Pages

Monday, April 29, 2013

Apa yang harus dilakukan jika Anak sudah terpikat lawan jenis

Bunda.....selamat malam,

Bagaimana perjalanan pulang dari aktivitas hari ini? Harapan saya bunda semua tdak terkena kemacetan. Kali  ini saya mencoba mengupas mengenai ketertarikan anak pada lawan jenis. Menurut hemat saya ini adalah hal yang wajar dan alamiah, sesuai dengan perkembangan fisiologis dan psikologis. Masa ini akan datang saat anak menginjak usia akil baligh atau awal remaja. Masing-masing anak berbeda-beda, ada yang mulai kelas 6 SD (11-12 tahun) atau SMP. Masa ini sering disebut sebagai masa pubertas. Kedatangan masa ini bisa dipercepat oleh lingkungan atau informasi yang tidak sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak, contohnya lagu cinta, sinetron, film , dll.
Tingkah laku anak yang sedang memasuki masa pubertas, akan nampak jelas apabila kita memperhatikan dengan seksama, misalnya: Ia akan salah tingkah di depan lawan jenis, tersenyum-senyum bila bertemu dengan seseorang yang dicintainya, berpakaian atau atau mulai berdandan yang berbeda dengan biasanya, berkali-kali bercermin, meributkan bentuk dan ukuran badannya dll.

Apa yang harus dilakukan orang tua terutama bunda adalah PENDAMPINGAN. Bagaimana caranya, coba kita bahas:

1. Sejak dini ,( saya dulu memulainya sejak anak masuk sekolah taman kanak-kanak) orang tua menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki, dan secara bertahap sesuai pertambahan usia anak, kita  mulai mengajak anak berdiskusi. Maka pada saat anak memasuki usia pra remaja kita sudah menjelaskan perubahan-perubahan fisik yang dialaminya , misal untuk perempuan adalah berdiskusi mengenai menstruasi dan laki-laki adalah mimpi basah, dan perubahan psikologis.

2. Anak dijadikan teman. Anak jangan diceramahi, maupun dilarang pacaran dan harus fokus ke belajar. Apabila ini kita lakukan , hasilnya anak tidak akan menurut  bahkan anak bakal kepingin mencoba karena penasaran. Akibatnya anak menjadi tidak nyaman dan lari kepada teman yang juga masih dalam tahap mencari tahu cara menjalani masa pubertas ini.
Pada saat anak menceritakan kepada kita apabila mereka tertarik pada lawan jenis, maka kita perlu bersikap tenang, biasa (tidak perlu berlebihan) dan tetap memperhatikan dan mendengarkan apa yang dirasakan anak.
Setelah anak bercerita, barulah kita berkomunikasi dengan anak (yang perlu diperhatikan adalah orang tua harus tetap membuat situasi nyaman jauhkan rasa ingin tahu yang berlebihan). Langkah-langkahnya adalah:
a, berikan penghargaan, bahwa anak sudah memasuki tahap remaja, di sini dinyatakan bahwa anak boleh kagum atau tertarik terhadap lawan jenis, karena proses ini adalah alamiah.
b. tanyakan definisi dan konsep pacaran menurut anak, di sini seyogyanya anak diajak berdiskusi dengan santai tetapi serius . Pada diskusi ini anak dapat dimasuki value dan norma, misal: norma agama (misal: dalam Islam tidak mengenal pacaran), dan kepada anak dapat didiskusikan mengenai konsep pacaran sehingga nantinya anak  dapat menarik kesimpulan bila pola hubungan pacaran adalah sementara, tanpa komitmen, dan bisa bubar kapanpun dan sesuai dengan value kita atau norma agama yang kita anut. Kadang kala anak bertanya kenapa si A boleh. Dalam menghadapi situasi seperti ini maka ajaklah anak berdiskusi mengenai dampak berpacaran bagi si A, kita bisa menganalisis sebelum dan sesudah pacaran  bagi si A , misal dilihat dari prestasi belajar atau yang lainnya. Biarkan anak bisa menarik kesimpulan sendiri, karena dengan mengambil kesimpulan sendiri anak akan merasa dihargai bukan digurui.

3. Orang tua harus selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak, dan mengamati perilaku anak, sehingga kita tahu perbedaan perilaku maupun psikologis anak.

4. Lakukan kegiatan bersama di akhir pekan atau waktu luang. Misalnya: travelling, jalan-jalan, bersepeda, lari, dll.

5. Orang tua harus tahu teman - teman anaknya di sekolah. orang tua tetap harus mengontrol teman main anak, dan kalau memungkinkan jalinlah komunikasi dengan orangtua teman anak. Selain itu orang tua juga perlu berkomunikasi dengan guru.

6. Fasilitasi anak untuk mempunyai kegiatan positif untuk mengembangkan bakatnya, sehingga anak akan memanfaatkan waktu luang dengan kesibukan yang bermanfaat dan mengalihkan perhatian anak dari keinginan utnuk memiliki pasangan.

7. Pengajaran agama juga perlu dilakukan sejak dini, sehingga value dan sikapnya sudah terbentuk sejak dini, sehingga dapat menjadi pengontrol dan pengatur perilaku , keinginan maupun hasrat mereka.

8. Doa orang tua selalu dipanjatkan buat anak.


Akhir kata , semoga tulisan ini dapat dipetik hikmahnya dalam mendampingi anak kita yang sedang berproses. Aamiin.

selamat malam, salam hangat abadi.


No comments:

Post a Comment