Pages

Thursday, June 6, 2013

Menanamkan ENERGI POSITIF untuk ANAK

Selamat sore...


Sebelum saya menulis postingan ini, saya mengajak sahabat semua untuk merenung apakah kita selalu hadir dalam diri anak dengan perkataan positif ? berapa kalikah dalam sehari kita berkata positif ? dan sebaliknya berapa kali kita berkata negatif ? kalau kita jumlahkan mana yang lebih banyak berkata positif atau berkata negatif ?
Astaghfirullah, kadang kala kita tidak sadar bahwa kita jarang sekali berkata positif terhadap anak kita. Berdasarkan sebuah penelitian, anak 40 kali mendapat kata JANGAN atau TIDAK dalam sehari, dan anak hanya mendapatkan kata YA 1 x dalam sehari.

Sore ini , saya berusaha untuk mengulas beberapa cara untuk menanamkan energi positif , salah satunya adalah berkata positif. Mengapa ini diperlukan?

Sahabat -sahabat yang saya kasihi.
Perilaku anak tidak menetap pada diri anak saat dilahirkan, tetapi perilaku anak muncul karena kita sebagai ayah dan ibu yang mengajarkan , karena seperti kita ketahui bersama dalam masa tumbuh kembang anak, keluarga merupakan salah satu faktor penentu kematangan emosi, kematangan sosial, kematangan psikologis, kematangan motorik maupun kematangan spiritual. Hal yang paling utama menunjang keberhasilan orang tua dalam perkembangan anak adalah kita harus mengatur , dan membiasakan pikiran , pembicaraan maupun perilaku ayah dan ibu yang dapat menimbulkan energi positif terhadap tumbuh kembang anak.

Bagaimana caranya, mari kita coba kupas:

1. Selalu berkata terhadap anak menggunakan kata atau kalimat positif .
Misal:
- Pada waktu membangunkan anak sholat subuh, kita berkata terhadap anak , misalnya dengan kalimat: "Nanda yang ibu banggakan, Mari kita raih pahala sholat subuh yuk".
- Menanamkan sikap berani kepada anak, maka yang kita katakan adalah " Iyo anak ibu yang pemberani..."
- Ayah dan ibu membiasakan dengan memanggil dengan sebutan nama , misal: "Iyan sayang ,  hari sudah malam, saatnya kita siapkan perlengkapan sekolah, biar besok tidak ada yang ketinggalan"
- dan lain sebagainya.

2. Jangan beri sebutan atau predikat anak dengan predikat negatif.
Apabila orang tua tidak menginginkan anak berperilaku negatif, seperti : nakal, pemalas, pemalu, pembangkang , penakut, dan lain lian. Maka ayah dan ibu harus menghindari berpikir dan mengucapkan predikat negatif tersebut kepada anak. Misal anak mendapatkan prestasi jelek di sekolah, terus orang tua menyebut anak dengan kata si BODOH, maka anak akan menjadi bodoh . Mengapa hal ini bisa terjadi ? Karena anak akan meyakini anggapan tersebut , dan menjadi sugesti bagi diri anak , maka dia akan benar-benar menjadi BODOH. Kalau hal ini terjadi siapa yang merugi ? tentu ayah dan bunda juga ikut merugi.

3. Menunjukkan dan mengungkapkan kasih sayang.
Ayah dan ibu perlu menunjukkan dan mengungkapkan rasa sayang terhadap anak, baik secara verbal maupun secara perilaku. Secara verbal misalnya: "Ibu sayang Adi", dll. Sedangkan secara perilaku misalnya: memeluk , mencium, mengelus, menepuk pundak, atau dengan perilaku yang lain.

4. Mempertahankan nilai baik yang sudah terbentuk dan menghindari nilai buruk.
Cara ayah dan ibu agar perilaku baik yang sudah terbentuk tetap bertahan  dan menghindari nilai buruk  adalah dengan secara verbal, maupun perilaku.
Contoh secara verbal adalah, membacakan cerita yang mengandung nilai atau perilaku baik  maupun buruk, dan akibat yang akan diterima apabila melakukan perilaku tersebut. Membacakan cerita ini lebih baik bila dilakukan sebelum tidur, dimana anak akan mudah memahami isi cerita. Hal ini juga dapat ditunjang dengan perilaku yang lain.

5. Membiasakan meminta maaf.
Menanamkan perilaku ini lebih baik bila dengan contoh. Apabila ayah ataupun ibu berbuat salah , jangan ragu untuk segera meminta maaf. Misal: " Dian, ibu meminta maaf, karena ibu terlambat pulang" dan lain sebagainya .

6. Memberikan pujian.
Orang tua perlu memberikan pujian kepada anak, jika anak berbicara atau berperilaku positif. Misal: "Alhamdulillah, Ibu bersyukur sekali punya anak yang pintar dan rajin". dan selain itu misal: " Watik, terima kasih ibu sudah dibuatkan teh hangat. Teh buatan Watik enak sekali, membuat ibu segar kembali". apabila perilaku ini secara konsisten dilakukan oleh orang tua , maka akan memperkuat perilaku positif anak .

7.Memberikan sanksi .
- Dibicarakan dengan anak mengenai konsekuensi apabila anggota keluarga melanggar aturan keluarga.
- Disepakati antara orang tua dan anak.
- Sifat konsekuensi adalah bersifat mendidik, dapat dilakukan anak, dan tidak memberatkan secara fisik maupun psikologis anak. (secara detail sudah saya bahas dalam postingan saya sebelumnya).

Sahabat terkasih,
Hal-hal di atas adalah pengingat bagi kita semua untuk mengantarkan anak - anak kita berproses mencapai kematangan fisiologis, emosional, sosial maupun spiritual. Semoga Allah memudahkan langkah kita semua. Aamiin.

Salam hangat abadi.






No comments:

Post a Comment