Pages

Sunday, May 12, 2013

Menerima Kekalahan dan Kemenangan.

Hai Bunda....

Semangat pagi,

Sering kita temui , dalam kehidupan nyata kita dihadapkan pada sebuah kompetisi. Begitu juga dengan kehidupan anak. Anak kadang kala ikut dalam kompetisi sesungguhnya misalnya  sebuah kejuaran ataupun persaingan di dalam kelas. dalam ulasan pagi in saya akan memberikan sharing mengenai kompetisi dalam sebuah lomba.
Mengapa ulasan ini kita bahas di pagi ini?
Sering sekali kita temui aneka macam lomba yang diadakan oleh berbagai lembaga, perusahaan , bahkan oleh sekolah anak maupun di lingkungan tempat tinggal kita. Menyikapi hal ini tentu saja ibu harus bijaksana, karena anak harus disiapkan terlebih dahulu mengenai mentalnya. Kalau dilihat dari beberapa teori sebenarnya lebih baik untuk proses perkembangan anak kalau perlombaan itu dilakukan mulai anak berumur 10 tahun, namun  banyak sekali perlombaan itu dilakukan mulai anak-anak balita .hal ini tidak perlu kita perdebatkan, yang penting adalah bagaimana kita menyikapi hal ini dan mempersiapkan mental mereka baik dalam menerima kemenangan ataupun kekalahan

Bunda yang terkasih,

1. Persiapan lomba

Sebelum berlangsungnya perlombaan sebaiknya, kita harus mendiskusikan mengenai arti , apa yang ingin diraih dalam perlombaan maupun apa yang harus dipersiapkan. Di sini bunda bunda dituntut untuk bijaksana dalam mendiskusikan dengan anak .
Beberapa langkah yang pernah saya lakukan terhadap anak sulung saya sewaktu pertama kali dia ikut lomba berenang, adalah menanyakan kepada anak: " Inas, mau ikut lomba berenang ya, ibu boleh tahu sayang mengapa Inas mau ikut lomba", anak saya sewaktu itu menjawab  " Mau dapat piala dan hadiah"

Langkah saya  berikutnya adalah mendiskusikan proses dan kemungkinan yang terjadi pada lomba , karena di setiap perlombaan pasti ada yang menang dan kalah. Di sini saya mencoba menjelaskan: " Kalau nanti Inas menang, alhamdulillah dapat piala dan hadiah . Kalaupun tidak, Kakak tetap anak Ibu yang masya Allah , hebat. Berani ikut lomba saja dan menyelesaikan lombanya  ibu sudah senang dan bangga ", maksud perkataan ini adalah memberi pengertian bahwa juara bukan yang utama, yang lebih penting adalah keberanian ikut lomba dan menyelesaikan tugas lomba . Dan itu semua membuat bunda bangga terhadap anak.
Ilustrasi yang saya tambahkan untuk anak lebih memahami situasi lomba adalah sebagai berikut: : "Peserta lombanya berapa?" Anak akan menjawab misal" 20 orang, bu". maka kita meneruskan :" Nah , pada saat lomba, juri mencari satu pemenang yang catatan waktunya paling sedikit. Misalnya, kakak bagus, Watik bagus, Dani dan Danti bagus, maka nanti dipilih sampai dapat yang paling bagus catatan waktunya di antara para peserta, salah satunya akan menjadi pemenang"  Anak biasanya bisa mengerti.
Dalam situasi ini tekankan pada anak bahwa bapak dan ibu bangga kakak sudah berani ikut lomba dan menyelesaikan proses lombanya.
Yang perlu dihindari adalah pemberian target baik target juara atau target jangan sampai kalah dengan anak lain, karena in akan membebani mental anak.

2. Pendampingan dalam latihan.
Ayah dan bunda mendampingi dalam latihan , berikanlah respon positif dan motivasi.

3. Mendampingi Lomba.
Pada saat lomba bersikaplah tenang dan bijak, buatlah situasi nyaman dan menyenangkan, sehingga anak akan tenang  secara  psikologis. Apabila anak sedikit stress, berilah motivasi, dan tenangkan , tetap tekankan kepada anak, bahwa yang penting anak menyelesaikan tugas lomba, jangan terpengaruh nanti bagaimana hasilnya,  dan ingatkan anak memulai lomba dengan berdoa. Ayah bunda bangga dan tetap sayang kakak , karena tidak terpengaruh menang atau kalah dalam lomba.
Pada saat anak lomba dampingi, dan peluklah anak saat anak telah menyelesaikan  lomba apapun hasilnya. Sebagai contoh perkataaan kami saat anak saya setelah menyelesaikan semua lintasan lomba berenangnya, "Alhamdulillan kakak sudah menyelesaikan semua lintasan, ayah ibu bangga terhadapmu", anak saya menjawab:" ibu, saya mencapai garis finishnya nomor urut empat", "Kakak , nomor urut empat bagi ayah ibu, adalah hebat, kakak sudah menunjukkan usaha yang gigih , kami bangga terhadapmu"
Di sini peran orang tua sangat penting, baik bagi orangtua yang anaknya  menang maupun yang kalah. Untuk yang menang peran orang tua adalah menetralkan bahwa kemenangan adalah buah dari latihan dan anugerah dari Allah dan jangan sombong. Dan bagi orang tua yang anaknya kalah , adalah tetap menghargai usaha putranya , jangan menyalahkan maupun mengkoreksi secara langsung kekalahan atau kelemahan anak , karena akan menimbulkan ketidak mampuan anak, rasa bersalah anak yang nantinya menimbulkan ketidakpercayaan diri anak.

Hal  yang perlu menjadi catatan kita, yang kadang tidak kita sadari adalah kita juga harus mempersiapkan mental untk anak yang terbiasa menjadi juara satu, karena biasanya secara mental mereka tidak siap untuk kalah atau menjadi juara dua, kadang kala mereka lebih baik mundur daripada kalah. Oleh sebab itu bagi ayah bunda  alangkah bijaksananya apabila  dapat mengajak mereka diskusi tentang arti kalah dan menang , dan ayah bunda tetap sayang dan bangga apapun hasilnya.

Semoga tulisan di atas dapat menjadi refleksi dan pengingat bagi kita semua, termasuk diri saya.

Selamat beraktivitas  .

salam hangat abadi

No comments:

Post a Comment