Pages

Friday, May 31, 2013

SANKSI , Bagaimana sebaiknya?

Setiap orang tua atau keluarga tentu memiliki peraturan tersendiri . Peraturan yang diterapkan keluarga tentu saja sebagai refleksi dari cara pengasuhan orang tua terhadap anaknya . Biasanya peraturan ini hanya berlaku untuk seluruh anggota keluarga termasuk di dalamnya ayah dan ibu. Biasanya akan ada apresiasi apabila anggota keluarga melakukan tindakan terpuji (sesuai aturan) dan sebaliknya apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan itu maka anggota keluarga akan dihadapkan pada sanksi .  Keseimbangan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak . Karena dengan penghargaan , anak akan termotivasi untuk terus melakukan hal-hal yang positif .  Apabila orang tua tidak melakukan keseimbangan, yaitu orang tua hanya memberikan sanksi bila terjadi pelanggaran, dan tanpa pemberian penghargaan jika anak berbuat kebaikan, maka akan mengakibatkan penyimpangan dalam bentuk lain .

Pemberian sanksi sebenarnya bertujuan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan . misalnya dalam penerapan kedisiplinan . Selain itu sanksi juga diharapkan memunculkan perilaku yang diharapkan . Perilaku sopan santun tidak dapat terbentuk dengan sendirinya . Namun orang tua harus konsisten menerapkan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak .

Yang perlu sangat diperhatikan adalah kesamaan pandangan antara ayah dan ibu . Keduanya harus kompak dan konsisten, peraturan tidak dapat dijalankan dengan setengah-setengah . Peraturan ini kemudian disosialisasikan terhadap anak, kemudian ajaklah diskusi anak mengenai ganjaran apa dan sanksi apa yang akan diberikan terkait dengan penerapan peraturan tersebut . Dan perlihatkan kepada anak, bahwa peraturan ini juga berlaku bagi ayah dan ibu . Sehingga anak merasa bahwa orang tua tidak hanya memerintah tetapi orang tua juga menjadi bagian yang harus menerapkan peraturan tersebut .

Untuk anak kecil , tentu saja mereka kadang kala kurang mudah memahami peraturan berikut konsekuensinya bila hanya dengan kata-kata . Oleh sebab itu  orang tua harus memberikan contoh konkret . misalnya kalau kita mempunyai aturan bahwa anak untuk selalu menghampiri kita jika ia memerlukan sesuatu tidak boleh menyampaikannya sambil berteriak. Oleh sebab itu orang tua memberi contoh jika  memerlukan sesuatu maka ayah atau ibu menghampiri tidak dengan berteriak.

Pada waktu pemberlakuan sanksi sebaiknya orang tua mengajak anak untuk berbicara kepada anak mengenai kesepakatan yang sudah dibuat antara orang tua dengan anak  dan alasan mengapa pemberlakuan kesepakatan tentang sanksi perlu dilakukan . Anak perlu bimbingan untuk mengetahui dan menentukan perilaku  yang tepat dan benar . Dalam hal ini anak juga  harus tahu pasti letak kesalahannya . Sekedar memberi sanksi tanpa anak mengetahui kesalahannya , akan mempunyai peluang anak akan mengulang kesalahannya kembali . Misalnya sewaktu anak tidak merapikan alat permainannya ,  jangan langsung dimarahi . Galilah lebih dalam mengapa anak tidak mau membereskan alat permainannya . Bantulah ia menemukan sendiri konsekuensi dari perilakunya . Orang tua perlu sabar dan usaha yang ekstra agar berhasil dengan baik . Apabila ini dilakukan Insya Allah anak akan sadar dan tidak mengulangi kesalahannya lagi .

Pemberian sanksi ini efektif apabila dilakukan tidak dengan penundaan waktu . Selain itu sanksi yang diberikan masih berkaitan dengan kesalahan yang diperbuat. Yang perlu diperhatikan orang tua jangan sekalipun melakukan sanksi fisik, karena akan menyakiti secara fisik dan akan berbekas secara psikologis . Bahkan dibeberapa kasus bisa menjadikan anak lebih bertingkah karena anak tidak mengetahui hubungan antara kesalahan dengan dipukul . Misal : anak tidak mengerjakan tugas sekolah , kemudian anak dipukul oleh orang tuanya . Maka anak tidak akan mengerti hubungan antara tidak mengerjakan tugas sekolah dengan dipukul .

Semoga ulasan di atas menjadi referensi dan pengingat kita untuk dapat berperan sebagai teladan dan menjadi sumber motivasi bagi anak -anak kita . Aamiin.

Salam hangat abadi





Thursday, May 30, 2013

TERLANJUR BERPERILAKU NEGATIF

Kadang kala kita mendapati anak kita sudah terlanjur berkelakuan buruk . Apa yang harus dilakukan ? . Memang banyak orang tua yang bereaksi marah , malu atau perilaku lainnya . Memang manusiawi reaksi -reaksi tersebut . Sebenarnya tak ada kata terlambat untuk mengoreksi tingkah laku anak anda .   Namun yang lebih bijak tentulah orang tua mencoba bercermin dan segera membuat komitmen . Orang tua harus segera mengecek kembali pola asuh dan bentuk hubungan yang terjalin di keluarga .

Memang tak mudah untuk meluruskan kembali perilaku anak . Segeralah ayah dan bunda melakukan pengecekan bersama , dan melakukan perbaikan - perbaikan  pola pengasuhan dan dilakukan secara konsisten dan penuh komitmen . dibutuhkan kekompakan seluruh anggota keluarga dalam proses pelurusan perilaku anak . Usahakan agar anak mau membuka diri. Untuk itu orang tua perlu menunjukkan ketulusan dan kesabaran dalam memperbaiki hubungan antara orang tua dan anak .

Selain hal di atas, orang tua perlu mengupayakan dan membangun komunikasi dua arah yang bisa berlangsung nyaman . Berdiskusilah dengan anak anda. tanyakan kepada anak apa keinginan-keinginannya. Lakukanlah negosiasi untuk mendapatkan kata sepakat, dimana terjadi kondisi yang seimbang antara tuntutan orang tua dan keinginan anak . Jangan lupa diperlukan ketulusan, ketenangan, dan gunakan bahasa yang nyaman dan ciptakan suasana yang menyenangkan .

Faktor LINGKUNGAN.

Perlu dicermati juga selain faktor keluarga dan rumah ,  faktor lingkungan juga turut membentuk perilaku anak .  misal: anak ikut tawuran karena anak-anak di sekolahnya mengajaknya tawuran, bila tidak ikut nanti dianggap tidak memiliki kesadaran dan solidaritas antar teman . Kondisi seperti ini tentu saja membebani  pikiran anak . Oleh sebab itu orang tua perlu peka terhadap perubahan perilaku maupun perubahan gerak-gerik anak . Dalam kondisi inilah orang tua perlu mengajak bicara dan mencari tahu permasalahan anak ,  dan mendiskusikan untuk mencari jalan keluar yang terbaik secara bersama-sama antara orang tua dan anak .

Orang tua juga perlu melihat kembali tempat beraktivitas anak . Seyogyanya orang tua memilihkan tempat lingkungan yang baik sebagai tempat beraktivitas, misal: tempat les, sekolah, atau tempat yang lain. Ke semua itu sebisa mungkin terpantau baik dan buruknya . Apabila sudah terlanjur tempat beraktivitas kurang baik,  diskusikan dengan anak baik kelebihan maupun  kelemahan tempat tersebut , dan ambillah kesepakatan tindakan apa yang harus diambil dengan segala konsekuensinya.

Mengenai sekolah, orang tua tidak seharusnya lepas tangan dan menyerahkan sepenuhnya pengasuhan kepada pihak sekolah . Orang tua harus tetap memantau perkembangan anaknya . Jalinlah komunikasi dengan guru , tanyakan perilaku anak dan kemungkinan solusinya . Selain itu juga jalin komunikasi antar orang tua murid . Saling bertukar informasi , sehingga orang tua walau tidak mendampingi secara fisik tetapi tetap mengetahui dan bisa sewaktu-waktu menjadi pendamping yang "klik " dengan anak kita .

Sahabat-sahabat saya ,
Semoga ulasan di atas dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi dalam mendampingi anak kita berproses . Mudah-mudahan dimudahkan oleh Allah Yang Maha Pengasih dan Penyanyang, aamiin.

Salam hangat abadi


Wednesday, May 29, 2013

Anak Rusuh! apa peran KELUARGA?

Dimanapun , ada saja tampak anak yang berperilaku cenderung menantang, dominan, dan seringkali menjadi biang rusuh di kelas, di lingkungan rumah, atau di tempat lain. Tentu saja ini adalah yang menarik perlu kita bahas " Apa yang membuat anak tumbuh sebagai remaja yang mempunyai perilaku menantang?".

Acapkali ada yang mengatakan bahwa penyebab terbesarnya adalah lingkungan. Namun benarkah demikian? apakah faktor keluarga juga tidak berperan? Menurut saya , sebagai orang tua haruslah mawas diri karena keluarga adalah lingkup terdekat, dimana lingkup terdekatlah  yang dominan membentuk perilaku anak . Hal ini bisa saja disebabkan:

1. Anak merasa tidak nyaman di rumah, dia merasa tidak dianggap penting oleh orang tua atau saudara, sehingga anak akan mencari tempat yang nyaman di luar rumah untuk mencari  pemenuhan kebutuhan emosi dan afeksinya .

2. Anak merasakan kenyamanan di rumah karena di rumah penuh aturan yang terlalu mengekang keinginan anak. Anak akan merasa ruang geraknya dibatasi tanpa dibarengi kesempatan utnuk beragumentasi . Dalam situasi ini biasanya anak berontak.
Dalam hal ini perlu kita waspadai adalah pada masa anak sekolah SMP dan SMA anak berada dalam masa transisi . Masa ini disebut masa remaja. Pada masa ini , anak akan mengalami krisis identitas . Banyak hal baru yang ingin mereka coba . Maka sebagai orang tua kita harus menyiapkan tempat mereka untuk berekspresi , karena apabila mereka tidak berekspresi di lingkungan terdekatnya yaitu rumah dan keluarga maka mereka akan mencari tempat lain yang bisa menerima dan mendengar pendapatnya .

3. Orang tua perlu menerapkan pola asuh yang santai dengan anak yang memasuki masa remaja. Ubahlah pola pengasuhan  yang biasa diterapkan semenjak anak kita masih berusia anak-anak karena pola pengasuhan anak dengan remaja adalah berbeda . Misalnya: ketika anak sedang berkeluh kesah atau marah, berikan ruang dan waktu untuk meluapkannya. Tak perlu orangtua menyanggah dengan ocehan . Karena dari keluh kesah dan marahnya anak , orang tua dapat melakukan analisa alasan apa di balik perilakunya tersebut.

4. Orang tua harus aktif bertanya kepada anak. Simak baik-baik penuturannya . Apabila anak sudah mengungkapkan semua dan merasa lega , maka orang tua dapat memberikan masukan . Yang perlu diperhatikan adalah orang tua perlu menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti.

5. Menghadapi anak-anak yang melampiaskan kekesalannya dengan cara negatif misalnya: membanting pintu, membantah, membanting barang, mengurung  diri di kamar, mengambek atau yang lainnya . Bersikaplah tenang , biarkan anak tenang , kemudian dengan tanpa nada tinggi , tanyakan alasan yang mendasari  mereka berbuat demikian .
Perilaku ini biasanya hanya muncul di usia pubertas , karena adanya perubahan hormon yang mendorong anak mudah meledak, "mood"nya cepat sekali berubah . Namun dengan berlalunya masa remaja, perilaku ini akan hilang .

6. Penanaman norma.
Penanaman norma sedini mungkin . Mulai usia 3 tahun anak sudah dapat diajak bicara karena anak sudah mulai dapat berpikir dan mengerti penjelasan orang tua .  Penanaman norma sangat berperanan penting dalam membangun perilaku dan kematangan emosi  anak di masa datang.

Sahabat bunda, demikian tadi sekelumit bahan diskusi mengenai peranan keluarga. Mudah-mudahan dapat menjadi pengingat dan menjadikan kita lebih bijak , sabar dan memahami masa perkembangan anak kita yang sedang bergelora di masa pubertas mereka.

Salam hangat abadi.




Tuesday, May 28, 2013

Membuat bahan permainan anak sendiri

Sahabat ibu terkasih,

Dalam setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan beberapa stimulasi kecerdasan yang dapat menjadi fondasi untuk bangunan kecerdasan anak di usia selanjutnya. Untuk itulah para ibu harus pandai-pandai mengajak anak untuk bermain dengan berbagai macam bahan agar dapat mengoptimalkan kecerdasan intelektual, emosi , bahasa, motorik di masa mendatang.

Dalam ulasan kali ini saya akan mencoba sharing beberapa bahan permainan yang dapat dibuat para ibu bersama anaknya. Bahan - bahan ini bersifat aman dan dapat mengajari anak untuk mencoba mengeksplorasi keahlian dalam mengolah beberapa bahan dasar menjadi bahan yang menyenangkan untuk bermain. Bahan-bahan permainan ini dapat dipakai untuk bermain anak di bawah 5 tahun. Untuk hal ini saya berterima kasih kepada sekolah anak saya yang mengajari kami para orang tua murid dan anak-anak kami untuk dapat meracik bahan-bahan permainan ini.

1. Bahan untuk bermain "Lumuri  Jari dan Anggota Badanku.

Bahan dasar yang digunakan:
6 sendok makan tepung sagu
600  cc air
3 sendok makan minyak goreng
1 sendok makan sabun cair
2 sendok makan tepung terigu
pewarna kue

Caranya:
Campurkan semua bahan dan aduklah sehingga tercampur merata, dan masak hingga matang.
Setelah matang, angkat dan diamkan sampai dingin. Tuang ke dalam tempat yang digunakan untuk bermain dengan tangan anak. Maka bahan mainan ini siap dan dapat digunakan untuk bermain melumuri jari maupun anggota badan yang lain.

2. Bahan untuk Melukis

Bahan dasar:
4 sendok makan tepung terigu
Air secukupnya
pewarna makanan (tergantung warna yang akan dikenalkan kepada anak).

Caranya:
Campurkan semua bahan sehingga campuran ini kental dan rata seperti adonan kulit pisang goreng. Tuang ke tempat yang akan dipakai untuk menaruh cat lukis ini dan siaplah bahan ini untuk dipakai bermain bersama anak.

3. Membuat Playdough.

Bahan dasar:
1 cangkir terigu
1 cangkir garam halus
1 cangkir air pewarna kue

Caranya:
Campurkan air dan garam aduk hingga larut, lalu biarkan garam mengendap, ambil airnya saja (kira-kira tinggal 0,5 cangkir).
Campur terigu dan air garam tadi. Aduk dan remas-remas sehingga berbentuk  playdough.
Teteskan pewarna kue sesuai dengan kesukaan anak.
Bahan siap dipakai untuk bermain.

(resep mainan ini saya ambil dari resep yang saya peroleh dari Sekolah Al Falah, Kelapa Dua Wetan Jakarta Timur).


Sahabat -sahabat terkasih, demikian tadi beberapa referensi yang dapat saya sharingkan. Semoga menginspirasi.

Salam hangat abadi.



.





Monday, May 27, 2013

Mengenali tahap perkembangan dari kematangan fisiologis

Selamat pagi,

Doa kami semoga bunda terkasih selalu dalam lindungan Allah yang Maha Esa. Aamiin.

Beberapa tahap perkembangan anak sudah kita diskusikan di postingan saya sebelumnya. Maka di pagi ini, saya mencoba mengupas tahapan perkembangan anak dilihat berdasarkan kematangan fisiologis dari bagian-bagian tertentu anak kita. Teori ini dikembangkan oleh Sigmund Freud. Dalam buku psikologi perkembangan rangkaian perkembangan ini disebut fase OEDIPAL.

Tahapan perkembangan ini dibagi menjadi :

1. Tahap perkembangan ORAL.
Biasanya di lakukan anak berusia 0-1,5 tahun. Pada masa ini anak akan melakukan ekplorasi dan pengenalan terhadap segala sesuatu di lingkungannya melalui mulutnya, seperti mengisap, mengigit atau memasukkan apa saja ke mulut.

2. Tahap perkembangan ANAL.
Biasanya berlangsung pada anak berusi 1,5 - 3/3,5 tahun. Pada tahap perkembangan ini anak akan mendapat kepuasan dengan cara menahan atau membuang kotorannya menurut kemauannya sendiri. Melalui  kemampuannya ini anak belajar tentang kebebasan utnuk menentukan sendiri kemauannya . Oleh sebab itu para bunda, harus sudah mulai menanamkan disiplin dengan mengajari mereka kontrol buang air besar dan kontrol buang kecil, sehingga pada tahap perkembangan ini anak tidak keliru mengartikan kebebasannya. (lihat postingan saya terdahulu yang membahas Buang Air Besar secara Mandiri dan Buang Air Kecil secara Mandiri).

3. Tahap perkembangan PHALLIC.
Biasanya dialami anak usia 3-5 tahun. Dalam tahap perkembangan ini anak mulai mempunyai perhatian terhadap alat kelaminnya. Perilaku yang nampak, adalah anak senang memegang dan  mempermainkan kemaluannya serta melakukan masturbasi. Anak-anak usia ini juga mulai tertarik untuk memperhatikan adanya perbedaan antara alat kelamin laki-laki dan perempuan. Selain itu juga anak mulai menunjukkan perhatian terhadap orang tua yang berjenis kelamin berbeda dengan dirinya.

4. Tahap perkembangan LATEN.
Biasanya dialami anak berusia 5-10 tahun. Tahap perkembangan ini adalah masa tenang di mana anak tidak tertarik terhadap diri maupun bagian tubuhnya. Dan pada tahap ini anak mulai bersekolah sehingga anak akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar di sekolah .Selain itu juga anak belajar bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas. Di sini anak akan belajar berinteraksi, belajar untuk membedakan benar dan salah melalui pujian dan sangsi, dll.

5. Tahap perkembangan GENITAL.
Biasanya dialami anak berusia 10 tahun sampai dengan remaja. Biasa disebut masa pra remaja sampai masa remaja. Pada masa ini anak mulai mengalami perkembangan alat seksual primer yaitu organ reproduksinya dan alat seksual sekunder, misalnya: payudara mulai membesar, bulu dada mulai tumbuh, kumis mulai muncul, bulu di ketiak mulai tumbuh tipis, dll. Sehingga masa ini anak mulai menunjukkan temperamen yang berbeda dengan masa sebelumnya, lebih temperamental dll. Selain itu juga meningkatnya dorongan seksual mulai nampak. Sehingga di usia ini anak sudah mulai tertarik dan terpikat terhadap lawan jenis . (Bagaimana "menghadapi anak yang terpikat lawan jenis" sudah saya kupas di postingan terdahulu). Untuk itulah orang tua harus lebih bijak dalam menghadapi anak dalam tahap perkembangan ini.

Dengan kita mengenali anak kita berada dalam tahap perkembangan tertentu , maka akan membantu kita untuk mempersiapkan mental, pengetahuan sehingga kita menghadapi anak kita secara lebih bijak. Semoga kita semua , termasuk diri saya dapat menjadi orang tua dimana anak merasa nyaman bila berada di samping kita. Aamiin.

Salam hangat abadi

Sunday, May 26, 2013

Air Putih menarik dan nikmat buat Anak

Hai, semangat pagi.

Apa kabar?
Harapan dan doa kami , sahabat -sahabat dalam keadaan sehat wal afiat. memulai aktivitas di pagi ini tentu saja, saya akan mengajak bunda untuk membahas air putih. Berapa gelas air putih yang anda minum maupun yang anak anda minum? Kadang kala kita lupa untuk mengajak anak kita untuk minum air putih, karena dalam benak kita anak lebih baik banyak minum susu . Sahabat-sahabat yang baik manusia memang membutuhkan susu, namun juga tubuh kita termasuk tubuh anak kita membutuhkan air putih. Air putih sangat mendukung usaha hidup sehat kita maupun anak kita . Kalau diteliti lebih lanjut, air putih atau sebagian orang menyebutnya air bening ini mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia, yaitu untuk mmembantu kerja ginjal, meredakan panas (termasuk panas dalam). mengusir sembelit, hingga menurunkan kadar stress.

Memang perlu kita akui membiasakam minum air putih yang cukup bukanlah pekerjaan yang gampang. Bisa saja karena menganggap minum air putih adalah hal biasa, maupun karena rasa air putih yang hambar.

Untuk kupasan pagi ini saya mencoba sharing bagaimana membuat air putih dapat dilirik oleh seluruh anggota keluarga . Caranya adalah sebagai berikut:

1. Campuran air putih dan perasan buah.
Biasanya setelah menuang air putih dalam botol atau gelas , saya campurkan perasan jeruk nipis atau lemon sebagai perasa. Kadangkala jeruk nipis maupun lemon tidak saya peras, tetapi saya potong (sebelum dipotong, jeruk nipisnya  dicuci bersih terlebih dahulu ) kemudian saya masukkan irisan jeruk nipis atau lemon tersebut kedalam air dalam botol atau dalam gelas. Sensasi yang kita dapatkan adalah warna tetap bening tetapi rasanya menjadi lebih segar di setiap tegukan . Walaupun tanpa gula , air putih seperti ini menjadi tidak hambar.
Untuk irisan buah yang dimasukkan ke dalam air di botol atau gelas, biasanya saya mengganti- ganti dari jeruk nipis, lemon, stroberi, mentimun, nanas, kiwi dll. Sehingga membuat kita termasuk anak-anak menjadi tidak bosan baik rasa maupun melihat keelokan buah yang mengambang di dalam botol atau gelas.

2. Air putih dimasukkan dalam kendi.
Kebiasaan ini muncul seteah kami sekeluarga berkunjung ke rumah kenalan yang tinggal di lereng gunung Merapi. Sewaktu di sana kami diberi suguhan salah satunya adalah air putih yang disajikan dalam kendi. Anak saya sangat heran, dan didorong oleh rasa ingin tahu yang juga disertai rasa haus, maka dia tegak air putih dalam kendi. Setelah meminumnya, anak saya bersorak, karena ia merasa  dan mendapatkan sensasi rasa air es tetapi bukan berasal dari air putih yang  disimpan di lemari es. Sejak itu kami di rumah juga menyediakan air putih yang dimasukkan ke dalam kendi. Yang dimaksud kendi adalah tempat air yang terbuat dari tanah liat. Namun menyimpan air dalam kendi harus berhati-hati karena harus dilakukan dengan benar yaitu menutup rapat lubang kendi agar nyamuk tidak bertelur di dalam kendi.

3. Campuran air putih dan sedikit sirup.
Cara ini juga saya lakukan untuk membuat air putih mempunyai rasa. Yang kami lakukan bukan mencampur air putih dengan sirup dalam takaran tertentu sehingga menjadi es sirup biasa yang berasa buah dan manis. Namun kami menyiapkan air putih satu teko kemudian saya mencampurnya dengan setengah sendok teh sirop rasa buah (misal: leci, jambu biji, apel, dll).Di sini tujuan kami sekeluarga  bukan menikmati air sirup, tetapi menikmati air putih yang mempunyai sensasi buah. Di saat-saat tertentu untuk menambah kesegaran kami menambahnya dengan potongan es.

Sahabat-sahabat tips di atas adalah salah satu cara untuk mengajak anggota keluarga kita mempunyai pola konsumsi yang sehat. Cara dan kreativitas sahabat semua tentu saja sangat membantu untuk dapat menumbuhkan kebiasan sehat dalam keluarga. Selamat bereksperimen.

Salam hangat abadi.


Saturday, May 25, 2013

Ibu Bekerja siapkan ASI untuk si Kecil

Selamat bertemu kembali,

Sahabat bunda,

ASI merupakan komponen yang tidak bisa ditawar-tawar untuk dapat selalu diberikan kepada bayi kita karena sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh sebab itu sedapat mungkin ibu harus memberi ASI kepada bayinya. Dalam masa cuti melahirkan baisanya sangat mudah memberikan ASI , namun bagaimana kalau ibu sudah habis masa cutinya dan kembali disibukkan dengan urusan pekerjaan, Hal ini sebenarnya dapat dilakukan hanya saja yang diperlukan adalah KOMITMEN.

Ibu masih dapat menyediakan ASI untuk bayinya walaupun ibu sudah mulai bekerja. Hal ini dapat dilakukan dengan memerah susu di kantor , kemudian disimpan di lemari es dan dibawa pulang dengan botol yang dimasukkan ke dalam termos es. Pekerjaan ini memang merepotkan tetapi umumnya ibu melakukannya dengan senang hati. Terutama bila sesampai di rumah , ibu melihat senyum riang bayi yang menyambut kedatangan ibunya dengan sukacita.

Beberapa hal yang dapat dilakukan para ibu untuk tetap menjaga agar ASInya lancar sehingga dapat memenuhi kebutuhan bayi adalah sebagai berikut.

1. Lakukan sesering mungkin menyusui bayi saat ibu berada di rumah.
Ibu yang bekerja biasanya mempunyai kesempatan minimal 4-5 kali menyusui dalam sehari saat hari kerja.  a. Lakukanlah menyusui saat: jam 4 pagi saat ibu bangun pagi.
b. Sesaat ibu mau berangkat kekantor.
c. Sepulang kantor
d. Sesudah makan malam
e. Sebelum tidur
Apabila ibu berkantor dekat rumah, ibu bisa pulang saat istirahat makan siang dan setelah makan siang dapat menyusui bayinya.
Catatan di sini, ibu jangan lupa membersihkan terlebih dahulu puting susunya sebelum menyusui bayinya.

2. Buatlah jadual memerah susu saat ibu bekerja di kantor. Buatlah jadual per 2 jam untuk memerah susu. lakukanlah rutin per 2 jam, meski hanya beberapa menit. Keguunaan konsistensi jadual ini adalah memperbanyak cadangan ASI dalam botol dan sekaligus merangsang hormon dalam tubuh kita secara terus-menerus memproduksi ASI.

3. Usahakan saat bersama bayi kita, jangan menggunakan botol yang berisi ASI tetapi tetap menyusui secara langsung. Ini berguna untuk membuat bayi kita tidak tergantung dengan botol, dan tetap menjaga emosional anak untuk tetap dapat menikmati kegiatan menyusu ibunya. Selain itu, tentu saja proses menyusui dapat meningkatkan kedekatan hubungan antara ibu dan anak, dan juga anak akan merasa nyaman dalam dekapan  ibunya.

4. Bila hari libur, baik hari sabtu - minggu maupun hari libur lainnya, usahakan ibu selalu menyusui langsung bayinya. Sehingga pada hari kerja berikutnya payudara ibu akan kembali terasa penuh ASI . Dan ibu dapat kembali menjalankan jadual memerah susu yang rutin di kantor dengan hasil yang maksimal. Namun bagaimana kalau terlupa, sehingga jadual kita lewat dan payudara terasa penuh, segeralah lakukan memerah susu. Apabila ASI tidak segera dikeluarkan biasanya dapat menimbulkan meriang dan rasa ngilu.
Jika terpaksa tidak bisa dilakukan proses pemompaan, misal karena jalan macet sehingga waktu tempuh dari kantor sampai rumah lebih panjang dari biasanya  dan payudara terasa keras, maka segeralah lakukan pemijatan sesampainya ibu di rumah. Biasanya pemijatan dilakukan dengan bantuan baby oil. Jika dengan pemijatan  payudara masih terasa keras , lakukan pemijatan dengan menggunakan resep tradisional. (resep ini saya dapat dari ibu saya dan cukup manjur dan telah saya gunakan sewaktu  menyusui ke dua anak saya; resep tersebut adalah daun kacang panjang ditumbuk dan diambil airnya kemudian dicampur dengan air kapur sirih, kemudian campuran ini dioleskan ke payudara yang keras; biasanya tidak terlalu lama payudara akan  terasa lebih lemas).

5. Menikmati kegiatan menyusui.
Dengan hati ibu riang dan bahagia, maka produksi air susu ibu akan menjadi lebih banyak.
Banyak ibu mengaku mengalami tidur yang lebih nyenyak setelah menyusui bayi.

6. Terpenuhi asupan gizi ibu.
Sewaktu menyusui bayi, sahabat ibu membutuhkan asupan gizi yang cukup, oleh sebab itu sahabat ibu harus mengontrol kandungan gizi yang ibu konsumsi sehingga ASInya cukup mengandung gizi buat pertumbuhan dan perkembangan bayi. Serta yang perlu ditambahkan adalah sayuran dan makanan lain yang dimakan untuk membantu jumlah produksi ASI. Jenis makan ini seperti: sayuran (daun katuk, daun pepaya) , kacang yang digoreng pasir, kacang hijau , dll.

Mudah-mudahan dengan berbagai cara di atas dapat membantu sahabat ibu dapat tetap menyusui walaupun sahabat ibu sedang disibukkan dengan segala aktivitas pekerjaan. Selamat menikmati berdekatan dengan si kecil.

Salam hangat abadi.



Friday, May 24, 2013

Membangun Kedekatan Ibu Bekerja dengan Anak

Sahabat bunda terkasih...

Di era sekarang ini tentusaja kita temui banyak para bunda yang memegang peranan penting dalam masyarakat.  Seorang bunda, selain mengurus rumah tangga juga memiliki tanggung jawab di luar rumah, baik itu di kantor, di lembaga profesi, di yayasan, atau usaha wiaswasta atau yang lainnya. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan  mengatakan bahwa bila bunda mendapatkan kepuasan melalui kegiatannya di luar rumah tersebut, maka mereka akan meningkat kepercayaan dirinya. Karena kepercayaan dirinya meningkat maka para bunda ini biasanya akan cenderung mengasuh anaknya dengan lebih penuh rasa kebahagiaan dan ini dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Namun tidak bisa dipungkiri masih banyak kekhawatiran, apakah dengan bunda bekerja di luar rumah tidak mengganggu faktor perhatian dan bimbingan terhadap anaknya.

Dalam hal ini, saya tidak mau terjebak dalam perdebatan antara 2 pendapat tersebut. Karena kebetulan saya adalah ibu yang berperan ganda, baik sebagai ibu rumah tangga maupun juga sebagai ibu bekerja , maka saya mencoba menyiasatinya dengan beberapa langkah. Langkah-langkah yang saya ajukan  berupa pengalaman saya pribadi maupun pengalaman beberapa teman , relasi bahkan beberapa pengalaman klien saya.

Sebelum kita cermati beberapa tips langkah yang dapat diambil bunda yang sekarang berperan ganda untuk tetap mempertahankan hubungan harmonis dengan anak, lebih baik saya ajukan beberapa faktor tentang anak yang perlu bunda perhatikan adalah sebagai berikut:

1. Usia anak sewaktu bunda mulai bekerja.
Apabila bunda mulai bekerja sebelum anak cukup matang untuk mempunyai pemahaman menetap tentang hubungan ibu dan anak , maka hal ini akan mempunyai pengaruh minimal. Misal: ibu bekerja setelah bayi berusia 3 bulan, dan selama ditinggal bayi diasuh oleh nenek, maka anak akan terbiasa dengan pola hubungan ibu dan anak yang dihadapinya. Namun ini akan berbeda akibatnya bila bunda meninggalkan anak jika anak sudah berusia 2 tahun, dimana sebelumnya ibu di rumah dan selalu berada di samping anak dan melakukan pengasuhan penuh. Dalam hal ini anak akan merasa ditinggalkan dan lain-lain.

2. Pandangan anak.
Pada anak berusia 6 tahun, anak sudah mampu mempunyai kemampuan untuk berpikir yang lebih matang. Di saat inilah anak sudah bisa diajak bekerja sama dalam meninjau hubungan ibu dan anak.

Anak akan mempunyai kemauan untuk memahami kondisi ibu bekerja dipengaruhi oleh beberapa hal:

1. Jarak ibu bekerja, akan mempengaruhi pola kehidupan keluarga. Untuk itu, para bunda yang bekerja harus pandai mengatur waktu agar pola kehidupan keluarga tidak terganggu.

2. Teman sebaya , teman sekolah atau teman sepermainan anak.
Apabila anak mendapat teman sebaya, atau teman di sekolah atau teman sepermainannya banyak yang mempunyai bunda adalah seorang ibu bekerja, maka anak akan lebih kuat dan lebih mudah menerima bahwa bundanya bekerja di luar rumah.

3. Nilai-nilai yang dipelajari dan ditanamkan kepada anak mengenai peran ibu.
Faktor ini dapat ditanamkan kepada anak oleh keluarga maupun sekolah, bahwa sekarang ini era sekarang banyak wanita yang juga berperan ganda.
Saya mempunyai pengalaman saat anak saya berdiskusi dengan gurunya di sekolah mengenai bundanya yang sering meninggalkan rumah karena bekerja. Alhamdulillah di sekolah anak saya, ibu gurunya membantu memberi pengertian bahwa walaupun ibu bekerja tetap  tidak melupakan kegiatan di rumah dan tidak mengurangi kasih sayang terhadap anak saya. namun justru  ibu mempunyai nilai postif lain yaitu dapat membantu orang lain . Ibu guru anak saya juga mencontohkan diri beliau  selain menjadi bunda bagi putra-putrinya dirumah ibu guru juga membantu anak saya dan teman-teman lain belajar mencari ilmu.

Melihat di atas tentu ada beberapa tips yang ingin saya sharingkan untuk tetap membina hubungan yang berkualitas dengan anak di rumah.

1. Ciptakan kualitas waktu. Atur waktu sedemikian baik, sehingga bunda punya waktu yang tepat untuk membina kedekatan. Jangan lakukan dengan terburu-buru. Di sini diperlukan persiapan baik dari diri bunda maupun diri ayah.

2. Pusatkan dan serahkan diri bunda sepenuhnya.
Bunda harus siap memberikan seluruh diri bunda, karena tanggapan dan respon yang tidak" utuh"  pada saat anak bunda ingin berkomunikasi, akan menyebabkan kekecewaan dan luka hati, karena anak merasa bunda tidak sayang, tidak memperhatikan , dll. Hal ini tentu saja akan memganggu perkembangan emosi anak. Untuk itu tinggalkan segala urusan lain dan curahkan sepenuhnya dan berikan perhatian sepenuhnya pada kebutuhan anak. Dalam hal ini lepaskan baik pikiran, gadget, komputer, koran atau yang lainnya.

3. Berkomunikasilah dengan anak.
Kita para bunda perlu melatih diri untuk mengerti, menyelami dunia anak-anak, misal mengerti tentang bacaan mereka, permainan , film, ataupun teman- teman mereka. Dengan demikian bunda dapat membuka jalan berkomunikasi verbal atau bercakap-cakap dengan ananda dengan penuh spontan, hangat dan diminati anak. Beberapa tips di sini, adalah bunda juga ikut membaca bacaan anak, menonton film anak dll, baik bersama anak ataupun secara sendiri.
Hal lain yang saya lakukan adalah saya menjadi friends anak saya di beberapa media sosial yang diikuti anak saya.  Hal ini diperlukan agar pembicaraan bisa menyambung , sehingga anak akan merasa nyaman sewaktu berinteraksi.

4. Perhatikan juga bahasa tubuh anak pada saat bunda membangun hubungan kedekatan dengan anak. Lakukanlah gerakan usapan, pelukan , usap-usap rambut, sentuhan, mengelus  tangan, memegang tangan, suara lembut maupun isyarat kasih sayang lainnya. Perilaku ini akan mempercepat proses kedekatan hubungan antara bunda dan ananda.

5. Mencoba untuk hadir di saat anak membutuhkan. Sebenarnya tidak setiap saat anak ingin orang tuanya berada di sampingnya, namun di saat tertentu anak merasa "butuh" orang tua, misal; saat anak ujian, saat anak sakit, saat anak berulang tahun, saat anak ikut perayaan sekolah, saat anak ikut pagelaran sekolah, dll. Di sini anak membutuhkan kehadiran orang tua baik sebagai pendamping maupun saat anak ingin menunjukkan kebolehannya. Oleh sebab itu, usahakan sesibuk apapun luangkan waktu anda, bila anak mempunyai  moment khusus .

6. Berikan surprise di saat tertentu.
Apabila bunda mempunyai waktu walau sesedikit mungkin usahakan berikan surprise kepada anak. Misal bunda tidak biasa menjemput sekolah, maka saat bunda punya waktu sisa sedikit selepas rapat, dan memungkinkan untuk menjemput, pergilah menjemput. Berdirilah di pintu sekolah, dan tersenyum dan perlihatkan rona bahagia menyambut anak pulang sekolah. Tentu saja anak akan merasa bahagia sekali karena tidak menyangka dijemput.


Sahabat bunda, kedekatan dapat terbentuk kalau kita ada keikhlasan, ketulusan, kasih sayang, dan kesabaran.
Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi maupun pengingat bagi kita yang mempunyai peran ganda, termasuk diri saya. Manusia tidak ada yang sempurna, namun kita mencoba untuk berikhtiar mengurangi ketidaksempurnaan kita. Semoga Allah memudahkan dan melancarkan usaha kita. Aamiin.

Salam hangat abadi

Thursday, May 23, 2013

Cermat dalam Berderma

Belakangan ini , banyak kita temui di jalanan  orang yang turun ke jalan untuk meminta-minta. Fenomena ini tentu saja sangat memprihatinkan. Namun apabila dilakukan pengamatan dengan lebih teliti, nampak tidak semuanya tampak patut dibantu. Melihat kondisi  ini, akan menuntut kita sebagai orang tua untuk lebih bijak mengajari anak-anak untuk lebih peka mengenali siapa yang perlu dibantu.

Kepekaan ini tentunya akan dapat dilakukan anak seiring dengan pertambahan usia anak, karena kemampuan observasi tentu saja harus melewati beberapa tahap perkembangan. Untuk anak prasekolah cukup kita katakan adalah " Nasta, ada banyak orang yang memerlukan bantuan kita".

Untuk anak yang sudah mampu melakukan observasi , orang tua perlu memberikan penjelasan dalam mengenali kaum miskin. Berikan penjelasan orang dimaksud, misal:" orang yang perlu dibantu antara lain anak kecil yang berpakaian lusuh, nenek yang renta, orang yang mempunyai cacat fisik, dan lain-lain".
Setelah itu baru anak kita ajak untuk menentukan orang-orang perlu mendapatkan bantuan.

Setelah anak berusia 9 tahun, kemampuan analisa anak semakin berkembang, maka orang tua dapat menjelaskan bahwa mengemis bukanlah pekerjaan yang baik. Orang tua dapat menjelaskan pekerjaan lain yang baik yaitu loper koran atau petugas kebersihan sebagai alternatif mengemis.

Dalam memberikan penjelasan , orang tua harus berhati-hati karena bisa saja akan menimbulkan sikap yang salah bahwa anak malah tidak mau berbagi. Oleh sebab itu segera luruskan dengan menumbuhkan rasa berbagi dan rasa sosialnya. Caranya adalah memberi contoh misal mengajak anak mengunjungi dan berderma di panti asuhan .

Cara lain adalah mengajak anak mengambil tabungannya untuk disedekahkan . juga pada waktu mendapat kebahagiaan ajaklah anak berbagi kebahagiaan dengan orang yang membutuhkan . Misalnya; saat berulang tahun, rayakan bersama anak panti asuhan, uang yang dipakai bisa hasil sharing uang tabungan anak ditambah dengan uang orang tua. Persiapan untuk acara tersebuat anak harus dilibatkan.

Bagaimana bila anak menemukan pengemis di jalanan? tentu saja anak masih bisa memberikan sedekah dengan cara meneliti terlebih dahulu apakah pengemis tersebut perlu dibantu atau tidak. Sedekah ini tidak harus uang dapat juga diganti dengan  kudapan atau susu yang biasa diminum oleh anak.

Mudah-mudahan kita semua diberikan kemudahan dalam menumbuhkan rasa berbagi dan berderma dalam diri anak kita. AAmiin.

Salam hangat abadi.


Wednesday, May 22, 2013

Menanamkan "berbagi rejeki"

Bunda terkasih....

Menanamkan nilai kehidupan yang terbaik adalah dari rumah. Penanaman ini dapat dilakukan dengan dimulai dari bacaan cerita yang kita lakukan sebelum tidur, pembicaran kita sehari-hari  maupun perilaku kita dan lingkungan yang ada dalam rumah dan dalam kehidupan  sehari-hari. Begitu juga dengan menumbuhkan nilai kehidupan tentang berbagi rejeki.

Perilaku ini bisa dibentuk mulai dari anak masih berusia bayi, kita selalu membacakan cerita yang di dalamnya ada unsur membagi adalah perilaku yang baik, memberi dapat membuat orang lain senang dan bahagia , dan konsep tangan di atas adalah lebih baik dari pada tangan di bawah dan lain-lain. Kemasan cerita ini dengan bahasa yang sederhana dan cerita yang menarik. Banyak cerita yang dapat dilakukan misal : cerita dari serial winnie the pooh, cerita buku umum maupun yang bernuansa islami ,  atau bahkan bisa dilakukan dengan mengarang cerita sendiri. Selain itu ayah bunda, saudara di rumah juga bisa memberikan contoh dalam hidup kesehariannya.

Beberapa bentuk keseharian yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan "berbagi  rejeki" ini bisa beragam, misal:

1. Kalau kita mempunya makanan atau kue , kita bagi untuk semua yang ada di rumah. misal di rumah ada orang lain yang membantu kita, mereka juga wajib kita bagi. Caranya misal dengan: " alhamdulillah Rizki dapat oleh-oleh dari ayah. Bagaimana perasaan Rizki?", anak akan menjawab senang. Maka kita tinggal melanjutkan" sayang, bolehkah kalau Rizki membagi kebahagiaan ini kepada mbak Mie?,  anak akan menjawab boleh , tapi bagaimana caranya; kita lanjutkan lagi: " bagaimana kalau kuenya kita bagi, setujukah Rizki" tunggu respon anak. Jika respon anak membolehkan , maka kita minta anak untuk membagi kue dan memberikannya kepada mbak Mie.

2. Bunda punya pohon mangga dan sedang berbuah, petiklah sebagian buahnya dan  bagikan ke tetangga. Libatkan anak dalam proses pengemasan sesuai dengan kemampuannya  dan ajaklah komunikasi kenapa ini dilakukan. Kemudian ajaklah si kecil untuk mengirim buah tersebut ke tetangga  dan bertemu dengan si penerima. Dengan demikian anak akan melihat rona kegembiraan dari si penerima. Dari sini anak akan mendapat pemahaman bahwa ada kebahagian tersendiri pada saat kita bisa memberi.

3. Kita sengaja membeli hadiah dan memberikannya untuk orang yang membutuhkan. Kadangkala pada waktu anak membantu proses pengemasan ia akan bertanya, "mengapa kita bersusah payah membeli sesuatu yang bagus kemudian kita bagi ?" salah satu yang bisa kita jelaskan adalah " Rizki, alhamdulillah kita sudah memiliki barang ini , sekarang saatnya kita membaginya untuk orang lain , supaya mereka bisa merasakan apa yang kita rasakan". dll



Dan masih banyak cara lainnya, yang tentu saja bunda dapat lakukan. Untuk langkah awal, mulailah dengan memberi bisa dilakukan kepada orang dekat terlebih dahulu seperti anggota keluarga, keluarga besar, maupun tetangga, baru kemudian menginjak ke lingkungan yang lebih luas lagi.


Semoga dapat menjadi inspirasi.

Salam hangat abadi





Tuesday, May 21, 2013

Anak mempunyai masalah dengan Guru?

Apa kabar bunda......

Komunikasi yang harmonis antara orang tua dan guru , akan membantu perkembangan anak secara optimal. Perkembangan di sini bisa berarti perkembangan sosial, emosi, maupun kognisi anak. Hal ini disebabkan guru adalah figur sentral dan sebagai role model di sekolah, sehingga apa yang dilakukan guru di sekolah sedikit banyak berpengaruh bagi perkembangan sosial, emosi maupun kognisi anak. Oleh sebab itu jalinan komunikasi yang harmonis dan sinergis akan sangat membantu.

Namun kadangkala kita mendapati bahwa anak kita mendapat suatu teguran atau perilaku yang tidak semestinya sehingga ananda merasakan luka hati, atau luka fisik. 

Namun yang perlu kita sadari , guru adalah manusia juga . Ia bukan manusia yang sempurna. Mereka bisa melakukan kesalahan atau kekeliruan. Oleh sebab itu bila ini terjadi, kita sebagai orang tua harus tetap memberikan pengertian kepada ananda, anak tidak boleh kehilangan rasa hormat terhadap gurunya.

Langkah yang kita lakukan adalah:

1. Jalin komunikasi . Lakukan terlebih dahulu usulan jadual untuk pertemuan. Siapkan argumentasi yang cerdas.  Mulailah pembicaraan dengan bahasa yang baik , tidak menghakimi dan sikap yang tenang, tanyakan alasan mengapa ananda mendapat suatu perlakuan tersebut, dengarkan penjelasan guru. Ajaklah guru berdiskusi, sampaikanlah argumentasi anda dengan cerdas dan nyatakan keberatan dengan tegas namun tidak menyakiti hati guru , carilah solusi yang cerdas dan ambillah komitmen masing-masing pihak dengan bijaksana. Hal yang perlu diingat selain bahasa dan sikap adalah nada bicara kita, nada bicara harus kita jaga juga sikap hormat kita terhadap guru.

2. Apabila guru tidak terbuka atau defensif. 
Solusinya adalah bunda tetap bersikap tenang. Jelaskan dengan sabar argumentasi dan alasan mengapa guru harus mengubah cara pendekatan terhadap ananda.

3. Apabila bunda menemui karakter guru yang tidak baik.
Bunda dapat mengajukan 2 pilihan yaitu guru diminta melakukan penyesuaian . Katakan bahwa sikap seperti itu berbeda dengan pengasuhan , pengajaran, etika  maupun value yang selama ini ditanamkan kepada anak. Dua metode penanaman value dan etika yang berbeda akan menimbulkan kebingungan pada si anak, yang akibatnya membuat anak dapat tidak memperoleh pemahaman yang semestinya. Pilihan ke dua adalah melaporkan kepada pihak ke tiga. Dalam hal ini ynag kita lakukan adalah menghubungi guru wali , guru yang dekat dengan anak-anak atau guru bimbingan konseling (tunda untuk menghubungi kepala sekolah). Kepada pihak ke tiga ceritakan dan ungkapkan keberatan beserta alasan-alasan yang mendukung, mintalah saran agar tercapai solusi sehingga orang tua, guru, dan anak menjadi nyaman.

4. Jika kompromi tidak tercapai. 
Orang tua dapat menghubungi jabatan yang lebih tinggi. langkah ini adalah langkah terakhir, karena kita perlu menghargai guru dan juga mempertimbangkan karier guru.

Mudah-mudahan dapat membantu.


Salam hangat abadi




Monday, May 20, 2013

Komunikasi dengan Sekolah

Bunda ,

Selamat pagi....


Guru adalah pihak yang mempunyai kekuasaan di sekolah. Tingkah laku guru akan sedikit banyak mempengaruhi karakter anak di kemudian hari. Oleh sebab itu orang tua seharusnya tidak melepas begitu saja ananda ke sekolah tanpa melakukan proses monitoring dan melakukan pengontrolan terhadap sekolah.

Terkadang kita mendapati ananda berwajah murung saat pulang sekolah. Saat bunda mencari tahu penyebabnya dan mengajak bicara kepada ananda, terungkaplah kalau ananda sedih karena guru menegur ananda.

Apabila ini terjadi apa yang harus dilakukan bunda?

Dalam menghadapi masalah ini bunda dapat melakukan komunikasi dengan guru, ajaklah guru bicara dari hati ke hati mengenai penyebab konflik antara guru dan ananda, juga solusi yang terbaik dan mintalah kepada guru untuk menggunakakan pilihan kata yang halus agar anak tidak sampai luka hati.

Bagaimana kalau yang dialami anak tidak hanya luka hati, tetapi juga luka fisik. Seperti yang sekarang banyak nampak di media baik indonesia maupun di luar negeri, seperti di Cina contohnya guru menampar anak berkali-kali karena anak tidak bisa menjawab pertanyaan. Apabila guru sudah menggunakan kekerasan, jangan tunda lagi segeralah untuk datang ke sekolah. Bicarakan kepada guru.

Cara berkomunikasi dengan sekolah

1. Lakukanlah dengan menggunakan buku penghubung. Buku ini memuat laporan detail mengenai perilaku dan perkembangan anak, sehingga dapat dipakai sebagai alat pantau orang tua terhadap perkembangan anak di sekolah.
Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah buku penghubung ini selalu dibawa anak , sehingga kemungkinan besar dapat terbaca oleh anak. Oleh sebab itu sebaiknya apa yang tertulis di buku penghubung sebaiknya tidak berupa teguran langsung.
Apabila orang tua mendapatkan kebingungan maupun keraguan dengan apa yang tertulis di buku penghubung seyogyanya orang tua menghubungi langsung dan membicarakan langsung dengan guru.

2. Orang tua dan guru dapat melakukan tukar menukar nomor telephon atau nomor pin blackberry atau yang lainnya. Lakukan komunikasi secara terbuka , di sini diperlukan keterbukaan dari ke dua belah pihak baik dari orang tua maupun dari guru.

3. Memanfaatkan undangan pertemuan antara sekolah dan orang tua murid. Karena dengan menghadiri undangan sekolah , orang tua bisa memahami program sekolah, tuntutan sekolah  maupun mengetahui perkembangan anak. Sehingga orang tua dapat menyiapkan baik mental, fisik maupun perlengkapan yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti program sekolah. Oleh sebab itu, sesibuk apapun orang tua seharusnya orang tua hadir dalam pertemuan sekolah.

4. Buatlah kelompok di antara orang tua murid. Hal ini dapat dilakukan baik secara fisik maupun secara dunia maya maupun melalui gadget, misalnya kelompok atau group di internet, di forum chatting , dll. Bertukar pikiranlah dan galilah sebanyak-banyaknya mengenai sekolah, termasuk guru-guru yang mengajar di sekolah. Informasi ini berguna, mengingat sebagian besar waktu ananda dihabiskan di sekolah.


Demikian sedikit ulasan yang dapat menjadi referensi  dalam menjalin hubungan dengan pihak sekolah.

Selamat beraktivitas.

Salam hangat abadi.


Sunday, May 19, 2013

Anak usia di atas 4 tahun masih mengompol ?

Hai bunda,

Selamat malam.

Sering kali kita masih menemui anak yang berusia di atas 4 tahun masih mengompol kalau tidur di malam hari. Mengapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya.

Sebenarnya ada dua kelompok yang membedakan mengompol di sini, yaitu: mengompol yang terus menerus, maupun yang dulunya sudah tidak mengompol tetapi tiba-tiba mengompol lagi. Di sini kita perlu memperhatikan di kelompok manakah anak kita termasuk di dalamnya, karena penyebab dan penanganannya tentu saja berbeda,

Jenis mengompol:

1. Mengompol yang terus menerus
Mengompol di sini timbul semenjak lahir berkelanjutan sampai dengan anak berusia di atas 4 tahun. Mengompol di sini lebih banyak disebabkan telambatnya mekanisme kontrol buang air kecil dan juga disebabkan oleh kegagalan maupun ketidak konsistenan orang tua dalam melatih kemampuan anak dalam menahan dan membuang air kecil (ulasan tgl 19 Mei 2013). Berdasarkan kasus-kasus yang sering saya terima dan amati  adalah karena
a. Kadang kala orang tua tidak tega membangunkan anaknya di malam hari, karena takut anak terkurangi waktu tidurnya.
b. Orang tua terlalu lama membiasakan anak memakai pampers sehingga anak mempunyai pola  kalau kepingin buang air kecil , langsung aja kencing di pampers . Dalam hal ini anak akan tidak terlatih untuk menahan air seninya, dan juga tidak terlatih untuk mengkomunikasikan keinginan untuk buang air kecil kepada bunda atau orang dewasa lain.
c. Orang tua atau orang dewasa kurang sabar dan kurang konsisten melatih, sehingga anak mendapat pemahaman bahwa latihan ini sebenarnya tidak diperlukan, dan anak berlatih mengambil yang paling gampang dilakukan. dll.

2. Mengompol tidak berlangsung terus menerus.
Mengompol muncul lagi setelah anak mampu tidak mengompol minimal selama 3 bulan. Mengompol dalam klasifikasi ini sering disebabkan oleh adanya stress atau krisis emosional yang menyebabkan anak merasa cemas. Penyebab bisa bermacam-macam, misalnya:
a. Kelahiran adik. dalam hal ini anak merasa tersisihkan, sudah tidak disayang lagi, tidak ada perhatian lagi dari orang tua , dll.
b. Sakit, anak merasa tidak nyaman .
c. Pindah rumah, di sini biasanya anak merasa kehilangan teman-teman lamanya, dsb.
d. Masuk sekolah, merasa tidak bebas, dahulu di rumah menjadi pusat perhatian dan cenderung apa keinginannya dituruti sekarang ada aturan , juga merasa tidak aman karena ada teman yang baik atau yang tidak baik, dll.
e. Konflik, baik dengan saudara, teman, orang tua atau orang lain yang mengganggu emosi anak.
f. Masalah di anatara orang tua, anak merasa tidak aman karena pertengkaran orang tua , dll
g. dan faktor lainnya.

Langkah - langkah yang bisa kita lakukan untuk pencegahan:

1. Jangan mengabaikan  dan juga jangan terlalu keras dalam melatih proses menahan dan membuang air kecil. Karena kalau terlalu keras misal dengan membentak atau mengancam (misal: "Ibu tidak menemani kamu kalau tidak kencing sekarang", dll) akan membuat anak cemas dan ini akan tidak akan membantu memperbaiki keadaan.

2. Latihan menahan dan membuang air kecil lebih baik dilakukan saat anak berusia 18 bulan, di mana di usia tersebut anak sudah dapat menahan air seni selama 2 jam. Anak secara teratur diajak ke kamar mandi, sehingga anak akan mendapatkan pemahaman bahwa  bila mereka ingin buang air kecil , mereka akan melakukannya di kamar mandi.

Apabila Anak sudah telanjur mengompol , apa yang harus dilakukan:

Di sini yang diperlukan adalah ketenangan  dan kesabaran bunda. Langkah-langkah yang perlu diakukan adalah sebagai berikut:

1. Membatasi minum anak setelah jam 6 sore.

2. Mengajak dan melatih anak ke kamar mandi dan buang air kecil sebelum tidur. Lakukan ini secara rutin dan konsisten sehingga anak mempunyai kebiasaan kencing terlebih dahulu sebelum tidur.

3. Memperhatikan pola mengompol di malam hari, misalnya setelah 3 jam tidur anak mengompol, maka bunda akan membangunkan anak setelah anak 2,5 jam tidur dan mengajaknya ke kamar mandi untuk melakukan buang air kecil. Kemudian biarkan anak meneruskan tidurnya. Lama kelamaan anak akan bangun sendiri untuk kencing di malam hari tanpa harus dibangunkan . Yang perlu diperhatikan adalah kesabaran, ketelatenan, kesediaan berkorban tenaga dan terganggunya waktu tidur bunda, serta sikap yang lemah lembut dan bahasa yang halus, misal: " Reza, ayo bangun sayang, kita kencing dulu yuk". dll.

4. Beri pujian bila anak berhasil tidak mengompol.

5. Khusus untuk anak yang mengompol karena adanya stress, maka bunda seyogyanya melakukan terlebih dahulu proses penurunan stress anak dengan mengajak berbicara atau bercerita selama 10-15 menit sebelum tidur. hal ini diperlukan agar anak merasa aman , nyaman  dan yakin kalau bunda memperhatikannya, maka tidurnya akan tenang.

Apabila hal-hal di atas sudah dilakukan namun belum berhasil, maka bunda perlu melakukan beberapa hal:

1.Memberikan hukuman, Hal ini dapat kita lakukan apabila anak sudah sekolah, hukuman di sini tentunya bukan dilihat dari beratnya, tetapi latihan bertanggung jawab terhadap akibat dari kebiasaannya mengompol. dan pemberian hukuman juga dilakukan dengan pemberian pengertian kepada anak dan dilakukan dengan intonasi biasa dan pemilihan kata yang tepat dan tetap menumbuhkan motivasi. Misalnya: "Rizki, ayuk kita mengangkat sprei tempat tidur Rizki dan bantu mama menjemur kasurnya ya",  biasanya anak akan bertanya Mengapa perlu dibereskan . maka bunda perlu menjawab misalnya "karena semalam Rizki mengompol kalau tidak dibereskan nanti malam kasurnya masih basah dan Rizki tidak bisa tidur di atas kasur basah" dll.

2.Apabila dengan berbagai cara tidak bisa menurunkan kebiasaan mengompol, bunda bisa mengajak ananda ke psikolog untuk mengatasi gangguan psikologis atau ke urolog untuk bantuan medis.

Semoga dapat dipetik manfaatnya.

Salam hangat abadi.







Saturday, May 18, 2013

Buang Air Kecil secara Mandiri

Bunda terkasih,

Kemarin kita bahas bagaiman melatih kemampuan anak untuk menahan dan melepaskan keinginan buang air besar. Maka pada ulasan kali ini saya akan melanjutkan mengenai bagaimana melatih kemampuan anak untuk menahan dan melepaskan keinginan buang air kecil.

Latihan untuk mengembangkan kemampuan ini baru bisa dilakukan setelah anak berusia 1,5 tahun . Mengapa ? Hal ini dikarenakan karena pada usia 1,5 tahun anak dapat menahan air seni dalam jangka waktu 2 jam.  Kondisi ini disebabkan karena kantong air seni telah bertambah besar secara ukuran maupun sistem sarafnya yang melakukan kontrol juga sudah berkembang lebih baik. Kemampuan untuk menahan dan melepaskan buang air kecil ini di awal tentu saja hasilnya belum sempurna, namun akan terus meningkat perkembangannya sampai dengan anak mencapai usia 5 tahun.

Untuk langkah awal yang dilakukan adalah melatih anak untuk buang air kecil di kloset dalam kamar mandi. Baru kemudian dilatih bagaimana menahan air seni . Karena biasanya melatih anak untuk buang air kecil di kloset dan membersihkan diri lebih mudah dibandingkan dengan melatih anak menaha air seninya. Dalam melatih buang air kecil di koset tentu saja sama dengan  melatih buang air besar dikloset yang sudah dibahas pada ulasan sebelumnya . Dimulai dengan kita memperhatikan tanda-tanda anak yang mempunyai keinginan buang air kecil, misalnya anak nampak menggoyang-goyangkan badan, kaki anak bergerak-gerak, mukanya mengkerut, kulitnya merinding, tangannya memegang  alat kelamin, menangis dan lain-lain. Pada saat inilah kita mulai melatih kemampuan untuk membuang air seninya di kloset kamar mandi, caranya adalah sebagai berikut:

1. Menuntun anak ke kamar mandi , ajaklah anak dengan bahasa yang lemah lembut, misal: "Nadia, mulai terasa mau buang air kecil ya, ayo kita ke kamar mandi, tahan ya sampai kita sampai di kamar mandi".


2. Dengan sikap tenang , dudukkan anak  pada kloset maupun pispot (biasanya ada pispot buat anak, sedangkan kalau kloset biasanya di toko perlengkapan bayi dan anak tersedia bagian atasnya kloset yang khusus untuk anak). Kata-kata yang biasa saya lakukan adalah : " Nadia, ayo kita duduk di kloset, Nadia bisa  buang air kecil di sini".

3. Menunggu anak , dan membantu anak supaya merasa aman .

4. Usahakan anak supaya jangan sampai lama menunggu dan usahakan anak untuk tidak duduk lebih dari 5 menit. Jadi, kita para bunda harus tahu bahwa anak akan segera buang air kecil. Mengapa? karena terlalu lama menyebabkan anak merasa bosan , dan ini menyebabkan pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga ia bisa menjadikannya tidak menyukai proses latihan ini dan pada akhirnya akan menghambat proses latihan yang bunda lakukan.

5. Berilah pujian bila anak berhasil seperti: "Alhamdulillah Nadia sudah bisa buang air kecil sendiri". Akan tetapi, bunda jangan terlalu melebih-lebihkan pujiannya, dan juga jangan memberikan iming-iming hadiah, karena proses buang kecil ini adalah proses yang sangat  alami.

6.  Jangan marah terhadap anak, bila anak belum berhasil  melakukannya . Berilah motivasi, misal dengan: " Risti, belum bisa keluar ya. Baiklah nanti kita coba lagi, ibu yakin Risti nanti pasti bisa buang air kecil secara mandiri".

7. Hindari membicarakan ketidak-berhasilan anak , apabila ia berada di dekat bunda. Hal ini akan memberikan efek yang sangat besar terhadap anak, karena anak akan malu, merasa gagal atau sebaliknya akan menjadikan hal ini sebagai senjata anak terhadap bunda.

Hal lain yang terkait dengan kemampuan ini , tentu saja melatih anak untuk tidak mengompol. Bagaimana caranya :

1. Bunda harus memperhatikan kapan waktu anak ingin melakukan buang air kecil . Biasanya pola buang air kecil anak di waktu malam hari lebih teratur dibanding siang hari.

2. Berilah kebebasan anak untuk mengembangkan kebiasaan menahan buang air kecilnya untuk waktu yang semakin  lama. Hal yang perlu dihindari adalah terlalu sering membawa anak ke kamar , karena ini akan membentuk kemampuan anak menahan air seninya menjadi lebih pendek dari kemampuan sesungguhnya.

3 Latihlah anak untuk memberi tanda dengan berkomunikasi bila anak mempunyai keinginan untuk buang air kecil, ajarkanlah dengan bahasa yang sederhana dan lembut, misal: "Nadia, bilang bunda aku mau kencing ya bila Nadia kepingin buang air kecil", dan sebagainya.

Semoga ulasan di atas dapat bermanfaat bagi para bunda.

Teriring salam hangat abadi.




Buang Air Besar secara mandiri

Hai bunda....
Apa kabar? sudah dua hari ini saya tidak menyapa bunda.

Untuk memahami seluk beluk perkembangan anak diperlukan pengetahuan tentang berbagai aspek dalam diri anak baik dari segi perkembangan motorik kasar, motrik halus, kognitif, bahasa, emosi, maupun perkembangan sosial anak. Tentu saja dalam hal ini bunda dapat mempelajarinya disesuaikan dengan tingkat usia perkembangan anak. Dalam hal ini, Bunda dapat  merangsang anak dengan berbagai latihan -latihan untuk merangsang kemampuan anak sehingga anak mencapai atau menguasai kemampuan motorik, emosi, kognitif, maupun sosialnya sesuai dengan tingkat perkembangan dan usia biologisnya.

Bunda terkasih,

Pada umumnya anak usia 18 bulan atau 1,5 tahun sudah mulai bisa melakukan kegiatan untuk melakukan upaya mengurus diri sendiri termasuk melakukan kontrol buang air besar dan buang air kecil. Untuk itu bunda dapat mulai melatih kemampuan ini.  Dalam bahasa psikologi perkembangan usaha orang tua melatih kegiatan mengurus diri sendiri saat buang air besar maupun air kecil disebut TOILET TRAINING. Kegiatan ini dapat kita lakukan setelah anak mampu berjalan , biasanya anak usia sekitar 1,5 tahun. Latihan ini kita lakukan baik untuk mengontrol buang air besar maupun untuk mengontrol buang air kecil. Biasanya kemampuan mengontrol buang air besar bisa dikuasai terlebih dahulu daripada kemampuan buang air kecil.

Kemampuan Buang air Besar.

Seperti diutarakan di atas, kemapuan mengontrol buang besar, bisa dilakukan mulai anak berusia 1,5 tahun. Biasanya anak perempuan  akan cepat menguasai dibandingkan  anak laki-laki, Kalau kita amati, setiap anak mempunyai cara sendiri untuk menunjukkan keinginan buang air besar, ada yang nampak mukanya memerah, membungkukkan badannya, mengelu-elus perutnya, bahkan ada pula yang menangis, atau memberikan tanda yang lain. Untuk hal ini, bunda perlu mengamati dan bisa mengerti tanda-tanda  yang dilakukan anak, sehingga dapat memberikan respon yang tepat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:

1. Menuntun anak ke kamar mandi , ajaklah anak dengan bahasa yang lemah lembut, misal: "Adli, mulai terasa mau buang air besar ya, ayo kita ke kamar mandi, tahan ya sampai kita sampai di kamar mandi".

2. Dengan sikap tenang , dudukkan anak  pada kloset maupun pispot (biasanya ada pispot buat anak, sedangkan kalau kloset biasanya di toko perlengkapan bayi dan anak tersedia bagian atasnya kloset yang khusus untuk anak). Kata-kata yang biasa saya lakukan adalah : " Adli, ayo kita duduk di kloset, Adli bisa buang air besar besar dan buang air kecil di sini".

3. Menunggu anak , dan membantu supaya merasa aman .

4. Usahakan anak supaya jangan sampai lama menunggu dan usahakan anak untuk tidak duduk lebih dari 5 menit. Jadi, kita para bunda harus tahu bahwa anak akan segera buang air besar. Mengapa? karena terlalu lama menyebabkan anak merasa bosan , dan ini menyebabkan pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga ia bisa menjadikannya tidak menyukai proses latihan ini dan pada akhirnya akan menghambat proses latihan yang bunda lakukan.

5. Berilah pujian bila anak berhasil seperti: "Alhamdulillah Adli sudah bisa buang air besar sendiri". Akan tetapi, bunda jangan terlalu melebih-lebihkan pujiannya, dan juga jangan memberikan iming-iming hadiah, karena proses buang besar ini adalah proses yang sangat  alami.

6.  Jangan marah terhadap anak, bila anak belum berhasil  melakukannya . Berilah motivasi, misal dengan: " Novi, belum bisa keluar ya. Baiklah nanti kita coba lagi, ibu yakin Novi nanti pasti bisa buang air besar secara mandiri".

7. Hindari membicarakan ketidak-berhasilan anak , apabila ia berada di dekat bunda. Hal ini akan memberikan efek yang sangat besar terhadap anak, karena anak akan malu, merasa gagal atau sebaliknya akan menjadikan hal ini sebagai senjata anak terhadap bunda.

Kupasan ini akan saya lanjutkan besok untuk menulis tentang cara melatih anak buang air kecil. Selamat melakukan aktivitas di akhir pekan.

Salam hangat abadi.




Wednesday, May 15, 2013

Melatih anak bawah 1 tahun Tidak Mengompol

Bunda terkasih....

Pada awal masa kehidupan anak , mereka belum dapat melakukan komunikasi dengan kita apa yang mereka lakukan dan mereka inginkan termasuk ketika mereka ingin buang air kecil maupun melakukan kontrol terhadap buang air kecilnya. Banyak ynag dilakukan oleh para bunda dalam menyikapi hal ini adalah dengan menggunakan pampers. Memang hal ini akan praktis dan tidak merepotkan, akan tetapi ada beberapa kelemahan adalah kita tidak tahu jadual dan ritme kapan anak bunag air kecil.

Banyak bunda yang mencoba menyiasati dengan mengkombinasikan penggunaan pampers dengan tanpa menggunakan pampers. yaitu pada waktu di rumah baik siang atau malam hari tidak menggunakan pampers dan sewaktu diajak bepergian menggunakan pampers. Lalu timbul pertanyaan apakah ini tidak merepotkan karena akan mengganggu tidur para bunda?

Saya akan mencoba sharing pengalaman saya sewaktu melatih kedua anak saya , sehingga mereka tidak mengompol. Langkah-langkah adalah sebagai  berikut:

1. Mengatur jam minum terakhir bayi. yang saya lakukan adalah mengatur pemberian minum bayi  dan melakukan jadwal kapan terakhir bayi kita minum terakhir. Bayi terakhir saya berikan ASI adalah beberapa saat sebelum tidur yaitu antara jam 8- 9 malam, setelah itu saya biasakan anak ,saya berikan air putih kemudian saya ajak ke kamar mandi untuk bersih -bersih cuci kaki, cuci tangan ,  kemudian saya lepas celananya dan saya coba pipiskan dengan menyalakan kran air dan mengajaknya komunikasi dengan suara lembut dengan kata-kata misalnya: " Rizal sayang, kita pipis dulu sebelum bobok". Di awal -awal latihan seringkali tidak berhasil tetapi di saat - saat kemudian latihan ini berhasil membuat anak bisa buang air kecil sebelum tidur.
2.Lakukan pengamatan kapan anak buang air kecil. Disini saya lakukan pencatatan jam berapa saja anak buang air kecil. Pencatatan ini saya lakukan selama beberapa hari. Dari sini saya mendapatkan jadual jam berapa bayi saya buang air kecil.

3. Dari data tersebut, saya mendapatkan hasil, bayi akan buang air kecil adalah sekitar jam 3 pagi, maka yang saya lakukan adalah mengajaknya buang air kecil sebelum jam 3 pagi, dimana asumsi saya adalah kantung air seni sudah penuh. Bayi saya usap lembut dengan perkatan: " Rizal, ayo kita kamar madi dulu ya". kemudian setelah di kamar mandi saya lepas celana dan saya membuka kran air. Pada watu anak mendengar gemericik air, ia langsung dapat buang air seni.

4. Setelah buang air kecil saya lap dan saya pakaikan celana, sambil saya berkata:"Rizal anak pintar, Alhamdulillah sudah tidak ngompol lagi, Rizal anak bunda yang hebat".

Bunda terkasih,
Demikian tadi pengalaman saya dalam melatih anak usia di bawah 1 tahun untuk tidak mengompol lagi.
Mudah-mudahan bermanfaat.

Salam hangat abadi.....


Tuesday, May 14, 2013

Anak Telanjur Merokok

Para bunda terkasih.....

Banyak fenomena yang kita lihat akhir-akhir ini, dimana ditemukan kasus-kasus perokok pemula. Hal ini dapat terjadi karena contoh dari keluarga (misal : ayah/bunda/kakak/orang dewasa lain adalah perokok), gencarnya iklan , dan faktor coba-coba. Perokok pemula ini nantinya akan cenderung menjadi perokok aktif setelah usia dewasa. Kadang kala dengan menyandang predikat perokok aktif, di dalam diri mereka muncul peraasaan bangga, karena mereka diterima oleh lingkungannya dan dianggap dewasa karena berani menpunyai kebiasaan menyulut rokok.

Bagaimana cara kita sebagai orang tua apabila melihat atau memergoki anak kita merokok.

1. Bersikap tenang , dan menguasai diri terlebih dahulu sebelum membuka pembicaraan dengan anak.

2. Instropeksi diri, apakah ayah bunda merokok? kalau ya, berusahalah untuk menghentikan kebiasaan menyulut rokok. Jika orang tua sedang berproses berhenti merokok, sebaiknya orang tua tidak menyulut rokok di depan anak.

3. Cari waktu yang tepat untuk berbicara santai ,serius tapi dalam kondisi nyaman bagi anak, kalau bisa empat mata . Mulailah dengan pertanyaan terbuka tentang sebab, seberapa sering dan dengan siapa merokok. Tanyakan juga apa yang dia rasakan saat merokok. Dalam hal ini sebaiknya orang tua tidak menggunakan kalimat pertanyaan dengan "Mengapa", karena anak akan merasa dihakimi.

4. Pastikan diri anda fokus dan menyimak penjelasan anak, Ajaklah diskusi dengan santai tapi serius bahwa kegiatan mencoba-coba merokok dapat menimbulkan kecanduan di kemudian hari.  Dalam hal ini, orangtua harus menjaga agar nada bicara tetap tenang dan menggunakan pilihan kata yang tetap nyaman bagi anak..

5. Ajaklah melakukan analisa akibat merokok bagi kesehatan, bagi keuangan. Di sini orang tua bisa menggunakan alat bantu buku, video, dll.

6. Apabila kebiasaan merokok anak disebabkan faktor teman sebaya, dimana biasanya teman sebaya menekan anak dengan perkataan kalau tidak merokok bukan lelaki sejati. Maka langkah yang kita ambil adalah mendiskusikan langkah-langkah yang harus dilakukan agar anak mampu menangani tekanan dari teman sebaya. Selain itu bangun kepercayaan diri anak, karena dengan kepercayaan diri ini akan menjadi tameng anak dari desakan teman sebayanya.  Selain itu berikan pemahaman  tidak merokok jauh lebih baik bagi kesehatan maupun faktor finansial (misal : "coba kita hitung, kita bisa membeli sepeda motor untuk Reza ke sekolah dengan cara  berhenti merokok ".

Bagaimana kalau dengan cara-cara di atas anak tetap tidak mau berhenti merokok.

1. Ajaklah diskusi tentang dampak positif dan negatif langsung merokok, misal dampak negatifnya adalah dengan merokok uang saku akan berkurang, mulut akan berbau tidak sedap, nafasnya menjadi pendek, gigi kuning, baju beraroma tidak sedap, dll. Dampak positifnya adalah dengan berhenti merokok anak akan bebas dari ketergantungan, penampilannya makin keren karena gigi tidak kuning, bau mulut sedap, dll.

2. Buatlah aturan merokok . Pastikan anak tidak leluasa merokok di dalam rumah.

3. Bantulah anak untuk menyusun rencana berhenti merokok. Bila diperlukan bisa berkunjung ke tenaga ahli.

Bunda yang terkasih , demikian ulasan malam ini semoga bermanfaat.

Salam hangat abadi.


Monday, May 13, 2013

Menumbuhkan rasa percaya pada Anak

Hai bunda.....
Apa kabar?
Harapan kami semoga bunda semua dalam keadaan bahagia selalu , aamiin.

Rasa percaya merupakan pemahaman anak yang tumbuh karena adanya rasa aman . Rasa percaya adalah dorongan dalam diri anak dalam memandang lingkungan sebagai tempat dimana ia dapat membina hubngan yang hangat dan menjalankan perilaku sosial tanpa merasa cemas.

Anak akan mengembangkan rasa aman atau tidak aman tergantung dengan pola hubungan orang tua dengan anak. Rasa aman akan terbentuk apabila anak merasakan kepuasan akibat terpenuhinya segala kebutuhan fisik dan emosional oleh orang tuanya, terutama bundanya. Mengapa hal ini dapat terjadi? karena bundalah yang mengandung, melahirkan dan menyusui. Namun peran ayah juga tidak sedikit dalam proses pengasuhan anak mulai dari bayi.

Sebaliknya adalah rasa tidak aman. Rasa tidak aman timbul diakibatkan tidak terpuaskannya kebutuhan fisik dan emosional anak oleh orang tuanya. Anak yang tidak aman di awal kehidupannya akan memandang bahwa lingkungannya adalah tempat yang mengancam .

Melihat hal di atas, maka peran orang tua terutama bunda adalah menciptakan terbentuknya rasa aman melalui beberapa tahapan usia perkembangan, yaitu:

1. Menciptakan rasa aman untuk anak usia 0-18 bulan.
Pada usia ini , rasa aman akan terbentuk apabila bunda dan ayah sebagai lingkaran terkecil memperlakukan bayi kita dengan memperhatikan, mengerti  dan memenuhi kebutuhannya (misal kita mengerti arti tangis bayi kita, apakah bayi kita lapar/risih/atau takut, dll), memeluk , mengusap, mencium dam berbicara lembut, dll.

2. Usia 18-3 tahun
Rasa percaya akan membuat anak berani menjelajah lingkungan. Apabila anak mendapat respon positif, maka ia akan mendapat pemahaman dan pengalaman yang menyenangkan karena perilakunya, maka ia akan  menampilkan perilaku tersebut

3. Usia 3-5 tahun
Kemampuan anak pada periode ini semakin meningkat, baik kemampuan motorik kasar, motorik halus, kemampuan kognitif ,  kemampuan sosialnya maupun kontrol dirinya. Anak yang mendapat banyak kesempatan untuk mempraktekkan dan mendapat kepercayaan dari lingkungannya, maka ia akan berani belajar dan mencoba. Rasa percaya anak akan muncul apabila orang tua memberikan respon positif, motivasi atau pujian. Apabila anak akan mendapatkan rasa aman , maka ini akan membentuk rasa percaya diri anak.

Bunda terkasih,
Orang tua adalah role model bagi anak, oleh sebab itu perilaku kitapun menjadi contoh bagi anak. Kita jangan sampai hanya mengajarkan kejujuran, kontrol diri, berani mengakui kesalahan, dan memberikan pujian dll, apabila kita tidak melakukannya dalam keseharian kita. Hal ini bisa menghambat perilaku dan kepribadian anak, karena anak tidak memperoleh konsep rasa percaya terhadap lingkungannya.

Sebagai akhir tulisan, marilah kita melakukan refleksi dan belajar untuk memperbaiki perilaku kita apabila memang ada yang perlu kita koreksi.

Mudah-mudahan kita semua dapat berhasil menjadi orang tua menyenangkan bagi anak-anak kita.  aamiin.

Salam hangat abadi.



Sunday, May 12, 2013

Menerima Kekalahan dan Kemenangan.

Hai Bunda....

Semangat pagi,

Sering kita temui , dalam kehidupan nyata kita dihadapkan pada sebuah kompetisi. Begitu juga dengan kehidupan anak. Anak kadang kala ikut dalam kompetisi sesungguhnya misalnya  sebuah kejuaran ataupun persaingan di dalam kelas. dalam ulasan pagi in saya akan memberikan sharing mengenai kompetisi dalam sebuah lomba.
Mengapa ulasan ini kita bahas di pagi ini?
Sering sekali kita temui aneka macam lomba yang diadakan oleh berbagai lembaga, perusahaan , bahkan oleh sekolah anak maupun di lingkungan tempat tinggal kita. Menyikapi hal ini tentu saja ibu harus bijaksana, karena anak harus disiapkan terlebih dahulu mengenai mentalnya. Kalau dilihat dari beberapa teori sebenarnya lebih baik untuk proses perkembangan anak kalau perlombaan itu dilakukan mulai anak berumur 10 tahun, namun  banyak sekali perlombaan itu dilakukan mulai anak-anak balita .hal ini tidak perlu kita perdebatkan, yang penting adalah bagaimana kita menyikapi hal ini dan mempersiapkan mental mereka baik dalam menerima kemenangan ataupun kekalahan

Bunda yang terkasih,

1. Persiapan lomba

Sebelum berlangsungnya perlombaan sebaiknya, kita harus mendiskusikan mengenai arti , apa yang ingin diraih dalam perlombaan maupun apa yang harus dipersiapkan. Di sini bunda bunda dituntut untuk bijaksana dalam mendiskusikan dengan anak .
Beberapa langkah yang pernah saya lakukan terhadap anak sulung saya sewaktu pertama kali dia ikut lomba berenang, adalah menanyakan kepada anak: " Inas, mau ikut lomba berenang ya, ibu boleh tahu sayang mengapa Inas mau ikut lomba", anak saya sewaktu itu menjawab  " Mau dapat piala dan hadiah"

Langkah saya  berikutnya adalah mendiskusikan proses dan kemungkinan yang terjadi pada lomba , karena di setiap perlombaan pasti ada yang menang dan kalah. Di sini saya mencoba menjelaskan: " Kalau nanti Inas menang, alhamdulillah dapat piala dan hadiah . Kalaupun tidak, Kakak tetap anak Ibu yang masya Allah , hebat. Berani ikut lomba saja dan menyelesaikan lombanya  ibu sudah senang dan bangga ", maksud perkataan ini adalah memberi pengertian bahwa juara bukan yang utama, yang lebih penting adalah keberanian ikut lomba dan menyelesaikan tugas lomba . Dan itu semua membuat bunda bangga terhadap anak.
Ilustrasi yang saya tambahkan untuk anak lebih memahami situasi lomba adalah sebagai berikut: : "Peserta lombanya berapa?" Anak akan menjawab misal" 20 orang, bu". maka kita meneruskan :" Nah , pada saat lomba, juri mencari satu pemenang yang catatan waktunya paling sedikit. Misalnya, kakak bagus, Watik bagus, Dani dan Danti bagus, maka nanti dipilih sampai dapat yang paling bagus catatan waktunya di antara para peserta, salah satunya akan menjadi pemenang"  Anak biasanya bisa mengerti.
Dalam situasi ini tekankan pada anak bahwa bapak dan ibu bangga kakak sudah berani ikut lomba dan menyelesaikan proses lombanya.
Yang perlu dihindari adalah pemberian target baik target juara atau target jangan sampai kalah dengan anak lain, karena in akan membebani mental anak.

2. Pendampingan dalam latihan.
Ayah dan bunda mendampingi dalam latihan , berikanlah respon positif dan motivasi.

3. Mendampingi Lomba.
Pada saat lomba bersikaplah tenang dan bijak, buatlah situasi nyaman dan menyenangkan, sehingga anak akan tenang  secara  psikologis. Apabila anak sedikit stress, berilah motivasi, dan tenangkan , tetap tekankan kepada anak, bahwa yang penting anak menyelesaikan tugas lomba, jangan terpengaruh nanti bagaimana hasilnya,  dan ingatkan anak memulai lomba dengan berdoa. Ayah bunda bangga dan tetap sayang kakak , karena tidak terpengaruh menang atau kalah dalam lomba.
Pada saat anak lomba dampingi, dan peluklah anak saat anak telah menyelesaikan  lomba apapun hasilnya. Sebagai contoh perkataaan kami saat anak saya setelah menyelesaikan semua lintasan lomba berenangnya, "Alhamdulillan kakak sudah menyelesaikan semua lintasan, ayah ibu bangga terhadapmu", anak saya menjawab:" ibu, saya mencapai garis finishnya nomor urut empat", "Kakak , nomor urut empat bagi ayah ibu, adalah hebat, kakak sudah menunjukkan usaha yang gigih , kami bangga terhadapmu"
Di sini peran orang tua sangat penting, baik bagi orangtua yang anaknya  menang maupun yang kalah. Untuk yang menang peran orang tua adalah menetralkan bahwa kemenangan adalah buah dari latihan dan anugerah dari Allah dan jangan sombong. Dan bagi orang tua yang anaknya kalah , adalah tetap menghargai usaha putranya , jangan menyalahkan maupun mengkoreksi secara langsung kekalahan atau kelemahan anak , karena akan menimbulkan ketidak mampuan anak, rasa bersalah anak yang nantinya menimbulkan ketidakpercayaan diri anak.

Hal  yang perlu menjadi catatan kita, yang kadang tidak kita sadari adalah kita juga harus mempersiapkan mental untk anak yang terbiasa menjadi juara satu, karena biasanya secara mental mereka tidak siap untuk kalah atau menjadi juara dua, kadang kala mereka lebih baik mundur daripada kalah. Oleh sebab itu bagi ayah bunda  alangkah bijaksananya apabila  dapat mengajak mereka diskusi tentang arti kalah dan menang , dan ayah bunda tetap sayang dan bangga apapun hasilnya.

Semoga tulisan di atas dapat menjadi refleksi dan pengingat bagi kita semua, termasuk diri saya.

Selamat beraktivitas  .

salam hangat abadi

Mengoptimalkan Motorik Halus

Selamat sore bunda...

Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut perkembangan motorik. Secara garis besar perkembangan motorik bisa dibagi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Dalam ulasan yang lalu saya sudah membahas mengenai motorik kasar, maka kali ini saya akan mengulas mengani motorik halus.

Perkembangan motorik halus sudah diawali sejak dini, dimulai saat bayi dapat memegang dan meraba. Ketrampilan motorik halus ini sangat dipengaruhi oleh kematangan otot dan tentu saja kematangan saraf. Oleh sebab itu dapat dikatakan , setiap gerakan yang dilakukan anak , sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil interaksi yang kompleks dari berbagai bagian tubuh dan sistem yang dikontrol oleh otak. Motorik halus ini nampak begitu pesat perkembangannya setelah usia 3 tahun (perlu diingat masing-masing anak tidak selalu sama laju perkembangannya). Biasanya kemampuan ini akan nampak nyata apabila anak sudah menguasai sebagian besar gerak motorik kasar. Ketrampilan motorik halus sangat dipengaruhi oleh gerak otot-otot kecil. Ketrampilan ini meliputi: mengambil benda kecil dengan ibu jari, mencoret, menggambar, mengancingkan baju, membuka gerendel pintu, menggunting, makan sendiri, memasukkan benang ke jarum, menjahit, membawa gelas berisi air  tanpa tumpah dll.

Walaupun perkembangan motorik halus berkembang sejalan dengan perkembangan saraf dan otot, namun perkembangan motorik halus ini tidak serta merta bisa terjadi begitu saja, tanpa ada proses pembelajaran dan latihan. Di sinilah peran kita sebagai bunda sangat menentukan , karena bunda dapat menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat merangsang tumbuhnya ketrampilan motorik halus ini.

Beberapa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus:

1. Kesiapan anak untuk belajar baik secara fisik dan psikologis, disini anak harus disiapkan untuk fokus. Hal yang dapat dilakukan bunda adalah sebelum berlatih dengan bermain, ajaklah anak anda untuk mengenali suatu latihan dan proses belajarnya, misal dengan kata:" Anis, bunda punya permainan di atas meja, mari kita lihat", dll. Dengan demikian anak akan tahu kalau dia akan bermain sesuatu hal, sehingga mereka akan menyiapkan fisik dan mentalnya. (buatlah belajar bagi anak adalah sebagai sebuah permainan).

2. Kesempatan berlatih.
Dalam hal ini, sangat besar peranan orang tua, karena orang tua harus menyiapkan waktu luang dan memberi kesempatan anak untuk mempunyai kebebasan. Berilah kepercayaan kepada anak.Misalnya dengan perkataan: " Anung, bunda lihat , kamu sudah memegang kuasnya dan sekarang kamu oleskan di kertasnya". Banyak anak yang tidak mendapat kesempatan ini karena orang tua terlalu protektif, sehingga kesempatan berlatih tertutup karena orang tua terlalu sayang sehingga takut anak cedera seperti tertusuk dsb, takut rumah nya kotor, dll sehingga semua keperluan anak  dilayani, dll.

3. Orang tua memberikan contoh yang baik.
Peran bunda sangatlah besar dalam memberi contoh, di sini bunda harus memberi contoh yang baik dan benar dan jangan lupa dikomunikasikan kepada anak caranya  dengan bahasa yang sederhana dan diucapkan  dengan bahasa yang benar. Misal bunda memberi contoh makan : " Dita, mari kita makan bersama" kemudian" sendoklah makanan kita dan makanannya dimasukkan ke mulut, kunyah dan telan", ulangi contoh ini berulang-ulang sehingga anak mampu memahami konsep  cara makan.

4. Respon positif dan motivasi.
Respon positi sangat berarti bagi anak, respon positif diberikan kepada anak saat dia mampu melakukan latihan dengan baik. misalnya : "Ika, sekarang kamu dapat menyetuhnya, apa rasanya".  Akan tetapi  respon positif dan motivasi juga diperlukan apabila anak belum mau  atau berhasil melakukan latihan. Beberapa contoh yang dilakukan oleh bunda adalah sebagai berikut:
a, untuk mendorong anak melakukan kegiatan, misalnya : " Bunda juga mau cuci piring, Bunda ambil piring-piring kotor lalu bunda masukkan ke dalam air sabun, digosok-gosok lalu dibilas dengan air bersih" dll.
b. Melakukan koreksi terhadap perilaku anak yang masih belum berhasil melakukan misalnya :" Ya teruskan mencari mainannya. ayo buka kotaknya dan coba temukan mainannya" dsb.

5. Setiap ketrampilan harus dipelajari dengan khusus.
Setiap kemampuan motorik halus memerlukan kemampuan koordinasi otot-otot kecil dan kematangan syaraf tersendiri., seperti memegang pensil berbeda dengan kemampuan memegang sendok atau memegang gunting. Maka bunda wajib melatih satu ketrampilan motorik halus secara khusus.

6. Cara mempelajari ketrampilan motorik halus harus satu demi satu. Di sini kesabaran kita dituntut, anak jangan sampai dibuat bingung dengan diperkenalkan beberapa ketrampilan sekaligus. Kita harus melatih ketrampilan satu demi satu, sehingga anak akan fokus dan mendapatkan pemahaman mengenai kemampuan tersebut dan mahir melakukan ketrampilan tersebut, sebelum berpindah ke ketrampilan yang lain.

Perkembangan motorik halus juga dapat digunakan sebagai salah satu deteksi taraf kecerdasan anak, khususnya di awal usia anak dan di tahun-tahun pertama, ketika anak belum bisa diajak berkomunikasi secara verbal.

Semoda dapat membantu bunda, dalam pengasuhan anak.

Semoga bermanfaat...

Salam hangat abadi


Friday, May 10, 2013

Bagaimana mengoptimalkan Motorik Kasar

Selamat pagi bunda,

Bagaimana aktivitas di akhir pekan ini ? Tentu saja para bunda mempunyai beberapa rencana yang telah disusun bersama keluarga.

Pada periode lima tahun pertama kehidupan anak , motorik kasar sangatla pesat perkembangannya sejalan dengan perkembangan motorik lainnya yang berkembang sesuai dengan pertambahan usia dan kematangan saraf serta otot-otot anak. Tampak pada anak periode lima tahun pertama ini perkembangan motorik kasar adalah sebagai berikut , anak mulai dari memiringkan badannya, tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, berlari, melompat, berenang maupun bersepeda dll. Dalam tumbuh kembang motorik kasar ini tentu saja sangatlah besar peranan bunda, karena bunda akan menentukan perangsangan dan kesempatan kepada anak, sehingga mereka mendapatkan peluang untuk berkembang sesuai dengan usia perkembangannya.

Beberapa kondisi yang dapat merangsang perkembangan motorik adalah :

1. Faktor Genetik.
Anak yang mempunyai bentuk normal dengan kemampuan intelegensia tinggi umumnya lebih pesat kemampuan motoriknya.

2. Kondisi Pra Natal
a. Janin yang aktif biasanya cenderung berkembang menjadi bayi yang aktif pula, kecuali ada situasi dan kondisi yang menghambatnya.
b. Asupan gizi yang baik pada saat ibu hamil, memungkinkan perkembangan bayi yang lebih baik.

3. Kondisi Pasca Natal
a. Kondisi kesehatan , gizi dan nutrisi di bulan - bulan awal kehidupan bayi membantu perkembangan motorik yang lebih baik.
b. Adanya rangsangan, motivasi dan respon positif dapat mengoptimalkan perkembangan motorik.

Selain hal -hal yang dapat mendukung , ada beberapa hal yang dapat menghambat, misalnya:

1. Faktor Genetik, lahir dengan kemampuan intelegensia rendah.

2. Pada saat kelahiran mengalami kesulitan , terutama apabila disertai trauma di kepala.

3 Pola Asuh Orang tua:
a. Orangtua terlalu protektif , sehingga khawatir dan tidak memberikan kesempatan anak untuk melakukan latihan - latihan motorik dengan bebas. Pengasuhan seperti ini sering tidak disadari oleh orang tua, karena mereka biasanya bermaksud agar anaknya tidak cedera, takut terjadi hal yang tidak baik terhadap anak, sehingga orang tua membatasi atau sangat menjaga anaknya.
b.Perbedaan pola asuh orang tua, karena perbedaan jenis kelamin. Sering kali pola asuh dibedakan karena jenis kelamin anaknya berbeda, misalnya untuk anak laki-laki diberi kebebasan untuk berlatih motorik kasar, misal menendang bola, lompat, dll; sedangkan pengasuhan anak perempuan berbeda karena mereka menganggap anak perempuan harus santun , sehingga anak perempuan tidak diberi kebebasan sama dengan anak laki-laki.

Bunda terkasih, semoga dapat dipetik hikmahnya.

Salam hangat abadi

Thursday, May 9, 2013

Bermain untuk Anak usia 2-3 tahun


Hai bunda.......

Apa kabar? Doa dan harapan saya bunda dalam keadaan sehat wal afiat. keluarga  dalam keadaan sehat dan senantiasa bahagia. Aamiin.

Bunda terkasih, 
Periode anak usia 2-3 tahun adalah periode yang sudah semakin  berkembang tingkat pemahaman mereka. Nampak dari kemampuan bahasa, anak periode ini sudah mampu menceritakan kembali cerita-cerita yang sudah dikenal (misal: cerita dari buku-buku yang sering dibacakan bunda kepadanya). Anak mampu untuk menghubungkan kejadian kedalam urutan peristiwa, serta anak juga sudah mampu menghubungkan jarak, kecepatan dan waktu . Dari segi motorik halus, anak pada periode ini sudah mampu melakukan kegiatan dengan satu tangan, menggambar garis lurus serta lingkaran tak beraturan, mulai mampu menggunting dengan hasil yang belum sempurna, mengancingkan baju dan ritsluiting dll. Sedangkan kemampuan motorik kasarnya nampak mereka sudah bisa melompat di tempat, berjalan mundur hingga 3 meter, menendang bola dengan mengayunkan kaki, jalan jinjit , bediri sebelah kaki, lompat dari anak tangga terakhir, mengayuh sepeda, dll. Jadi pada periode kemampuan anak semakin pesat.

Melihat perkembangan anak baik dari segi bahasa, kognitif, motorik kasar maupun motorik halus sudah semakin pesat, maka menuntut para bunda untuk dapat bertindak bijaksana dalam memberikan permainan sehingga kemampuan anak akan bisa teroptimalisasi dengan sempurna.

Beberapa contoh permainan yang dapat dilakukan  :

1. Bermain Olah Raga pagi.

Ajaklah anak ke tanah lapang, misal ke bumi perkemahan, ke kebon raya atau kelapangan rumput, dsb. Anak diajak untuk beraktivas pagi bersama ayah  bunda misal  lari pagi, kemudian olah raga yang lain yang terdiri dari senam yang disisipin gerakan jalan jinjit ,jalan mundur dan berdiri dengan satu kaki. Selan itu bisa ditingkatkan dengan  lompat tangkap bola, atau main bola dengan menendang dan mengayun kaki , belajar sepeda roda empat dll. Dalam bermain di luar ini ciptakan suasana nyaman dan penuh kegembiraan , orang tua juga terlibat dan hadir secara nyata dan mental. Sehingga anak akan merasa hangat, segar, gembira, senang dan teroptimalisasi kemampuan motoriknya.

2. Pakai baju sendiri.

Berilah kepercayaan anak untuk memakai baju dan celana  sendiri,rangsang dan motivasi  anak  untuk mengancingkan dan menarik ritsluiting. Hanya saja sebagai langkah awal hasilnya belum sempurna, lama kelamaan akan berhasil. Untuk menghadapi hal ini yang perlu dilakukan adalah memberikan motivasi dan respon positif.

3. Bermain Air.

a. Isi Air

Bunda menyiapkan air yang sudah berwarna, siapkan beberapa aneka botol bekas air mineral dalam aneka ukuran, dan gelas bekas air mineral untuk alat gayung.Di sini anak diajak bermain mengisi berbagai aneka ukuran botol . Hanya saja caranya anak diajak untuk mengisi botol yang ukuran besar terlebih dahulu baru yang lebih kecil. Misalnya dengan cara: " Risma, bunda lihat kamu sedang mengisi botl besar, sekarang coba Risma ganti mengisi botol kecil". Mengamati respon anak dan memberikan pertanyaan untuk membantu anak mengeksplorasi kemampuan berpikirnya, misalnya dengan pertanyaan: " Risma , apa yang kamu rasakan saat mengisi botol besar? dan apa yang Risma rasakan saat mengisi botol kecil? ". menunggu jawaban anak ddan memberikan respon positif. Apabila anak  belum bisa menjawab, ulangilah permainan anak sehingga anak mampu mendapat kesimpulan dan pemahaman dari permainan Isi Air.

b. Takar Air.

Peralatan yang perlu disiapkan sama dengan permainan Isi Air , hanya ditambah dengan menyediakan corong . Caranya sama dengan permainan di atas , bedanya hanya cara waktu menuang , dalam permainan Takar Air, cara mengisi botol dibantu dengan corong. Bunda membantu anak untuk memahami bahwa dengan corong proses mengisi botol lebih mudah. Cara yang dilakukan bunda adalah merangsang kecerdasan anak dengan pertanyaan , misalnya: " Risma .....masih ingat permainan kita kemarin, alat apa yang kita gunakan ? ", dilanjutkan dengan pertanyaan: " Bagaimana rasanya, kemarin sewaktu Risma memasukkan air ke botol tanpa corong?", kemudian dengan pertanyaan: " dan apa yang Risma rasakan sekarang sewaktu mengisi botol dengan menggunakan corong?". Apabila anak belum mendapatkan pemahaman , maka berilah kesempatan kepada  untuk mencoba lagi permaianan Isi Air (mengisi botol air tanpa corong) kemudian mencoba permainan Takar Air (pakai corong) dan anak membandingkannya, sehingga anak akan dapat menjawab pertanyaan bunda, karena anak sudah dapat menarik kesimpulan.

c. Ayuk bantu Bunda.

Permainan ini anak diajak main seolah - olah anak diajak untuk membantu bunda mencuci piring atau yang lain. Untuk ini bunda perlu menyiapkan 2 bak berisi air (air tidak usah diberi pewarna), satu bak diisi air sabun, satunya air bersih tanpa sabun; piring atau gelas plastik, sabun . Sebelum mulai bermain, anak diajak melihat peralatan  ynag disediakan, amati respon anak. Kemudian mulailah anak diajak bermain, dengan bunda terlebih dahulu memberi tahu atau memberi contoh urutan permaianannya. Apabila anak belum mau  melakukan permaianan maka bunda dapat memberi motivasi dengan ucapan: " Bunda akan mencuci piring kotor, mana Fahrun piring-piring kotornya kita masukkan ke air sabun, lalu  kita gosok supaya bersih, dan dibilas dengan air bersih, lihatlah sekarang sudah bersih". apabila anak mengikuti gerakan bunda, berilah penguatan, dan jika anak sudah menyelesaikan satu piring, bunda dapat merangsang anak untuk melakukannya lagi.
Permainan ini bisa diganti dengan obyek permainan, bisa saja diganti baju, dsb.

4. Bermain Bentuklah Aku.

Permainan kali ini adalah bermain untuk membuat aneka bentuk  dengan bahan clay atau malam (bahan ini bisa dibeli dari toko mainan anak atau bisa dibuat sendiri). Anak diajak bunda untuk melihat perlengkapan permainan , misal dengan perkataan: " Faroz , lihat ibu punya permaian menarik buat kamu", lihat dan amati respon anak", lanjutkan dengan pekataan: " bahan ini bisa diremas , digiling, dipiln-pilin atau ditepuk-tepuk hingga dapat dibuat bermacam-macam bentuk". Lihatlah respon anak, jika anak sudah memperlihatkan memegang , meremas dan lain lain, berilah penguatan terhadap anak, misal : " Faros, ibu lihat kamu sudah memegang dan meremas clay, bagaimana rasanya?", dan lanjutkan dengan pertanyaan lainnya. Dan bila anak sudah mahir dam membentuk clay maka beilah motivasi untuk mencoba bentuk lain, dan mencoba mneggabungkan bentuk yang ada, misal dengan: " Oh, dua kotak  tadi bisa ditempelkan ya?"  dan dapat dirangsang lagi dengan pertanyaan: " Bentuk apalagi yang bisa Faros buat ?' atau dengan perkataan lainnya.

5. Potonglah Aku.

Untuk permainan ini , bunda perlu menyiapkan koran bekas, majalah bekas, kalender bekas atau lainnya, dan gunting khusus untuk anak. Ajaklah anak untuk melihat alat permainannya. kemudian berilah contoh bagaimana permainan ini dilakukan. Lihat dan amati respon anak. Bila anak belum tertarik maka bunda dapat memotivasi anak dengan ucapan: " Nadia...lihatlat mama dapat membuat koran ini menjadi potongan kecil-kecil banyak sekali", dan berilah contoh bagaimana cara memegang gunting dan melakukan proses menggunting. Bila anak sudah merespon dan melakukannya, berilah penghargaan dan respon positif. Dalam permainan ini yang perlu diperhatikan adalah orang tua harus mendampingi dan memberi kepercayaan kepada anak kalau anak pasti bisa (karena kadang kala ada bunda yang justru takut bila anak mulai memegang gunting).

Bunda terkasih, permainan di atas adalah beberapa contoh permainan, tentu saja bunda dapat menambah variasi permainannya . Selamat mencoba.

Selamat malam,
Salam hangat abadi.....




Kuantitas atau kualitas Waktu yang diperlukan Anak ?

Selamat siang bunda,

Di era sekarang ini, banyak ayah bunda yang sama -sama bekerja di luar rumah, sehingga ananda lebih banyak menjalani kesehariannya bersama nanny, baby sitter atau orang dewasa lain. Lalu bagaimana peran kita sebagai ourang tua dalam menyikapi hal ini? apakah kita harus menyediakan kuantitas waktu yang banyak ataukah agak sedikit  waktu namun berkualitas ? . Menghadapi hal ini tentu saja yang lebih baik adalah waktu  yang banyak dan berkualitas, namun hal ini bagi orang tua yang keduanya bekerja sangatlah susah mengingat banyak kesibukan dan tuntutan pekerjaan yang memaksa kita harus pergi meninggalkan anak di rumah.

Menurut saya, janganlah kita perdebatkan masalah di atas, tetapi alangkah baik kita mensiasati hal ini dengan bijaksana. Perlu kita sadari bahwa dalam praktek pengasuhan anak,  jumlah waktu interaksi orang tua dengan anak tidaklah mutlak menentukan terjadinya kedekatan anak dengan orang tua. Ada hal lain yang justru lebih menentukan kedekatan anak dengan orang tua yaitu adanya keterlibatan orang tua dan anak pada saat berinteraksi.

Pola interaksi  yang melibatkan orang tua dan anak, tentu saja memerlukan kesiapan dari orang tua. Kesiapan di sini maksudnya baik kesiapan fisik maupun mental. Kesiapan fisik orang tua adalah adalah hadir secara nyata di hadapan anak , seperti : orang tua duduk berdampingan, ada di hadapan anak, dll. Selain itu adanya  kesiapan mental orang tua.Kesiapan mental orang tua adalah orang tua melepaskan semua pikiran , perhatian  dan perasaan lain. Di sini orang tua harus menfokuskan semua pikiran, perhatian, dan perasaan terhadap anak yang dihadapannya dan sedang berinteraksi dengannya, dengan demikian orang tua akan memusatkan fisik dan mentalnya terhadap kebutuhan anak pada saat interaksi berlangsung. Anak peka dan bisa menangkap apabila kita ada di hadapan mereka tetapi pikiran kita ada di tempat lain, misal: saat interaksi dengan anak, kita menerima telepon orang  lain, diajak bicara anak tidak mendengar atau tidak memperhatikan, asyik bermain atau chatting di hand phone, melamun sendiri dll.  Yang perlu kita sadari adalah mereaka mengerti dan memperoleh kesimpulan bahwa orang tuanya tidak tulus dan tidak fokus sepenuh hati menemani dan berinteraksi dengannya . Akibatnya  mereka akan kecewa dan merasa tidak diperhatikan dan tidak diperlukan oleh orang tuanya. Nantinya akan menimbulkan perasaan tidak berarti, rendah diri, cuek, dll. Oleh sebab itu berlatihlah untuk fokus terhadap anak apabila kita berinteraksi dengan anak.

Belajarlah hadir nyata baik fisik dan mental.

Semoga bermanfaat, hal ini juga tidak hanya mengingatkan bunda tetapi juga mengingatkan saya secara pribadi, karena kita sama-sama  belajar menjadi orang tua yang baik dan bijaksana. Aamiin.

Salam hangat abadi

Wednesday, May 8, 2013

Bermain untuk Anak Usia 1,5 - 2 tahun

Semangat pagi bunda,

Perkembangan motorik, kognitif dan sosial anak semakin berkembang dari periode-ke periode lainnnya. hal ini juga nampak pada anak yang berusia 1,5-2 tahun. Pada tahap perkembangan ini akan nampak perubahan baik dari segi kognitif, sosial, motorik kasar maupun motorik halusnya, seperti anak sudah mulai mampu berfokus pada penyelesaian masalah dari tahap sebelumnya yang masih trial  and error. Kemampuan lain juga nampak berubah, dimana sebelumnya anak hanya berlatih mengisi dan  mengosongkan sekarang sudah mulai menanjak pada tahap kemampuan memasukkan benda pada lobang dengan bentuk yang sama  . Kemampuan menghubungkan satu benda dengan benda lainnya juga sudah mulai timbul. Hal ini juga diimbangi dengan peningkatan motorik kasarnya seperti: melempar bola, anak mulai lari, melompat dan jungkir balik. Selain itu beberapa perkembangan motorik halus juga mulai nampak seperti: anak mulai mengupas pisang dengan hasil kurang  sempurna, menggambar, menjahit sederhana, ataupun permainan membangun lainnya.

Melihat hal di atas, tampak perkembangan anak sudah demikian lajunya. Hal ini pasti membawa konsekuensi untuk para bunda, bahwa bunda harus lebih menyiapkan diri dalam banyak hal baik dari sisi atensi, variasi jenis permainan in door maupun outdoorn dll;  sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan kognitif, sosial, motorik kasar, maupun motorik halusnya.

Bunda terkasih, beberapa dukungan kita untuk jenis permainan anak pada tahap ini misalnya.

1. Bermain Mampu Sendiri.

Pada tahap ini , anak sudah mampu melakukan sendiri beberapa kegiatan, seperti memakai kaos kaki dan sepatu sendiri, atau yang lainnya seperti mengupas pisang, dll; walaupun hasilnya belum sempurna. dalam hal ini peran bunda adalah memberikan kepercayaan kepada anak, memotivasi dan memberikan respon positif. Hal yang harus dihindari oleh bunda adalah menyalahkan atau langsung membetulkan misal: " Melati ini kurang sempurna, yang betul seperti ini". Apabila ini dilakukan bunda , maka anak akan demotivasi dan tidak mau mengulangnya lagi karena takut salah, dan dampaknya nanti adalah anak menjadi tidak percaya diri.

2. Melukis atau Menggambar.

Hal yang perlu disiapkan bunda adalah; cat untuk melukis (bisa dibeli di toko mainan anak khusus cat yang aman untuk anak-anak, ataupun dibuat sendiri, misal : campuran tepung terigu, air dan pewarna). media untuk melukis dan tentu saja alat lukisnya (bisa kuas, dan anggota badan kita, atau kapas, potongan pelepah pisang atau yang lainnya). Di sini anak diajak untuk melihat perlengkapan permaian. Lihatlah respon anak, bila anak sudah mulai memegang salah satu alat , berilah motivasi: " Naufal, ibu lihat kamu sudah memegang kuas, sekarang Naufal  oleskan di papan  ini ya," dsb. Bunda juga memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba dengan cara lain, misal dengan potongan pelepah pisang. atau dengan jari dan telapak tangan atau bahkan dengan kakinya. Anak akan senang dengan eksperimennya. Apabila anak meminta bunda untuk ikut berperan serta, jangan ragu-ragu bunda juga melakukan. dan bermain bersama , namun yang perlu dijaga adalah bunda jangan mendominasi permainan.

3. Bermain pasir.

Ajaklah putra-putri anda menikmati pasir , bisa di pantai, di bak pasir besar, atau kolam pasir dll.
Pertama yang anda lakukaan adalah mengenalkan dan merasakan pasir. Misal: Zidan, mama lihat kamu memegang pasir di tanganmu, apa yang kamu rasakan " dsb, kemudia ditingkatkan dengan menginjak pasar dll. Kemudian tingkatkan menjadi mengambil pasir dengan sekop dan mencetaknya menjadi beberpa permainan atau bisa juga dengan mengambil pasir dimasukkan ke dalam permaianan kincir pasir, dll.

4. Bermain di Alam Bebas.

Ajaklah ananda ke alam bebas, ajaklah mereka untuk berlari bersama , kejar-kejaran dengan ayah bunda, bermain lompat  - lari , dll. Selain melatih motorik kasar, juga menimbulkan rasa kebersamaan, yang dapat menimbulkan kehangatan keluarga.

5. Bermain Air.

Ajaklah anak anda bermain air, siapkan beberapa alat yang bisa mengapung dan tenggelam di air. Kemudian biarkan anak memilih mainan mana yang akan dimasukkan ke air. Amati respon anak, dan ajaklah diskusi , misal dengan: " lihatlah daun mengapun di air, kita amati yuk bagaimana daun tetap berada di atas air. Zia, lihatlah, bagaimana dengan batu, ternyata batu tenggelam didalam air." berilah pengertian seperti ini, kemudian tingkatkan permainan dengan mengajak anak menebak benda yang akan dimasukkan ke air, nantinya mengapung atau tenggelam, Berilah motivasi anak untuk melihat hasil kebenaran hasil terkaannya. Berilah motivasi dan respon positif.


Beberapa permainan di atas hanyalah sekedar contoh, tentu saja bunda dapat menambah variasinya.

Selamat mencoba.

Salam hangat abadi