai kematangan sosial.

Sahabat terkasih,
Hal - hal di atas adalah sekelumit pengetahuan dan  pengalaman yang selalu  akan mengajak kita untuk lebih memahami anak kita dalam berproses menuju kemandirian dan kematangan . 

Salam hangat abadi


Saturday, June 1, 2013

Alternatif SANKSI

Melihat fenomena yang  akhir-akhir ini muncul di mass media, banyak sekali kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua. Beberapa kasus karena anak tidak melakukan tugas sehari-hari atau perintah orang tuanya. Sungguh ironis. Karena sebenarnya sebelum pemberian sanksi orang tua harus melakukan instropeksi diri terlebih dahulu , apakah orang tua sudah menyampaikan pesan dengan jelas? atau bahkan keliru?  sudahkah orang tua  memberi contoh perilaku yang diinginkan? dan lain lain .

Menurut saya daripada menghukum lebih baik orang tua menggali dan memperlihatkan akibat dari perbuatan anak. Beberapa alternatif yang dapat diambil orang tua adalah sebagai berikut:

1. Perhatikan kebutuhan anak.
Amati dan rasakan apa yang menjadi kebutuhan anak, dan berilah kegiatan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
Misalnya:  Pada saat menunggu, berikan sesuatu yang dapat anak mainkan . Biasanya kalau menunggu tanpa aktivitas anak akan melakukan eksplorasi terhadap apapun yang ada di ruang tunggu tersebut . Maka berilah anak mainan saat menunggu, maka anak akan asyik bermain , dan ia tidak mengalami kebosanan.

2. Berikan informasi dan alasan.
Berikan informasi mengapa suatu tindakan itu dilakukan dan berikan alasannya dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.
Misal: Anak diminta mengembalikan alat - alat permainannya, setelah bermain. Maka berikan juga alasannya mengapa hal itu perlu dilakukan, yaitu agar mainannya bisa digunakan lagi .

3 Perhatikan perasaannya.
Pahami., terima, dan dengarkan perasaannya.
Misal: Ketika anak memukul  seseorang. Maka dengarkan alasannya. Dan orang tua perlu memberi motivasi kepada anak,  untuk anak tidak melampiaskan  rasa  marah dengan cara  menyakiti, misal dapat menunjukkan rasa marah dengan menangis atau merajuk.

4. Jadilah panutan.
Orang tua harus melakukan peraturan yang telah disepakati. Misalnya: setiap pagi, anak harus melakukan sholat subuh, maka orang tua juga harus bangun sebelum adzan subuh dan melakukan sholat subuh segera setelah terdengar adzan subuh. Dengan demikian orang tua harus menunjukkan "satu kata dalam perbuatan".

5. Ubah suasananya.
Hal ini   dilakukan tergantung usia anak .
Untuk anak yang usianya di bawah 3 tahun. Mengubah suasana lebih mudah daripada mengubah sikap anak. Misal: anak selalu menggeratak isi dapur, maka ibu memasang kunci lemari dapur dan mengunci lemari dapur, maka urusan akan beres.
Sedangkan untuk anak yang lebih besar umurnya, maka perubahan suasana harus disertai alasan, dan anak juga diajak diskusi suasana mana yang menurut anak akan membawa manfaat positif.

6. Cari Alternatif.
Mengajak anak untuk mencari alternatif penyelesaian masalah.
Misal: kalau ayah dan ibu keberatan anak membangun istana mainan di ruang makan, maka ajaklah anak untuk mencari alternatif lain dan buatlah kesepakatan dengan anak . Dalam hal ini orang tua juga harus mau berkorban menyediakan alternatif tempat lain untuk anak dapat membangun istana mainan , jangan sampai semua tempat di dalam rumah tidak diperbolehkan . Karena anak akan mengalami kebingungan dan menganggap orang tua tidak mengerti akan kebutuhan dan keinginannya .

7. Memberikan PILIHAN bukan perintah.
Dalam setiap kesempatan dan keputusan , ayah dan ibu perlu melibatkan anak, karena anak merasa ada, dan dianggap oleh orang tua, sehingga anak merasa berdaya dan mempunyai peranan dalam keputusan yang berkaitan dengan diri anak. Hal ini akan membantu terbentuknya kepercayaan diri anak . Selain itu anak juga akan senang hati dan suka rela melakukan segala sesuatu yang telah disepakati, karena anak merasa bahwa keputusan itu juga keputusan anak.

8. Lakukan PRA KONDISI.
Dalam menghadapi segala sesuatu anak perlu mendapat gambaran terlebih dahulu , sehingga secara pengetahuan, mental maupun sikap anak akan lebih siap. Hal ini terutama dilakukan jika anak akan mengalami sesuatu yang baru, misal: berada di tempat baru , bersekolah di tempat baru, dan lain-lain. Untuk anak balita , pra kondisi ini dapat juga dilakukan dengan 'bemain peran' .


Sahabat terkasih,

Mudah-mudahan , postingan ini dapat membantu sahabat untuk mencari solusi terbaik  bagi putra- putrinya.

Salam hangat abadi

Friday, May 31, 2013

SANKSI , Bagaimana sebaiknya?

Setiap orang tua atau keluarga tentu memiliki peraturan tersendiri . Peraturan yang diterapkan keluarga tentu saja sebagai refleksi dari cara pengasuhan orang tua terhadap anaknya . Biasanya peraturan ini hanya berlaku untuk seluruh anggota keluarga termasuk di dalamnya ayah dan ibu. Biasanya akan ada apresiasi apabila anggota keluarga melakukan tindakan terpuji (sesuai aturan) dan sebaliknya apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan itu maka anggota keluarga akan dihadapkan pada sanksi .  Keseimbangan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak . Karena dengan penghargaan , anak akan termotivasi untuk terus melakukan hal-hal yang positif .  Apabila orang tua tidak melakukan keseimbangan, yaitu orang tua hanya memberikan sanksi bila terjadi pelanggaran, dan tanpa pemberian penghargaan jika anak berbuat kebaikan, maka akan mengakibatkan penyimpangan dalam bentuk lain .

Pemberian sanksi sebenarnya bertujuan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan . misalnya dalam penerapan kedisiplinan . Selain itu sanksi juga diharapkan memunculkan perilaku yang diharapkan . Perilaku sopan santun tidak dapat terbentuk dengan sendirinya . Namun orang tua harus konsisten menerapkan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak .

Yang perlu sangat diperhatikan adalah kesamaan pandangan antara ayah dan ibu . Keduanya harus kompak dan konsisten, peraturan tidak dapat dijalankan dengan setengah-setengah . Peraturan ini kemudian disosialisasikan terhadap anak, kemudian ajaklah diskusi anak mengenai ganjaran apa dan sanksi apa yang akan diberikan terkait dengan penerapan peraturan tersebut . Dan perlihatkan kepada anak, bahwa peraturan ini juga berlaku bagi ayah dan ibu . Sehingga anak merasa bahwa orang tua tidak hanya memerintah tetapi orang tua juga menjadi bagian yang harus menerapkan peraturan tersebut .

Untuk anak kecil , tentu saja mereka kadang kala kurang mudah memahami peraturan berikut konsekuensinya bila hanya dengan kata-kata . Oleh sebab itu  orang tua harus memberikan contoh konkret . misalnya kalau kita mempunyai aturan bahwa anak untuk selalu menghampiri kita jika ia memerlukan sesuatu tidak boleh menyampaikannya sambil berteriak. Oleh sebab itu orang tua memberi contoh jika  memerlukan sesuatu maka ayah atau ibu menghampiri tidak dengan berteriak.

Pada waktu pemberlakuan sanksi sebaiknya orang tua mengajak anak untuk berbicara kepada anak mengenai kesepakatan yang sudah dibuat antara orang tua dengan anak  dan alasan mengapa pemberlakuan kesepakatan tentang sanksi perlu dilakukan . Anak perlu bimbingan untuk mengetahui dan menentukan perilaku  yang tepat dan benar . Dalam hal ini anak juga  harus tahu pasti letak kesalahannya . Sekedar memberi sanksi tanpa anak mengetahui kesalahannya , akan mempunyai peluang anak akan mengulang kesalahannya kembali . Misalnya sewaktu anak tidak merapikan alat permainannya ,  jangan langsung dimarahi . Galilah lebih dalam mengapa anak tidak mau membereskan alat permainannya . Bantulah ia menemukan sendiri konsekuensi dari perilakunya . Orang tua perlu sabar dan usaha yang ekstra agar berhasil dengan baik . Apabila ini dilakukan Insya Allah anak akan sadar dan tidak mengulangi kesalahannya lagi .

Pemberian sanksi ini efektif apabila dilakukan tidak dengan penundaan waktu . Selain itu sanksi yang diberikan masih berkaitan dengan kesalahan yang diperbuat. Yang perlu diperhatikan orang tua jangan sekalipun melakukan sanksi fisik, karena akan menyakiti secara fisik dan akan berbekas secara psikologis . Bahkan dibeberapa kasus bisa menjadikan anak lebih bertingkah karena anak tidak mengetahui hubungan antara kesalahan dengan dipukul . Misal : anak tidak mengerjakan tugas sekolah , kemudian anak dipukul oleh orang tuanya . Maka anak tidak akan mengerti hubungan antara tidak mengerjakan tugas sekolah dengan dipukul .

Semoga ulasan di atas menjadi referensi dan pengingat kita untuk dapat berperan sebagai teladan dan menjadi sumber motivasi bagi anak -anak kita . Aamiin.

Salam hangat abadi





Thursday, May 30, 2013

TERLANJUR BERPERILAKU NEGATIF

Kadang kala kita mendapati anak kita sudah terlanjur berkelakuan buruk . Apa yang harus dilakukan ? . Memang banyak orang tua yang bereaksi marah , malu atau perilaku lainnya . Memang manusiawi reaksi -reaksi tersebut . Sebenarnya tak ada kata terlambat untuk mengoreksi tingkah laku anak anda .   Namun yang lebih bijak tentulah orang tua mencoba bercermin dan segera membuat komitmen . Orang tua harus segera mengecek kembali pola asuh dan bentuk hubungan yang terjalin di keluarga .

Memang tak mudah untuk meluruskan kembali perilaku anak . Segeralah ayah dan bunda melakukan pengecekan bersama , dan melakukan perbaikan - perbaikan  pola pengasuhan dan dilakukan secara konsisten dan penuh komitmen . dibutuhkan kekompakan seluruh anggota keluarga dalam proses pelurusan perilaku anak . Usahakan agar anak mau membuka diri. Untuk itu orang tua perlu menunjukkan ketulusan dan kesabaran dalam memperbaiki hubungan antara orang tua dan anak .

Selain hal di atas, orang tua perlu mengupayakan dan membangun komunikasi dua arah yang bisa berlangsung nyaman . Berdiskusilah dengan anak anda. tanyakan kepada anak apa keinginan-keinginannya. Lakukanlah negosiasi untuk mendapatkan kata sepakat, dimana terjadi kondisi yang seimbang antara tuntutan orang tua dan keinginan anak . Jangan lupa diperlukan ketulusan, ketenangan, dan gunakan bahasa yang nyaman dan ciptakan suasana yang menyenangkan .

Faktor LINGKUNGAN.

Perlu dicermati juga selain faktor keluarga dan rumah ,  faktor lingkungan juga turut membentuk perilaku anak .  misal: anak ikut tawuran karena anak-anak di sekolahnya mengajaknya tawuran, bila tidak ikut nanti dianggap tidak memiliki kesadaran dan solidaritas antar teman . Kondisi seperti ini tentu saja membebani  pikiran anak . Oleh sebab itu orang tua perlu peka terhadap perubahan perilaku maupun perubahan gerak-gerik anak . Dalam kondisi inilah orang tua perlu mengajak bicara dan mencari tahu permasalahan anak ,  dan mendiskusikan untuk mencari jalan keluar yang terbaik secara bersama-sama antara orang tua dan anak .

Orang tua juga perlu melihat kembali tempat beraktivitas anak . Seyogyanya orang tua memilihkan tempat lingkungan yang baik sebagai tempat beraktivitas, misal: tempat les, sekolah, atau tempat yang lain. Ke semua itu sebisa mungkin terpantau baik dan buruknya . Apabila sudah terlanjur tempat beraktivitas kurang baik,  diskusikan dengan anak baik kelebihan maupun  kelemahan tempat tersebut , dan ambillah kesepakatan tindakan apa yang harus diambil dengan segala konsekuensinya.

Mengenai sekolah, orang tua tidak seharusnya lepas tangan dan menyerahkan sepenuhnya pengasuhan kepada pihak sekolah . Orang tua harus tetap memantau perkembangan anaknya . Jalinlah komunikasi dengan guru , tanyakan perilaku anak dan kemungkinan solusinya . Selain itu juga jalin komunikasi antar orang tua murid . Saling bertukar informasi , sehingga orang tua walau tidak mendampingi secara fisik tetapi tetap mengetahui dan bisa sewaktu-waktu menjadi pendamping yang "klik " dengan anak kita .

Sahabat-sahabat saya ,
Semoga ulasan di atas dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi dalam mendampingi anak kita berproses . Mudah-mudahan dimudahkan oleh Allah Yang Maha Pengasih dan Penyanyang, aamiin.

Salam hangat abadi


Wednesday, May 29, 2013

Anak Rusuh! apa peran KELUARGA?

Dimanapun , ada saja tampak anak yang berperilaku cenderung menantang, dominan, dan seringkali menjadi biang rusuh di kelas, di lingkungan rumah, atau di tempat lain. Tentu saja ini adalah yang menarik perlu kita bahas " Apa yang membuat anak tumbuh sebagai remaja yang mempunyai perilaku menantang?".

Acapkali ada yang mengatakan bahwa penyebab terbesarnya adalah lingkungan. Namun benarkah demikian? apakah faktor keluarga juga tidak berperan? Menurut saya , sebagai orang tua haruslah mawas diri karena keluarga adalah lingkup terdekat, dimana lingkup terdekatlah  yang dominan membentuk perilaku anak . Hal ini bisa saja disebabkan:

1. Anak merasa tidak nyaman di rumah, dia merasa tidak dianggap penting oleh orang tua atau saudara, sehingga anak akan mencari tempat yang nyaman di luar rumah untuk mencari  pemenuhan kebutuhan emosi dan afeksinya .

2. Anak merasakan kenyamanan di rumah karena di rumah penuh aturan yang terlalu mengekang keinginan anak. Anak akan merasa ruang geraknya dibatasi tanpa dibarengi kesempatan utnuk beragumentasi . Dalam situasi ini biasanya anak berontak.
Dalam hal ini perlu kita waspadai adalah pada masa anak sekolah SMP dan SMA anak berada dalam masa transisi . Masa ini disebut masa remaja. Pada masa ini , anak akan mengalami krisis identitas . Banyak hal baru yang ingin mereka coba . Maka sebagai orang tua kita harus menyiapkan tempat mereka untuk berekspresi , karena apabila mereka tidak berekspresi di lingkungan terdekatnya yaitu rumah dan keluarga maka mereka akan mencari tempat lain yang bisa menerima dan mendengar pendapatnya .

3. Orang tua perlu menerapkan pola asuh yang santai dengan anak yang memasuki masa remaja. Ubahlah pola pengasuhan  yang biasa diterapkan semenjak anak kita masih berusia anak-anak karena pola pengasuhan anak dengan remaja adalah berbeda . Misalnya: ketika anak sedang berkeluh kesah atau marah, berikan ruang dan waktu untuk meluapkannya. Tak perlu orangtua menyanggah dengan ocehan . Karena dari keluh kesah dan marahnya anak , orang tua dapat melakukan analisa alasan apa di balik perilakunya tersebut.

4. Orang tua harus aktif bertanya kepada anak. Simak baik-baik penuturannya . Apabila anak sudah mengungkapkan semua dan merasa lega , maka orang tua dapat memberikan masukan . Yang perlu diperhatikan adalah orang tua perlu menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti.

5. Menghadapi anak-anak yang melampiaskan kekesalannya dengan cara negatif misalnya: membanting pintu, membantah, membanting barang, mengurung  diri di kamar, mengambek atau yang lainnya . Bersikaplah tenang , biarkan anak tenang , kemudian dengan tanpa nada tinggi , tanyakan alasan yang mendasari  mereka berbuat demikian .
Perilaku ini biasanya hanya muncul di usia pubertas , karena adanya perubahan hormon yang mendorong anak mudah meledak, "mood"nya cepat sekali berubah . Namun dengan berlalunya masa remaja, perilaku ini akan hilang .

6. Penanaman norma.
Penanaman norma sedini mungkin . Mulai usia 3 tahun anak sudah dapat diajak bicara karena anak sudah mulai dapat berpikir dan mengerti penjelasan orang tua .  Penanaman norma sangat berperanan penting dalam membangun perilaku dan kematangan emosi  anak di masa datang.

Sahabat bunda, demikian tadi sekelumit bahan diskusi mengenai peranan keluarga. Mudah-mudahan dapat menjadi pengingat dan menjadikan kita lebih bijak , sabar dan memahami masa perkembangan anak kita yang sedang bergelora di masa pubertas mereka.

Salam hangat abadi.




Tuesday, May 28, 2013

Membuat bahan permainan anak sendiri

Sahabat ibu terkasih,

Dalam setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan beberapa stimulasi kecerdasan yang dapat menjadi fondasi untuk bangunan kecerdasan anak di usia selanjutnya. Untuk itulah para ibu harus pandai-pandai mengajak anak untuk bermain dengan berbagai macam bahan agar dapat mengoptimalkan kecerdasan intelektual, emosi , bahasa, motorik di masa mendatang.

Dalam ulasan kali ini saya akan mencoba sharing beberapa bahan permainan yang dapat dibuat para ibu bersama anaknya. Bahan - bahan ini bersifat aman dan dapat mengajari anak untuk mencoba mengeksplorasi keahlian dalam mengolah beberapa bahan dasar menjadi bahan yang menyenangkan untuk bermain. Bahan-bahan permainan ini dapat dipakai untuk bermain anak di bawah 5 tahun. Untuk hal ini saya berterima kasih kepada sekolah anak saya yang mengajari kami para orang tua murid dan anak-anak kami untuk dapat meracik bahan-bahan permainan ini.

1. Bahan untuk bermain "Lumuri  Jari dan Anggota Badanku.

Bahan dasar yang digunakan:
6 sendok makan tepung sagu
600  cc air
3 sendok makan minyak goreng
1 sendok makan sabun cair
2 sendok makan tepung terigu
pewarna kue

Caranya:
Campurkan semua bahan dan aduklah sehingga tercampur merata, dan masak hingga matang.
Setelah matang, angkat dan diamkan sampai dingin. Tuang ke dalam tempat yang digunakan untuk bermain dengan tangan anak. Maka bahan mainan ini siap dan dapat digunakan untuk bermain melumuri jari maupun anggota badan yang lain.

2. Bahan untuk Melukis

Bahan dasar:
4 sendok makan tepung terigu
Air secukupnya
pewarna makanan (tergantung warna yang akan dikenalkan kepada anak).

Caranya:
Campurkan semua bahan sehingga campuran ini kental dan rata seperti adonan kulit pisang goreng. Tuang ke tempat yang akan dipakai untuk menaruh cat lukis ini dan siaplah bahan ini untuk dipakai bermain bersama anak.

3. Membuat Playdough.

Bahan dasar:
1 cangkir terigu
1 cangkir garam halus
1 cangkir air pewarna kue

Caranya:
Campurkan air dan garam aduk hingga larut, lalu biarkan garam mengendap, ambil airnya saja (kira-kira tinggal 0,5 cangkir).
Campur terigu dan air garam tadi. Aduk dan remas-remas sehingga berbentuk  playdough.
Teteskan pewarna kue sesuai dengan kesukaan anak.
Bahan siap dipakai untuk bermain.

(resep mainan ini saya ambil dari resep yang saya peroleh dari Sekolah Al Falah, Kelapa Dua Wetan Jakarta Timur).


Sahabat -sahabat terkasih, demikian tadi beberapa referensi yang dapat saya sharingkan. Semoga menginspirasi.

Salam hangat abadi.



.





Monday, May 27, 2013

Mengenali tahap perkembangan dari kematangan fisiologis

Selamat pagi,

Doa kami semoga bunda terkasih selalu dalam lindungan Allah yang Maha Esa. Aamiin.

Beberapa tahap perkembangan anak sudah kita diskusikan di postingan saya sebelumnya. Maka di pagi ini, saya mencoba mengupas tahapan perkembangan anak dilihat berdasarkan kematangan fisiologis dari bagian-bagian tertentu anak kita. Teori ini dikembangkan oleh Sigmund Freud. Dalam buku psikologi perkembangan rangkaian perkembangan ini disebut fase OEDIPAL.

Tahapan perkembangan ini dibagi menjadi :

1. Tahap perkembangan ORAL.
Biasanya di lakukan anak berusia 0-1,5 tahun. Pada masa ini anak akan melakukan ekplorasi dan pengenalan terhadap segala sesuatu di lingkungannya melalui mulutnya, seperti mengisap, mengigit atau memasukkan apa saja ke mulut.

2. Tahap perkembangan ANAL.
Biasanya berlangsung pada anak berusi 1,5 - 3/3,5 tahun. Pada tahap perkembangan ini anak akan mendapat kepuasan dengan cara menahan atau membuang kotorannya menurut kemauannya sendiri. Melalui  kemampuannya ini anak belajar tentang kebebasan utnuk menentukan sendiri kemauannya . Oleh sebab itu para bunda, harus sudah mulai menanamkan disiplin dengan mengajari mereka kontrol buang air besar dan kontrol buang kecil, sehingga pada tahap perkembangan ini anak tidak keliru mengartikan kebebasannya. (lihat postingan saya terdahulu yang membahas Buang Air Besar secara Mandiri dan Buang Air Kecil secara Mandiri).

3. Tahap perkembangan PHALLIC.
Biasanya dialami anak usia 3-5 tahun. Dalam tahap perkembangan ini anak mulai mempunyai perhatian terhadap alat kelaminnya. Perilaku yang nampak, adalah anak senang memegang dan  mempermainkan kemaluannya serta melakukan masturbasi. Anak-anak usia ini juga mulai tertarik untuk memperhatikan adanya perbedaan antara alat kelamin laki-laki dan perempuan. Selain itu juga anak mulai menunjukkan perhatian terhadap orang tua yang berjenis kelamin berbeda dengan dirinya.

4. Tahap perkembangan LATEN.
Biasanya dialami anak berusia 5-10 tahun. Tahap perkembangan ini adalah masa tenang di mana anak tidak tertarik terhadap diri maupun bagian tubuhnya. Dan pada tahap ini anak mulai bersekolah sehingga anak akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar di sekolah .Selain itu juga anak belajar bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas. Di sini anak akan belajar berinteraksi, belajar untuk membedakan benar dan salah melalui pujian dan sangsi, dll.

5. Tahap perkembangan GENITAL.
Biasanya dialami anak berusia 10 tahun sampai dengan remaja. Biasa disebut masa pra remaja sampai masa remaja. Pada masa ini anak mulai mengalami perkembangan alat seksual primer yaitu organ reproduksinya dan alat seksual sekunder, misalnya: payudara mulai membesar, bulu dada mulai tumbuh, kumis mulai muncul, bulu di ketiak mulai tumbuh tipis, dll. Sehingga masa ini anak mulai menunjukkan temperamen yang berbeda dengan masa sebelumnya, lebih temperamental dll. Selain itu juga meningkatnya dorongan seksual mulai nampak. Sehingga di usia ini anak sudah mulai tertarik dan terpikat terhadap lawan jenis . (Bagaimana "menghadapi anak yang terpikat lawan jenis" sudah saya kupas di postingan terdahulu). Untuk itulah orang tua harus lebih bijak dalam menghadapi anak dalam tahap perkembangan ini.

Dengan kita mengenali anak kita berada dalam tahap perkembangan tertentu , maka akan membantu kita untuk mempersiapkan mental, pengetahuan sehingga kita menghadapi anak kita secara lebih bijak. Semoga kita semua , termasuk diri saya dapat menjadi orang tua dimana anak merasa nyaman bila berada di samping kita. Aamiin.

Salam hangat abadi

Sunday, May 26, 2013

Air Putih menarik dan nikmat buat Anak

Hai, semangat pagi.

Apa kabar?
Harapan dan doa kami , sahabat -sahabat dalam keadaan sehat wal afiat. memulai aktivitas di pagi ini tentu saja, saya akan mengajak bunda untuk membahas air putih. Berapa gelas air putih yang anda minum maupun yang anak anda minum? Kadang kala kita lupa untuk mengajak anak kita untuk minum air putih, karena dalam benak kita anak lebih baik banyak minum susu . Sahabat-sahabat yang baik manusia memang membutuhkan susu, namun juga tubuh kita termasuk tubuh anak kita membutuhkan air putih. Air putih sangat mendukung usaha hidup sehat kita maupun anak kita . Kalau diteliti lebih lanjut, air putih atau sebagian orang menyebutnya air bening ini mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia, yaitu untuk mmembantu kerja ginjal, meredakan panas (termasuk panas dalam). mengusir sembelit, hingga menurunkan kadar stress.

Memang perlu kita akui membiasakam minum air putih yang cukup bukanlah pekerjaan yang gampang. Bisa saja karena menganggap minum air putih adalah hal biasa, maupun karena rasa air putih yang hambar.

Untuk kupasan pagi ini saya mencoba sharing bagaimana membuat air putih dapat dilirik oleh seluruh anggota keluarga . Caranya adalah sebagai berikut:

1. Campuran air putih dan perasan buah.
Biasanya setelah menuang air putih dalam botol atau gelas , saya campurkan perasan jeruk nipis atau lemon sebagai perasa. Kadangkala jeruk nipis maupun lemon tidak saya peras, tetapi saya potong (sebelum dipotong, jeruk nipisnya  dicuci bersih terlebih dahulu ) kemudian saya masukkan irisan jeruk nipis atau lemon tersebut kedalam air dalam botol atau dalam gelas. Sensasi yang kita dapatkan adalah warna tetap bening tetapi rasanya menjadi lebih segar di setiap tegukan . Walaupun tanpa gula , air putih seperti ini menjadi tidak hambar.
Untuk irisan buah yang dimasukkan ke dalam air di botol atau gelas, biasanya saya mengganti- ganti dari jeruk nipis, lemon, stroberi, mentimun, nanas, kiwi dll. Sehingga membuat kita termasuk anak-anak menjadi tidak bosan baik rasa maupun melihat keelokan buah yang mengambang di dalam botol atau gelas.

2. Air putih dimasukkan dalam kendi.
Kebiasaan ini muncul seteah kami sekeluarga berkunjung ke rumah kenalan yang tinggal di lereng gunung Merapi. Sewaktu di sana kami diberi suguhan salah satunya adalah air putih yang disajikan dalam kendi. Anak saya sangat heran, dan didorong oleh rasa ingin tahu yang juga disertai rasa haus, maka dia tegak air putih dalam kendi. Setelah meminumnya, anak saya bersorak, karena ia merasa  dan mendapatkan sensasi rasa air es tetapi bukan berasal dari air putih yang  disimpan di lemari es. Sejak itu kami di rumah juga menyediakan air putih yang dimasukkan ke dalam kendi. Yang dimaksud kendi adalah tempat air yang terbuat dari tanah liat. Namun menyimpan air dalam kendi harus berhati-hati karena harus dilakukan dengan benar yaitu menutup rapat lubang kendi agar nyamuk tidak bertelur di dalam kendi.

3. Campuran air putih dan sedikit sirup.
Cara ini juga saya lakukan untuk membuat air putih mempunyai rasa. Yang kami lakukan bukan mencampur air putih dengan sirup dalam takaran tertentu sehingga menjadi es sirup biasa yang berasa buah dan manis. Namun kami menyiapkan air putih satu teko kemudian saya mencampurnya dengan setengah sendok teh sirop rasa buah (misal: leci, jambu biji, apel, dll).Di sini tujuan kami sekeluarga  bukan menikmati air sirup, tetapi menikmati air putih yang mempunyai sensasi buah. Di saat-saat tertentu untuk menambah kesegaran kami menambahnya dengan potongan es.

Sahabat-sahabat tips di atas adalah salah satu cara untuk mengajak anggota keluarga kita mempunyai pola konsumsi yang sehat. Cara dan kreativitas sahabat semua tentu saja sangat membantu untuk dapat menumbuhkan kebiasan sehat dalam keluarga. Selamat bereksperimen.

Salam hangat abadi.


Saturday, May 25, 2013

Ibu Bekerja siapkan ASI untuk si Kecil

Selamat bertemu kembali,

Sahabat bunda,

ASI merupakan komponen yang tidak bisa ditawar-tawar untuk dapat selalu diberikan kepada bayi kita karena sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh sebab itu sedapat mungkin ibu harus memberi ASI kepada bayinya. Dalam masa cuti melahirkan baisanya sangat mudah memberikan ASI , namun bagaimana kalau ibu sudah habis masa cutinya dan kembali disibukkan dengan urusan pekerjaan, Hal ini sebenarnya dapat dilakukan hanya saja yang diperlukan adalah KOMITMEN.

Ibu masih dapat menyediakan ASI untuk bayinya walaupun ibu sudah mulai bekerja. Hal ini dapat dilakukan dengan memerah susu di kantor , kemudian disimpan di lemari es dan dibawa pulang dengan botol yang dimasukkan ke dalam termos es. Pekerjaan ini memang merepotkan tetapi umumnya ibu melakukannya dengan senang hati. Terutama bila sesampai di rumah , ibu melihat senyum riang bayi yang menyambut kedatangan ibunya dengan sukacita.

Beberapa hal yang dapat dilakukan para ibu untuk tetap menjaga agar ASInya lancar sehingga dapat memenuhi kebutuhan bayi adalah sebagai berikut.

1. Lakukan sesering mungkin menyusui bayi saat ibu berada di rumah.
Ibu yang bekerja biasanya mempunyai kesempatan minimal 4-5 kali menyusui dalam sehari saat hari kerja.  a. Lakukanlah menyusui saat: jam 4 pagi saat ibu bangun pagi.
b. Sesaat ibu mau berangkat kekantor.
c. Sepulang kantor
d. Sesudah makan malam
e. Sebelum tidur
Apabila ibu berkantor dekat rumah, ibu bisa pulang saat istirahat makan siang dan setelah makan siang dapat menyusui bayinya.
Catatan di sini, ibu jangan lupa membersihkan terlebih dahulu puting susunya sebelum menyusui bayinya.

2. Buatlah jadual memerah susu saat ibu bekerja di kantor. Buatlah jadual per 2 jam untuk memerah susu. lakukanlah rutin per 2 jam, meski hanya beberapa menit. Keguunaan konsistensi jadual ini adalah memperbanyak cadangan ASI dalam botol dan sekaligus merangsang hormon dalam tubuh kita secara terus-menerus memproduksi ASI.

3. Usahakan saat bersama bayi kita, jangan menggunakan botol yang berisi ASI tetapi tetap menyusui secara langsung. Ini berguna untuk membuat bayi kita tidak tergantung dengan botol, dan tetap menjaga emosional anak untuk tetap dapat menikmati kegiatan menyusu ibunya. Selain itu, tentu saja proses menyusui dapat meningkatkan kedekatan hubungan antara ibu dan anak, dan juga anak akan merasa nyaman dalam dekapan  ibunya.

4. Bila hari libur, baik hari sabtu - minggu maupun hari libur lainnya, usahakan ibu selalu menyusui langsung bayinya. Sehingga pada hari kerja berikutnya payudara ibu akan kembali terasa penuh ASI . Dan ibu dapat kembali menjalankan jadual memerah susu yang rutin di kantor dengan hasil yang maksimal. Namun bagaimana kalau terlupa, sehingga jadual kita lewat dan payudara terasa penuh, segeralah lakukan memerah susu. Apabila ASI tidak segera dikeluarkan biasanya dapat menimbulkan meriang dan rasa ngilu.
Jika terpaksa tidak bisa dilakukan proses pemompaan, misal karena jalan macet sehingga waktu tempuh dari kantor sampai rumah lebih panjang dari biasanya  dan payudara terasa keras, maka segeralah lakukan pemijatan sesampainya ibu di rumah. Biasanya pemijatan dilakukan dengan bantuan baby oil. Jika dengan pemijatan  payudara masih terasa keras , lakukan pemijatan dengan menggunakan resep tradisional. (resep ini saya dapat dari ibu saya dan cukup manjur dan telah saya gunakan sewaktu  menyusui ke dua anak saya; resep tersebut adalah daun kacang panjang ditumbuk dan diambil airnya kemudian dicampur dengan air kapur sirih, kemudian campuran ini dioleskan ke payudara yang keras; biasanya tidak terlalu lama payudara akan  terasa lebih lemas).

5. Menikmati kegiatan menyusui.
Dengan hati ibu riang dan bahagia, maka produksi air susu ibu akan menjadi lebih banyak.
Banyak ibu mengaku mengalami tidur yang lebih nyenyak setelah menyusui bayi.

6. Terpenuhi asupan gizi ibu.
Sewaktu menyusui bayi, sahabat ibu membutuhkan asupan gizi yang cukup, oleh sebab itu sahabat ibu harus mengontrol kandungan gizi yang ibu konsumsi sehingga ASInya cukup mengandung gizi buat pertumbuhan dan perkembangan bayi. Serta yang perlu ditambahkan adalah sayuran dan makanan lain yang dimakan untuk membantu jumlah produksi ASI. Jenis makan ini seperti: sayuran (daun katuk, daun pepaya) , kacang yang digoreng pasir, kacang hijau , dll.

Mudah-mudahan dengan berbagai cara di atas dapat membantu sahabat ibu dapat tetap menyusui walaupun sahabat ibu sedang disibukkan dengan segala aktivitas pekerjaan. Selamat menikmati berdekatan dengan si kecil.

Salam hangat abadi.



Friday, May 24, 2013

Membangun Kedekatan Ibu Bekerja dengan Anak

Sahabat bunda terkasih...

Di era sekarang ini tentusaja kita temui banyak para bunda yang memegang peranan penting dalam masyarakat.  Seorang bunda, selain mengurus rumah tangga juga memiliki tanggung jawab di luar rumah, baik itu di kantor, di lembaga profesi, di yayasan, atau usaha wiaswasta atau yang lainnya. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan  mengatakan bahwa bila bunda mendapatkan kepuasan melalui kegiatannya di luar rumah tersebut, maka mereka akan meningkat kepercayaan dirinya. Karena kepercayaan dirinya meningkat maka para bunda ini biasanya akan cenderung mengasuh anaknya dengan lebih penuh rasa kebahagiaan dan ini dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Namun tidak bisa dipungkiri masih banyak kekhawatiran, apakah dengan bunda bekerja di luar rumah tidak mengganggu faktor perhatian dan bimbingan terhadap anaknya.

Dalam hal ini, saya tidak mau terjebak dalam perdebatan antara 2 pendapat tersebut. Karena kebetulan saya adalah ibu yang berperan ganda, baik sebagai ibu rumah tangga maupun juga sebagai ibu bekerja , maka saya mencoba menyiasatinya dengan beberapa langkah. Langkah-langkah yang saya ajukan  berupa pengalaman saya pribadi maupun pengalaman beberapa teman , relasi bahkan beberapa pengalaman klien saya.

Sebelum kita cermati beberapa tips langkah yang dapat diambil bunda yang sekarang berperan ganda untuk tetap mempertahankan hubungan harmonis dengan anak, lebih baik saya ajukan beberapa faktor tentang anak yang perlu bunda perhatikan adalah sebagai berikut:

1. Usia anak sewaktu bunda mulai bekerja.
Apabila bunda mulai bekerja sebelum anak cukup matang untuk mempunyai pemahaman menetap tentang hubungan ibu dan anak , maka hal ini akan mempunyai pengaruh minimal. Misal: ibu bekerja setelah bayi berusia 3 bulan, dan selama ditinggal bayi diasuh oleh nenek, maka anak akan terbiasa dengan pola hubungan ibu dan anak yang dihadapinya. Namun ini akan berbeda akibatnya bila bunda meninggalkan anak jika anak sudah berusia 2 tahun, dimana sebelumnya ibu di rumah dan selalu berada di samping anak dan melakukan pengasuhan penuh. Dalam hal ini anak akan merasa ditinggalkan dan lain-lain.

2. Pandangan anak.
Pada anak berusia 6 tahun, anak sudah mampu mempunyai kemampuan untuk berpikir yang lebih matang. Di saat inilah anak sudah bisa diajak bekerja sama dalam meninjau hubungan ibu dan anak.

Anak akan mempunyai kemauan untuk memahami kondisi ibu bekerja dipengaruhi oleh beberapa hal:

1. Jarak ibu bekerja, akan mempengaruhi pola kehidupan keluarga. Untuk itu, para bunda yang bekerja harus pandai mengatur waktu agar pola kehidupan keluarga tidak terganggu.

2. Teman sebaya , teman sekolah atau teman sepermainan anak.
Apabila anak mendapat teman sebaya, atau teman di sekolah atau teman sepermainannya banyak yang mempunyai bunda adalah seorang ibu bekerja, maka anak akan lebih kuat dan lebih mudah menerima bahwa bundanya bekerja di luar rumah.

3. Nilai-nilai yang dipelajari dan ditanamkan kepada anak mengenai peran ibu.
Faktor ini dapat ditanamkan kepada anak oleh keluarga maupun sekolah, bahwa sekarang ini era sekarang banyak wanita yang juga berperan ganda.
Saya mempunyai pengalaman saat anak saya berdiskusi dengan gurunya di sekolah mengenai bundanya yang sering meninggalkan rumah karena bekerja. Alhamdulillah di sekolah anak saya, ibu gurunya membantu memberi pengertian bahwa walaupun ibu bekerja tetap  tidak melupakan kegiatan di rumah dan tidak mengurangi kasih sayang terhadap anak saya. namun justru  ibu mempunyai nilai postif lain yaitu dapat membantu orang lain . Ibu guru anak saya juga mencontohkan diri beliau  selain menjadi bunda bagi putra-putrinya dirumah ibu guru juga membantu anak saya dan teman-teman lain belajar mencari ilmu.

Melihat di atas tentu ada beberapa tips yang ingin saya sharingkan untuk tetap membina hubungan yang berkualitas dengan anak di rumah.

1. Ciptakan kualitas waktu. Atur waktu sedemikian baik, sehingga bunda punya waktu yang tepat untuk membina kedekatan. Jangan lakukan dengan terburu-buru. Di sini diperlukan persiapan baik dari diri bunda maupun diri ayah.

2. Pusatkan dan serahkan diri bunda sepenuhnya.
Bunda harus siap memberikan seluruh diri bunda, karena tanggapan dan respon yang tidak" utuh"  pada saat anak bunda ingin berkomunikasi, akan menyebabkan kekecewaan dan luka hati, karena anak merasa bunda tidak sayang, tidak memperhatikan , dll. Hal ini tentu saja akan memganggu perkembangan emosi anak. Untuk itu tinggalkan segala urusan lain dan curahkan sepenuhnya dan berikan perhatian sepenuhnya pada kebutuhan anak. Dalam hal ini lepaskan baik pikiran, gadget, komputer, koran atau yang lainnya.

3. Berkomunikasilah dengan anak.
Kita para bunda perlu melatih diri untuk mengerti, menyelami dunia anak-anak, misal mengerti tentang bacaan mereka, permainan , film, ataupun teman- teman mereka. Dengan demikian bunda dapat membuka jalan berkomunikasi verbal atau bercakap-cakap dengan ananda dengan penuh spontan, hangat dan diminati anak. Beberapa tips di sini, adalah bunda juga ikut membaca bacaan anak, menonton film anak dll, baik bersama anak ataupun secara sendiri.
Hal lain yang saya lakukan adalah saya menjadi friends anak saya di beberapa media sosial yang diikuti anak saya.  Hal ini diperlukan agar pembicaraan bisa menyambung , sehingga anak akan merasa nyaman sewaktu berinteraksi.

4. Perhatikan juga bahasa tubuh anak pada saat bunda membangun hubungan kedekatan dengan anak. Lakukanlah gerakan usapan, pelukan , usap-usap rambut, sentuhan, mengelus  tangan, memegang tangan, suara lembut maupun isyarat kasih sayang lainnya. Perilaku ini akan mempercepat proses kedekatan hubungan antara bunda dan ananda.

5. Mencoba untuk hadir di saat anak membutuhkan. Sebenarnya tidak setiap saat anak ingin orang tuanya berada di sampingnya, namun di saat tertentu anak merasa "butuh" orang tua, misal; saat anak ujian, saat anak sakit, saat anak berulang tahun, saat anak ikut perayaan sekolah, saat anak ikut pagelaran sekolah, dll. Di sini anak membutuhkan kehadiran orang tua baik sebagai pendamping maupun saat anak ingin menunjukkan kebolehannya. Oleh sebab itu, usahakan sesibuk apapun luangkan waktu anda, bila anak mempunyai  moment khusus .

6. Berikan surprise di saat tertentu.
Apabila bunda mempunyai waktu walau sesedikit mungkin usahakan berikan surprise kepada anak. Misal bunda tidak biasa menjemput sekolah, maka saat bunda punya waktu sisa sedikit selepas rapat, dan memungkinkan untuk menjemput, pergilah menjemput. Berdirilah di pintu sekolah, dan tersenyum dan perlihatkan rona bahagia menyambut anak pulang sekolah. Tentu saja anak akan merasa bahagia sekali karena tidak menyangka dijemput.


Sahabat bunda, kedekatan dapat terbentuk kalau kita ada keikhlasan, ketulusan, kasih sayang, dan kesabaran.
Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi maupun pengingat bagi kita yang mempunyai peran ganda, termasuk diri saya. Manusia tidak ada yang sempurna, namun kita mencoba untuk berikhtiar mengurangi ketidaksempurnaan kita. Semoga Allah memudahkan dan melancarkan usaha kita. Aamiin.

Salam hangat abadi

Thursday, May 23, 2013

Cermat dalam Berderma

Belakangan ini , banyak kita temui di jalanan  orang yang turun ke jalan untuk meminta-minta. Fenomena ini tentu saja sangat memprihatinkan. Namun apabila dilakukan pengamatan dengan lebih teliti, nampak tidak semuanya tampak patut dibantu. Melihat kondisi  ini, akan menuntut kita sebagai orang tua untuk lebih bijak mengajari anak-anak untuk lebih peka mengenali siapa yang perlu dibantu.

Kepekaan ini tentunya akan dapat dilakukan anak seiring dengan pertambahan usia anak, karena kemampuan observasi tentu saja harus melewati beberapa tahap perkembangan. Untuk anak prasekolah cukup kita katakan adalah " Nasta, ada banyak orang yang memerlukan bantuan kita".

Untuk anak yang sudah mampu melakukan observasi , orang tua perlu memberikan penjelasan dalam mengenali kaum miskin. Berikan penjelasan orang dimaksud, misal:" orang yang perlu dibantu antara lain anak kecil yang berpakaian lusuh, nenek yang renta, orang yang mempunyai cacat fisik, dan lain-lain".
Setelah itu baru anak kita ajak untuk menentukan orang-orang perlu mendapatkan bantuan.

Setelah anak berusia 9 tahun, kemampuan analisa anak semakin berkembang, maka orang tua dapat menjelaskan bahwa mengemis bukanlah pekerjaan yang baik. Orang tua dapat menjelaskan pekerjaan lain yang baik yaitu loper koran atau petugas kebersihan sebagai alternatif mengemis.

Dalam memberikan penjelasan , orang tua harus berhati-hati karena bisa saja akan menimbulkan sikap yang salah bahwa anak malah tidak mau berbagi. Oleh sebab itu segera luruskan dengan menumbuhkan rasa berbagi dan rasa sosialnya. Caranya adalah memberi contoh misal mengajak anak mengunjungi dan berderma di panti asuhan .

Cara lain adalah mengajak anak mengambil tabungannya untuk disedekahkan . juga pada waktu mendapat kebahagiaan ajaklah anak berbagi kebahagiaan dengan orang yang membutuhkan . Misalnya; saat berulang tahun, rayakan bersama anak panti asuhan, uang yang dipakai bisa hasil sharing uang tabungan anak ditambah dengan uang orang tua. Persiapan untuk acara tersebuat anak harus dilibatkan.

Bagaimana bila anak menemukan pengemis di jalanan? tentu saja anak masih bisa memberikan sedekah dengan cara meneliti terlebih dahulu apakah pengemis tersebut perlu dibantu atau tidak. Sedekah ini tidak harus uang dapat juga diganti dengan  kudapan atau susu yang biasa diminum oleh anak.

Mudah-mudahan kita semua diberikan kemudahan dalam menumbuhkan rasa berbagi dan berderma dalam diri anak kita. AAmiin.

Salam hangat abadi.


Wednesday, May 22, 2013

Menanamkan "berbagi rejeki"

Bunda terkasih....

Menanamkan nilai kehidupan yang terbaik adalah dari rumah. Penanaman ini dapat dilakukan dengan dimulai dari bacaan cerita yang kita lakukan sebelum tidur, pembicaran kita sehari-hari  maupun perilaku kita dan lingkungan yang ada dalam rumah dan dalam kehidupan  sehari-hari. Begitu juga dengan menumbuhkan nilai kehidupan tentang berbagi rejeki.

Perilaku ini bisa dibentuk mulai dari anak masih berusia bayi, kita selalu membacakan cerita yang di dalamnya ada unsur membagi adalah perilaku yang baik, memberi dapat membuat orang lain senang dan bahagia , dan konsep tangan di atas adalah lebih baik dari pada tangan di bawah dan lain-lain. Kemasan cerita ini dengan bahasa yang sederhana dan cerita yang menarik. Banyak cerita yang dapat dilakukan misal : cerita dari serial winnie the pooh, cerita buku umum maupun yang bernuansa islami ,  atau bahkan bisa dilakukan dengan mengarang cerita sendiri. Selain itu ayah bunda, saudara di rumah juga bisa memberikan contoh dalam hidup kesehariannya.

Beberapa bentuk keseharian yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan "berbagi  rejeki" ini bisa beragam, misal:

1. Kalau kita mempunya makanan atau kue , kita bagi untuk semua yang ada di rumah. misal di rumah ada orang lain yang membantu kita, mereka juga wajib kita bagi. Caranya misal dengan: " alhamdulillah Rizki dapat oleh-oleh dari ayah. Bagaimana perasaan Rizki?", anak akan menjawab senang. Maka kita tinggal melanjutkan" sayang, bolehkah kalau Rizki membagi kebahagiaan ini kepada mbak Mie?,  anak akan menjawab boleh , tapi bagaimana caranya; kita lanjutkan lagi: " bagaimana kalau kuenya kita bagi, setujukah Rizki" tunggu respon anak. Jika respon anak membolehkan , maka kita minta anak untuk membagi kue dan memberikannya kepada mbak Mie.

2. Bunda punya pohon mangga dan sedang berbuah, petiklah sebagian buahnya dan  bagikan ke tetangga. Libatkan anak dalam proses pengemasan sesuai dengan kemampuannya  dan ajaklah komunikasi kenapa ini dilakukan. Kemudian ajaklah si kecil untuk mengirim buah tersebut ke tetangga  dan bertemu dengan si penerima. Dengan demikian anak akan melihat rona kegembiraan dari si penerima. Dari sini anak akan mendapat pemahaman bahwa ada kebahagian tersendiri pada saat kita bisa memberi.

3. Kita sengaja membeli hadiah dan memberikannya untuk orang yang membutuhkan. Kadangkala pada waktu anak membantu proses pengemasan ia akan bertanya, "mengapa kita bersusah payah membeli sesuatu yang bagus kemudian kita bagi ?" salah satu yang bisa kita jelaskan adalah " Rizki, alhamdulillah kita sudah memiliki barang ini , sekarang saatnya kita membaginya untuk orang lain , supaya mereka bisa merasakan apa yang kita rasakan". dll



Dan masih banyak cara lainnya, yang tentu saja bunda dapat lakukan. Untuk langkah awal, mulailah dengan memberi bisa dilakukan kepada orang dekat terlebih dahulu seperti anggota keluarga, keluarga besar, maupun tetangga, baru kemudian menginjak ke lingkungan yang lebih luas lagi.


Semoga dapat menjadi inspirasi.

Salam hangat abadi





Tuesday, May 21, 2013

Anak mempunyai masalah dengan Guru?

Apa kabar bunda......

Komunikasi yang harmonis antara orang tua dan guru , akan membantu perkembangan anak secara optimal. Perkembangan di sini bisa berarti perkembangan sosial, emosi, maupun kognisi anak. Hal ini disebabkan guru adalah figur sentral dan sebagai role model di sekolah, sehingga apa yang dilakukan guru di sekolah sedikit banyak berpengaruh bagi perkembangan sosial, emosi maupun kognisi anak. Oleh sebab itu jalinan komunikasi yang harmonis dan sinergis akan sangat membantu.

Namun kadangkala kita mendapati bahwa anak kita mendapat suatu teguran atau perilaku yang tidak semestinya sehingga ananda merasakan luka hati, atau luka fisik. 

Namun yang perlu kita sadari , guru adalah manusia juga . Ia bukan manusia yang sempurna. Mereka bisa melakukan kesalahan atau kekeliruan. Oleh sebab itu bila ini terjadi, kita sebagai orang tua harus tetap memberikan pengertian kepada ananda, anak tidak boleh kehilangan rasa hormat terhadap gurunya.

Langkah yang kita lakukan adalah:

1. Jalin komunikasi . Lakukan terlebih dahulu usulan jadual untuk pertemuan. Siapkan argumentasi yang cerdas.  Mulailah pembicaraan dengan bahasa yang baik , tidak menghakimi dan sikap yang tenang, tanyakan alasan mengapa ananda mendapat suatu perlakuan tersebut, dengarkan penjelasan guru. Ajaklah guru berdiskusi, sampaikanlah argumentasi anda dengan cerdas dan nyatakan keberatan dengan tegas namun tidak menyakiti hati guru , carilah solusi yang cerdas dan ambillah komitmen masing-masing pihak dengan bijaksana. Hal yang perlu diingat selain bahasa dan sikap adalah nada bicara kita, nada bicara harus kita jaga juga sikap hormat kita terhadap guru.

2. Apabila guru tidak terbuka atau defensif. 
Solusinya adalah bunda tetap bersikap tenang. Jelaskan dengan sabar argumentasi dan alasan mengapa guru harus mengubah cara pendekatan terhadap ananda.

3. Apabila bunda menemui karakter guru yang tidak baik.
Bunda dapat mengajukan 2 pilihan yaitu guru diminta melakukan penyesuaian . Katakan bahwa sikap seperti itu berbeda dengan pengasuhan , pengajaran, etika  maupun value yang selama ini ditanamkan kepada anak. Dua metode penanaman value dan etika yang berbeda akan menimbulkan kebingungan pada si anak, yang akibatnya membuat anak dapat tidak memperoleh pemahaman yang semestinya. Pilihan ke dua adalah melaporkan kepada pihak ke tiga. Dalam hal ini ynag kita lakukan adalah menghubungi guru wali , guru yang dekat dengan anak-anak atau guru bimbingan konseling (tunda untuk menghubungi kepala sekolah). Kepada pihak ke tiga ceritakan dan ungkapkan keberatan beserta alasan-alasan yang mendukung, mintalah saran agar tercapai solusi sehingga orang tua, guru, dan anak menjadi nyaman.

4. Jika kompromi tidak tercapai. 
Orang tua dapat menghubungi jabatan yang lebih tinggi. langkah ini adalah langkah terakhir, karena kita perlu menghargai guru dan juga mempertimbangkan karier guru.

Mudah-mudahan dapat membantu.


Salam hangat abadi




Monday, May 20, 2013

Komunikasi dengan Sekolah

Bunda ,

Selamat pagi....


Guru adalah pihak yang mempunyai kekuasaan di sekolah. Tingkah laku guru akan sedikit banyak mempengaruhi karakter anak di kemudian hari. Oleh sebab itu orang tua seharusnya tidak melepas begitu saja ananda ke sekolah tanpa melakukan proses monitoring dan melakukan pengontrolan terhadap sekolah.

Terkadang kita mendapati ananda berwajah murung saat pulang sekolah. Saat bunda mencari tahu penyebabnya dan mengajak bicara kepada ananda, terungkaplah kalau ananda sedih karena guru menegur ananda.

Apabila ini terjadi apa yang harus dilakukan bunda?

Dalam menghadapi masalah ini bunda dapat melakukan komunikasi dengan guru, ajaklah guru bicara dari hati ke hati mengenai penyebab konflik antara guru dan ananda, juga solusi yang terbaik dan mintalah kepada guru untuk menggunakakan pilihan kata yang halus agar anak tidak sampai luka hati.

Bagaimana kalau yang dialami anak tidak hanya luka hati, tetapi juga luka fisik. Seperti yang sekarang banyak nampak di media baik indonesia maupun di luar negeri, seperti di Cina contohnya guru menampar anak berkali-kali karena anak tidak bisa menjawab pertanyaan. Apabila guru sudah menggunakan kekerasan, jangan tunda lagi segeralah untuk datang ke sekolah. Bicarakan kepada guru.

Cara berkomunikasi dengan sekolah

1. Lakukanlah dengan menggunakan buku penghubung. Buku ini memuat laporan detail mengenai perilaku dan perkembangan anak, sehingga dapat dipakai sebagai alat pantau orang tua terhadap perkembangan anak di sekolah.
Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah buku penghubung ini selalu dibawa anak , sehingga kemungkinan besar dapat terbaca oleh anak. Oleh sebab itu sebaiknya apa yang tertulis di buku penghubung sebaiknya tidak berupa teguran langsung.
Apabila orang tua mendapatkan kebingungan maupun keraguan dengan apa yang tertulis di buku penghubung seyogyanya orang tua menghubungi langsung dan membicarakan langsung dengan guru.

2. Orang tua dan guru dapat melakukan tukar menukar nomor telephon atau nomor pin blackberry atau yang lainnya. Lakukan komunikasi secara terbuka , di sini diperlukan keterbukaan dari ke dua belah pihak baik dari orang tua maupun dari guru.

3. Memanfaatkan undangan pertemuan antara sekolah dan orang tua murid. Karena dengan menghadiri undangan sekolah , orang tua bisa memahami program sekolah, tuntutan sekolah  maupun mengetahui perkembangan anak. Sehingga orang tua dapat menyiapkan baik mental, fisik maupun perlengkapan yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti program sekolah. Oleh sebab itu, sesibuk apapun orang tua seharusnya orang tua hadir dalam pertemuan sekolah.

4. Buatlah kelompok di antara orang tua murid. Hal ini dapat dilakukan baik secara fisik maupun secara dunia maya maupun melalui gadget, misalnya kelompok atau group di internet, di forum chatting , dll. Bertukar pikiranlah dan galilah sebanyak-banyaknya mengenai sekolah, termasuk guru-guru yang mengajar di sekolah. Informasi ini berguna, mengingat sebagian besar waktu ananda dihabiskan di sekolah.


Demikian sedikit ulasan yang dapat menjadi referensi  dalam menjalin hubungan dengan pihak sekolah.

Selamat beraktivitas.

Salam hangat abadi.


Sunday, May 19, 2013

Anak usia di atas 4 tahun masih mengompol ?

Hai bunda,

Selamat malam.

Sering kali kita masih menemui anak yang berusia di atas 4 tahun masih mengompol kalau tidur di malam hari. Mengapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya.

Sebenarnya ada dua kelompok yang membedakan mengompol di sini, yaitu: mengompol yang terus menerus, maupun yang dulunya sudah tidak mengompol tetapi tiba-tiba mengompol lagi. Di sini kita perlu memperhatikan di kelompok manakah anak kita termasuk di dalamnya, karena penyebab dan penanganannya tentu saja berbeda,

Jenis mengompol:

1. Mengompol yang terus menerus
Mengompol di sini timbul semenjak lahir berkelanjutan sampai dengan anak berusia di atas 4 tahun. Mengompol di sini lebih banyak disebabkan telambatnya mekanisme kontrol buang air kecil dan juga disebabkan oleh kegagalan maupun ketidak konsistenan orang tua dalam melatih kemampuan anak dalam menahan dan membuang air kecil (ulasan tgl 19 Mei 2013). Berdasarkan kasus-kasus yang sering saya terima dan amati  adalah karena
a. Kadang kala orang tua tidak tega membangunkan anaknya di malam hari, karena takut anak terkurangi waktu tidurnya.
b. Orang tua terlalu lama membiasakan anak memakai pampers sehingga anak mempunyai pola  kalau kepingin buang air kecil , langsung aja kencing di pampers . Dalam hal ini anak akan tidak terlatih untuk menahan air seninya, dan juga tidak terlatih untuk mengkomunikasikan keinginan untuk buang air kecil kepada bunda atau orang dewasa lain.
c. Orang tua atau orang dewasa kurang sabar dan kurang konsisten melatih, sehingga anak mendapat pemahaman bahwa latihan ini sebenarnya tidak diperlukan, dan anak berlatih mengambil yang paling gampang dilakukan. dll.

2. Mengompol tidak berlangsung terus menerus.
Mengompol muncul lagi setelah anak mampu tidak mengompol minimal selama 3 bulan. Mengompol dalam klasifikasi ini sering disebabkan oleh adanya stress atau krisis emosional yang menyebabkan anak merasa cemas. Penyebab bisa bermacam-macam, misalnya:
a. Kelahiran adik. dalam hal ini anak merasa tersisihkan, sudah tidak disayang lagi, tidak ada perhatian lagi dari orang tua , dll.
b. Sakit, anak merasa tidak nyaman .
c. Pindah rumah, di sini biasanya anak merasa kehilangan teman-teman lamanya, dsb.
d. Masuk sekolah, merasa tidak bebas, dahulu di rumah menjadi pusat perhatian dan cenderung apa keinginannya dituruti sekarang ada aturan , juga merasa tidak aman karena ada teman yang baik atau yang tidak baik, dll.
e. Konflik, baik dengan saudara, teman, orang tua atau orang lain yang mengganggu emosi anak.
f. Masalah di anatara orang tua, anak merasa tidak aman karena pertengkaran orang tua , dll
g. dan faktor lainnya.

Langkah - langkah yang bisa kita lakukan untuk pencegahan:

1. Jangan mengabaikan  dan juga jangan terlalu keras dalam melatih proses menahan dan membuang air kecil. Karena kalau terlalu keras misal dengan membentak atau mengancam (misal: "Ibu tidak menemani kamu kalau tidak kencing sekarang", dll) akan membuat anak cemas dan ini akan tidak akan membantu memperbaiki keadaan.

2. Latihan menahan dan membuang air kecil lebih baik dilakukan saat anak berusia 18 bulan, di mana di usia tersebut anak sudah dapat menahan air seni selama 2 jam. Anak secara teratur diajak ke kamar mandi, sehingga anak akan mendapatkan pemahaman bahwa  bila mereka ingin buang air kecil , mereka akan melakukannya di kamar mandi.

Apabila Anak sudah telanjur mengompol , apa yang harus dilakukan:

Di sini yang diperlukan adalah ketenangan  dan kesabaran bunda. Langkah-langkah yang perlu diakukan adalah sebagai berikut:

1. Membatasi minum anak setelah jam 6 sore.

2. Mengajak dan melatih anak ke kamar mandi dan buang air kecil sebelum tidur. Lakukan ini secara rutin dan konsisten sehingga anak mempunyai kebiasaan kencing terlebih dahulu sebelum tidur.

3. Memperhatikan pola mengompol di malam hari, misalnya setelah 3 jam tidur anak mengompol, maka bunda akan membangunkan anak setelah anak 2,5 jam tidur dan mengajaknya ke kamar mandi untuk melakukan buang air kecil. Kemudian biarkan anak meneruskan tidurnya. Lama kelamaan anak akan bangun sendiri untuk kencing di malam hari tanpa harus dibangunkan . Yang perlu diperhatikan adalah kesabaran, ketelatenan, kesediaan berkorban tenaga dan terganggunya waktu tidur bunda, serta sikap yang lemah lembut dan bahasa yang halus, misal: " Reza, ayo bangun sayang, kita kencing dulu yuk". dll.

4. Beri pujian bila anak berhasil tidak mengompol.

5. Khusus untuk anak yang mengompol karena adanya stress, maka bunda seyogyanya melakukan terlebih dahulu proses penurunan stress anak dengan mengajak berbicara atau bercerita selama 10-15 menit sebelum tidur. hal ini diperlukan agar anak merasa aman , nyaman  dan yakin kalau bunda memperhatikannya, maka tidurnya akan tenang.

Apabila hal-hal di atas sudah dilakukan namun belum berhasil, maka bunda perlu melakukan beberapa hal:

1.Memberikan hukuman, Hal ini dapat kita lakukan apabila anak sudah sekolah, hukuman di sini tentunya bukan dilihat dari beratnya, tetapi latihan bertanggung jawab terhadap akibat dari kebiasaannya mengompol. dan pemberian hukuman juga dilakukan dengan pemberian pengertian kepada anak dan dilakukan dengan intonasi biasa dan pemilihan kata yang tepat dan tetap menumbuhkan motivasi. Misalnya: "Rizki, ayuk kita mengangkat sprei tempat tidur Rizki dan bantu mama menjemur kasurnya ya",  biasanya anak akan bertanya Mengapa perlu dibereskan . maka bunda perlu menjawab misalnya "karena semalam Rizki mengompol kalau tidak dibereskan nanti malam kasurnya masih basah dan Rizki tidak bisa tidur di atas kasur basah" dll.

2.Apabila dengan berbagai cara tidak bisa menurunkan kebiasaan mengompol, bunda bisa mengajak ananda ke psikolog untuk mengatasi gangguan psikologis atau ke urolog untuk bantuan medis.

Semoga dapat dipetik manfaatnya.

Salam hangat abadi.







Saturday, May 18, 2013

Buang Air Kecil secara Mandiri

Bunda terkasih,

Kemarin kita bahas bagaiman melatih kemampuan anak untuk menahan dan melepaskan keinginan buang air besar. Maka pada ulasan kali ini saya akan melanjutkan mengenai bagaimana melatih kemampuan anak untuk menahan dan melepaskan keinginan buang air kecil.

Latihan untuk mengembangkan kemampuan ini baru bisa dilakukan setelah anak berusia 1,5 tahun . Mengapa ? Hal ini dikarenakan karena pada usia 1,5 tahun anak dapat menahan air seni dalam jangka waktu 2 jam.  Kondisi ini disebabkan karena kantong air seni telah bertambah besar secara ukuran maupun sistem sarafnya yang melakukan kontrol juga sudah berkembang lebih baik. Kemampuan untuk menahan dan melepaskan buang air kecil ini di awal tentu saja hasilnya belum sempurna, namun akan terus meningkat perkembangannya sampai dengan anak mencapai usia 5 tahun.

Untuk langkah awal yang dilakukan adalah melatih anak untuk buang air kecil di kloset dalam kamar mandi. Baru kemudian dilatih bagaimana menahan air seni . Karena biasanya melatih anak untuk buang air kecil di kloset dan membersihkan diri lebih mudah dibandingkan dengan melatih anak menaha air seninya. Dalam melatih buang air kecil di koset tentu saja sama dengan  melatih buang air besar dikloset yang sudah dibahas pada ulasan sebelumnya . Dimulai dengan kita memperhatikan tanda-tanda anak yang mempunyai keinginan buang air kecil, misalnya anak nampak menggoyang-goyangkan badan, kaki anak bergerak-gerak, mukanya mengkerut, kulitnya merinding, tangannya memegang  alat kelamin, menangis dan lain-lain. Pada saat inilah kita mulai melatih kemampuan untuk membuang air seninya di kloset kamar mandi, caranya adalah sebagai berikut:

1. Menuntun anak ke kamar mandi , ajaklah anak dengan bahasa yang lemah lembut, misal: "Nadia, mulai terasa mau buang air kecil ya, ayo kita ke kamar mandi, tahan ya sampai kita sampai di kamar mandi".


2. Dengan sikap tenang , dudukkan anak  pada kloset maupun pispot (biasanya ada pispot buat anak, sedangkan kalau kloset biasanya di toko perlengkapan bayi dan anak tersedia bagian atasnya kloset yang khusus untuk anak). Kata-kata yang biasa saya lakukan adalah : " Nadia, ayo kita duduk di kloset, Nadia bisa  buang air kecil di sini".

3. Menunggu anak , dan membantu anak supaya merasa aman .

4. Usahakan anak supaya jangan sampai lama menunggu dan usahakan anak untuk tidak duduk lebih dari 5 menit. Jadi, kita para bunda harus tahu bahwa anak akan segera buang air kecil. Mengapa? karena terlalu lama menyebabkan anak merasa bosan , dan ini menyebabkan pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga ia bisa menjadikannya tidak menyukai proses latihan ini dan pada akhirnya akan menghambat proses latihan yang bunda lakukan.

5. Berilah pujian bila anak berhasil seperti: "Alhamdulillah Nadia sudah bisa buang air kecil sendiri". Akan tetapi, bunda jangan terlalu melebih-lebihkan pujiannya, dan juga jangan memberikan iming-iming hadiah, karena proses buang kecil ini adalah proses yang sangat  alami.

6.  Jangan marah terhadap anak, bila anak belum berhasil  melakukannya . Berilah motivasi, misal dengan: " Risti, belum bisa keluar ya. Baiklah nanti kita coba lagi, ibu yakin Risti nanti pasti bisa buang air kecil secara mandiri".

7. Hindari membicarakan ketidak-berhasilan anak , apabila ia berada di dekat bunda. Hal ini akan memberikan efek yang sangat besar terhadap anak, karena anak akan malu, merasa gagal atau sebaliknya akan menjadikan hal ini sebagai senjata anak terhadap bunda.

Hal lain yang terkait dengan kemampuan ini , tentu saja melatih anak untuk tidak mengompol. Bagaimana caranya :

1. Bunda harus memperhatikan kapan waktu anak ingin melakukan buang air kecil . Biasanya pola buang air kecil anak di waktu malam hari lebih teratur dibanding siang hari.

2. Berilah kebebasan anak untuk mengembangkan kebiasaan menahan buang air kecilnya untuk waktu yang semakin  lama. Hal yang perlu dihindari adalah terlalu sering membawa anak ke kamar , karena ini akan membentuk kemampuan anak menahan air seninya menjadi lebih pendek dari kemampuan sesungguhnya.

3 Latihlah anak untuk memberi tanda dengan berkomunikasi bila anak mempunyai keinginan untuk buang air kecil, ajarkanlah dengan bahasa yang sederhana dan lembut, misal: "Nadia, bilang bunda aku mau kencing ya bila Nadia kepingin buang air kecil", dan sebagainya.

Semoga ulasan di atas dapat bermanfaat bagi para bunda.

Teriring salam hangat abadi.




Buang Air Besar secara mandiri

Hai bunda....
Apa kabar? sudah dua hari ini saya tidak menyapa bunda.

Untuk memahami seluk beluk perkembangan anak diperlukan pengetahuan tentang berbagai aspek dalam diri anak baik dari segi perkembangan motorik kasar, motrik halus, kognitif, bahasa, emosi, maupun perkembangan sosial anak. Tentu saja dalam hal ini bunda dapat mempelajarinya disesuaikan dengan tingkat usia perkembangan anak. Dalam hal ini, Bunda dapat  merangsang anak dengan berbagai latihan -latihan untuk merangsang kemampuan anak sehingga anak mencapai atau menguasai kemampuan motorik, emosi, kognitif, maupun sosialnya sesuai dengan tingkat perkembangan dan usia biologisnya.

Bunda terkasih,

Pada umumnya anak usia 18 bulan atau 1,5 tahun sudah mulai bisa melakukan kegiatan untuk melakukan upaya mengurus diri sendiri termasuk melakukan kontrol buang air besar dan buang air kecil. Untuk itu bunda dapat mulai melatih kemampuan ini.  Dalam bahasa psikologi perkembangan usaha orang tua melatih kegiatan mengurus diri sendiri saat buang air besar maupun air kecil disebut TOILET TRAINING. Kegiatan ini dapat kita lakukan setelah anak mampu berjalan , biasanya anak usia sekitar 1,5 tahun. Latihan ini kita lakukan baik untuk mengontrol buang air besar maupun untuk mengontrol buang air kecil. Biasanya kemampuan mengontrol buang air besar bisa dikuasai terlebih dahulu daripada kemampuan buang air kecil.

Kemampuan Buang air Besar.

Seperti diutarakan di atas, kemapuan mengontrol buang besar, bisa dilakukan mulai anak berusia 1,5 tahun. Biasanya anak perempuan  akan cepat menguasai dibandingkan  anak laki-laki, Kalau kita amati, setiap anak mempunyai cara sendiri untuk menunjukkan keinginan buang air besar, ada yang nampak mukanya memerah, membungkukkan badannya, mengelu-elus perutnya, bahkan ada pula yang menangis, atau memberikan tanda yang lain. Untuk hal ini, bunda perlu mengamati dan bisa mengerti tanda-tanda  yang dilakukan anak, sehingga dapat memberikan respon yang tepat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:

1. Menuntun anak ke kamar mandi , ajaklah anak dengan bahasa yang lemah lembut, misal: "Adli, mulai terasa mau buang air besar ya, ayo kita ke kamar mandi, tahan ya sampai kita sampai di kamar mandi".

2. Dengan sikap tenang , dudukkan anak  pada kloset maupun pispot (biasanya ada pispot buat anak, sedangkan kalau kloset biasanya di toko perlengkapan bayi dan anak tersedia bagian atasnya kloset yang khusus untuk anak). Kata-kata yang biasa saya lakukan adalah : " Adli, ayo kita duduk di kloset, Adli bisa buang air besar besar dan buang air kecil di sini".

3. Menunggu anak , dan membantu supaya merasa aman .

4. Usahakan anak supaya jangan sampai lama menunggu dan usahakan anak untuk tidak duduk lebih dari 5 menit. Jadi, kita para bunda harus tahu bahwa anak akan segera buang air besar. Mengapa? karena terlalu lama menyebabkan anak merasa bosan , dan ini menyebabkan pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga ia bisa menjadikannya tidak menyukai proses latihan ini dan pada akhirnya akan menghambat proses latihan yang bunda lakukan.

5. Berilah pujian bila anak berhasil seperti: "Alhamdulillah Adli sudah bisa buang air besar sendiri". Akan tetapi, bunda jangan terlalu melebih-lebihkan pujiannya, dan juga jangan memberikan iming-iming hadiah, karena proses buang besar ini adalah proses yang sangat  alami.

6.  Jangan marah terhadap anak, bila anak belum berhasil  melakukannya . Berilah motivasi, misal dengan: " Novi, belum bisa keluar ya. Baiklah nanti kita coba lagi, ibu yakin Novi nanti pasti bisa buang air besar secara mandiri".

7. Hindari membicarakan ketidak-berhasilan anak , apabila ia berada di dekat bunda. Hal ini akan memberikan efek yang sangat besar terhadap anak, karena anak akan malu, merasa gagal atau sebaliknya akan menjadikan hal ini sebagai senjata anak terhadap bunda.

Kupasan ini akan saya lanjutkan besok untuk menulis tentang cara melatih anak buang air kecil. Selamat melakukan aktivitas di akhir pekan.

Salam hangat abadi.